SuaraJogja.id - Musim kemarau kerap kali diidentikan dengan peliknya persoalan air yang dihadapi petani. Pun tak terkecuali yang dihadapi petani salak di Daerah Turi, Sleman, Yogyakarta.
Sigit Widianto, begitu nama salah satu petani salak yang rumahnya dikunjungi Suara.com pada Rabu (16/10/2019). Suasana mendung yang seolah memberikan harapan turunnya hujan, masih menggelayut di kawasan tempat tinggal Sigit.
Saat diajak berbincang, Sigit Widianto sedang asyik dengan asap rokoknya. Sembari duduk santai, cerita kemudian mengalir begitu saja. Sigit memperkirakan waktu panen akan terjadi pada November tahun ini.
Sekitar Maret 2019 lalu, angin puting beliung merusak tanaman salak miliknya. Tercatat, Kecamatan Pakem menjadi lokasi dengan dampak terparah dari bencana tersebut. Tapi, Kecamatan Turi yang menjadi bagian Sleman Utara juga tak lepas dari nahasnya.
Baca Juga: BMKG: Kemarau Diperkirakan Berakhir Pertengahan November
Bukan hanya efek puting beliung, di musim kemarau seperti sekarang, di kediamannya, Daren, Donokerto, Turi, pengairan susah. Kalau air bagus, masih bisa diatur.
"Cuaca sangat berpengaruh. Air hujan itu sama dengan pupuk," ungkapnya.
Mei dan November menjadi jadwal panen besar salak di Turi dan Pakem. Sigit menanam salak pondoh super, walaupun di desanya ada juga petani yang menanam salak madu, salak gading dan jenis lainnya.
Sepengetahuannya, bila sedang sedikit barangnya di pasaran seperti sekarang ini, harga salak cukup memuaskan. Bisa menyentuh Rp 10.000 per kilogram untuk salak ukuran besar dan Rp 7.000 - Rp 8.000 kilogram untuk campur (isi salak kecil, sedang, besar).
Sigit memang sedang menunggu cuaca dan pengairan di kebunnya membaik. Tapi di sisi lain, ia juga ketar-ketir dengan harga salak. Panen raya tak dipungkiri bisa saja menyebabkan harga salak terjun bebas. Ketersediaan buah berkulit keras itu tumpah-ruah di pasaran.
Baca Juga: Hadapi Kemarau, Embung Jadi Solusi untuk Mengairi Lahan
Ia masih ingat betul, beberapa tahun yang pernah dilalui sebelumnya. Panen raya tiba, petani Turi, Tempel, Pakem ramai-ramai memetik salak dari kebun mereka.
Berita Terkait
-
Kapan Musim Hujan 2024 Dimulai? Cek Perkiraan Cuaca Lengkap Hingga Akhir Tahun Yuk
-
Fenomena Unik, Banyak Ikan Muncul Untuk Menghangatkan Diri di Pantai Selatan Cianjur
-
4 Cara Jaga Kesehatan di Tengah Teriknya Musim Kemarau
-
Diterpa Kemarau, Sungai Batanghari di Jambi Surut
-
Mengenal Musim Bediding: Fenomena Suhu Rendah di Puncak Kemarau, Bisa Capai 16 Derajat Celcius!
Terpopuler
- Harta Kekayaan Roy Suryo yang Dituduh sebagai Pemilik Akun Fufufafa
- TikToker Intan Srinita Minta Maaf Usai Sebut Roy Suryo Pemilik Fufufafa, Netizen: Tetap Proses Hukum!
- Beda Respons Ariel NOAH dan Raffi Ahmad Kunjungi Patung Yesus Sibea-bea
- Reaksi Tajam Lex Wu usai Ivan Sugianto Nangis Minta Maaf Gegara Paksa Siswa SMA Menggonggong
- Innalillahi, Elkan Baggott Bawa Kabar Buruk Lagi H-1 Timnas Indonesia vs Jepang
Pilihan
-
Penyerangan Brutal di Muara Komam: Dua Korban Dibacok, Satu Tewas di Tempat
-
Kata Irfan Setiaputra Usai Dicopot Erick Thohir dari Dirut Garuda Indonesia
-
5 Rekomendasi HP Rp 6 Jutaan Spek Gahar, Terbaik November 2024
-
Lion Air Bikin Aturan Baru Mulai 1 Desember: Bawa Kardus Besar, Siap-Siap Rogoh Kocek Lebih Dalam!
-
Emiten Leasing Boy Thohir PHK Ribuan Pekerja dan Tutup Kantor
Terkini
-
Jogja Uji Coba Program Makan Siang Gratis, Mahasiswa Perhotelan Siap Diterjunkan ke Sekolah
-
Masih Ada Bangunan Masjid Berdiri di Area Proyek Tol Jogja-Solo-YIA, Begini Penjelasan Kontraktor
-
Penemuan Mayat di Ring Road Kentungan Sleman Ternyata Korban Tabrak Lari, Polisi Amankan Dua Pelaku
-
Amankan Lima Terduga Pelaku Pembacokan di Jambusari, Polisi Pastikan Sleman Tetap Kondusif
-
Gerebek Rumah Diduga Tempat Persembunyian Terduga Pelaku Pembacokan di Jambusari, Polisi Temukan Busur hingga Tombak