SuaraJogja.id - Warga dari tiga padukuhan di Desa Banaran Kecamatan Galur Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta meradang. Lantaran, aktivitas penambangan pasir ilegal yang beroperasi di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo merusak wilayah tersebut.
Aktivitas penambangan pasir tersebut didukung belasan mesin sedot pasir yang memiliki daya rusak cukup tinggi di wilayah mereka. Kondisi DAS semakin rusaknya di saat musim kemarau yang berkepanjangan ini.
Ratusan warga yang sudah tak tahan dengan kondisi tersebut melakukan aksi demonstrasi di Balai Desa Banaran. Mereka menuntut pemerintah desa setempat untuk bertindak tegas menutup operasional tambang pasir ilegal yang menggunakan mesin penyedot tersebut.
Koordinator aksi Agung Budi Prastawa mengatakan sejak beroperasinya mesin penyedot pasir tersebut, dampak negatif mulai dirasakan oleh masyarakat Desa Banaran. Seperti puluhan sumur di bantaran Sungai Progo mulai mengering akibat permukaan air di sumur mereka terus menyusut.
"Mesin itu menyedot di bawah permukaan pasir. Sehingga air di sekeliling sungai juga turut tersedot bersamaan dengan pasir. Sumur warga banyak yang mengering,"tutur Agung, Senin (2/9/2019).
Karena banyak sumur warga yang mengering, puluhan warga terpaksa menumpang mandi ataupun mencari air di sumur milik tetangga atau kerabat yang letaknya agak jauh dari bibir sungai. Puluhan sumur yang mengering tersebut berada di radius 300 hingga 500 meter dari bibir sungai.
Tidak hanya itu, wilayah Desa Banaran pun kian terkikis sebab DAS Progo perlahan-lahan bergeser ke sisi barat atau wilayah pemukiman desa tersebut.
Tak hanya mengikis pemukiman, lahan pertanian milik warga Kulonprogo juga kian menyusut.
"Penambangan menggunakan mesin penyedot ini kian masif apalagi musim kemarau kali ini cukup panjang,"tambahnya.
Baca Juga: Beritakan Penambangan Ilegal, 3 Wartawan Jember Diancam Dibunuh
Perubahan DAS Progo bahkan mengakibatkan kompleks pemakaman umum di desa tersebut terendam aliran air. Rongga tanah juga banyak bermunculan di tebing sungai Progo mengancam pemukiman karena dikhawatirkan akan terjadi longsor terutama ketika musim penghujan nanti datang.
Selain permasalahan lingkungan, ternyata aktivitas penambangan ilegal tersebut juga membuat fasilitas umum mereka rusak. Puluhan hingga ratusan truk yang melintas di jalan wilayah Desa Banaran mengakibatkan aspal gampang mengelupas. Jalan berlubang akibat beban jalan yang cukup berat semakin sering terjadi.
"Jika tidak ada tindakan tegas dari Pemerintah Desa. Kami akan demonstrasi lebih besar karena di Desa ini ada 13 Padukuhan. Kami tengah melakukan konsolidasi," katanya.
Kontributor : Julianto
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
BJLB1 Jadi Tonggak Penting Pengembangan Investasi Syariah di Pasar Modal Nasional
-
Dari Luka Jadi Cahaya: Resep Hati 'Glowing' ala DRW Skincare dan Ustaz Hilman Fauzi
-
Perusahaan Skincare Resmikan Klinik Baru di Yogyakarta, Siap Bangun Pabrik pada Tahun Depan
-
DANA Kaget Spesial Warga Jogja: Akhir Pekan Cuan Rp199 Ribu, Sikat Linknya!
-
10 Kuliner Hidden Gem Jogja yang Wajib Dicoba, Cocok Buat Jalan Santai Akhir Pekan