SuaraJogja.id - Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir meminta para menteri baru di Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Amin bisa membuktikan integritas mereka selama lima tahun kedepan. Sebab menteri bukan hanya pejabat negara biasa namun jadi tumpuan sekaligus sorotan publik atas integritas dan etiknya yang luhur.
Tak berkomentar terkait jatah menteri dari Muhammadiyah, Haedar meminta menteri membuktikan kepemimpinannya yang berkarakter, bukan sekadar ahli apalagi menjadi tukang teknis. Sebagai pembantu presiden, para menteri dan pejabat setingkat menteri itu menjalankan tugas kenegaraan dan eksekutif sesuai tupoksinya.
Dengan nama Kabinet Indonesia Maju, kabinet tersebut dinilai sejalan dengan Muhammadiyah. Jokowi pada periode kedua kepemimpinannya ingin mengakselerasi tugas-tugas kenegaraan dan eksekutifnya menjadi lebih maju.
Hal ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia dorongan untuk makin maju, baik ekonomi, keadaban politik, pendidikan, sosial, kesehatan dan lainnya. Kemajuan itu harus menyeluruh dari berbagai aspek sehingga Jokowi harus menutupi celah kekurangan sehingga kemajuan Indonesia semakin terakselerasi.
Baca Juga: Hari Pertama Jadi Mendikbud Diikuti Ajudan, Nadiem Makarim: Bapak Siapa?
"Buktikan integritas yang tinggi selaku pejabat publik yang menjujung tinggi moralitas yang jujur, amanah, dan menampilkan keteladanan. Dari manapun latarbelakang (partai)nya, harus mengutamakan kepentingan rakyat seluruhnya," ujar Haedar dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/10/2019).
Kematangan mental diperlukan, bukan sekadar mengandalkan keahlian tertentu. Apalagi merkea bekerja dalam koridor konstitusi dan sistem good governance yang tinggi.
"Jangan menabrak aturan, termasuk harus menjauhi korupsi dan penyalahgunaan wewenang agar lima tahun ke depan tidak ada lagi yang tersangkut perkara hukum dan terjerat Komisi Pemberantasan Korupsi. Kami percaya akan sikap taat asas para pejabat negara tersebut demi kesuksesan menjalankan amanat," katanya.
Haedar berharap, kementrian yang dipimpin masing-masing menteri harus benar-benar berstandar sistem yang objektif, meritrokrasi, dan ada hasil yang nyata. Mereka tidak hanya mengejar popularitas atau populisme yang kelihatan menyenangkan di mata publik, tetapi tidak membuahkan langkah nyata bagi kemajuan dan kesuksesan yang menjadi bidang tugasnya.
"Tugas dan tantangan setiap kementerian tengah menghadang di depan yang memerlukan political will yang kuat," katanya.
Baca Juga: Susi Sempat Cabut Reklamasi Teluk Benoa, Ini Jawaban Menteri KKP Baru
Selain itu para menteri harus mampu bekerja secara profesional dan penuh pengkhidmatan tinggi bagi bangsa dan negara. Mereka harus benar-benar menguasai bidangnya secara optimal, jangan belajar menjadi menteri karena ditunggu kerjanya oleh rakyat.
Apalagi, Indonesia dituntut semakin maju sebagaimana nama Kabinet Indonesia Maju, di situlah letak tanggungjawab profesional para menteri. Juga diharapkan, para pejabat negara di tingkat manapun harus sudah selesai dengan dirinya sehingga yang dipikirkan dan diperbuat sepenuhnya untuk bangsa dan negara, bukan untuk diri atau kroninya.
"Para menteri itu perlu menjunjukkan tanggungjawab yang melekat dengan profesionalismenya dalam bentuk kerja yang optimal serta pemihakan tinggi terhadap hajat hidup rakyat," ungkapnya.
Kontrol dari masyarakat luas secara positit dan konstruktif, lanjut Haedar, tetap penting dilakuan. Dengan demikian para menteri benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik dan dirasakah hasilnya oleh rakyat dan negara.
Publik jangan meninabobokan para pejabat negara dengan pujian-pujian atau kekaguman-kekaguman yang berlebihan, termasuk bagi menteri-menteri muda karena mereka harus membuktikan benar-benar mampu bekerja dan sukses dalam bidang tugasnya. Para menteri baru juga jangan belajar terlalu lama karena harus berlomba dengan waktu dan pekerjaan nyata.
"Bantu mereka dengan sikap positif dan wajar karena para pejabat negara tersebut baru memulai untuk bekerja yang di hadapannya banyak masalah berat dan penuh tantangan," tandasnya.
Terkait pertemuan dengan Muhadjir Effendy di Kantor PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya Jakarta pada Selasa (22/10/2019), Haedar tidak berkomentar banyak. Namun dipastikan, mereka tidak membahas jatah kursi di kabinet periode 2019-2024. Mereka memang sering bertemu dalam berbagai kesempatan.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Bank Panin Dubai Syariah Gandeng PP Muhammadiyah, 'Mobil Kemanusiaan' Jadi Langkah Awal
-
30 Ucapan Milad Muhammadiyah 2024, Bisa Jadi Referensi Caption Media Sosial
-
Link Download Logo Milad Muhammadiyah 2024 PNG, Ini Tema yang Diusung
-
Bukan KH Ahmad Dahlan, Ini Sosok Kiai Pemberi Nama Muhammadiyah
-
Silsilah Keluarga KH Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah, Bersambung ke Rasulullah SAW
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Review Hidup Peternak Lele: Game Simulasi Bagaimana Rasanya Jadi Juragan Ikan
-
Jangan Lewatkan! Lowongan Kerja OJK 2024 Terbaru, Cek Syaratnya Di Sini
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
Terkini
-
Sirekap di Jogja Sempat Bermasalah, Petugas Tak Bisa Unggah Data TPS
-
KDRT Tinggi di Gamping, Pemkab Sleman Luncurkan Layanan Konseling Keliling
-
Korban Laka Tunggal di DAM Cangkring Bertambah, Ini Identitasnya
-
Turun Dibanding 2020 hingga 10 Persen, KPU Ungkap Alasan Partisipasi Pemilu Berkurang
-
Miris, Pelajar Kelas 10 Sebuah SMK di Gunungkidul Dicabuli Ayah Tirinya Berulang Kali