SuaraJogja.id - Selokan Mataram yang melintas di Dusun Glondong, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, terlihat masih dangkal meski musim hujan telah tiba. Beberapa bahkan mulai mengering.
Tapi harapan Warsini jelas tak ingin sekering wajah Selokan Mataram yang berada tak jauh dari rumahnya.
Perempuan yang tinggal di RT 04 Glondong itu merupakan satu di antara sejumlah perajin sekaligus penjual terompet tahun baru.
Saat ditemui SuaraJogja.id, Senin (23/12/2019) sore, Warsini bercerita memulai usahanya sejak anaknya masih kecil, hingga kini anaknya berusia 20 tahunan. Warsini masih ingat rasanya menghitung cuan yang diraih pada tujuh tahun pertama berjualan terompet, setiap memasuki pergantian tahun.
"Setelah itu ramai, lalu menurun terus. Apalagi dua tahun lalu, waktu ada isu bakteri. Padahal penyakit itu sebenarnya bukan dari terompet," kata dia, sembari perlahan duduk di atas kursi kecil di warung tempatnya berjualan terompet tahun baru.
Raut Warsini yang sebelumnya sumringah, seketika berpendar dan nadanya mulai lesu kala berkisah tentang sulitnya menjajakan terompet tahun baru. Terutama setelah bahan baku yang didatangkan dari Wonogiri, tak lagi ajeg.
"Sekarang jarang yang buat," kata dia.
Tahun ini, Warsini tak memproduksi terompet bila tak mendapat pesanan dari hotel-hotel, khususnya yang ada di Sleman dan Kota Yogyakarta.
Ia mengaku tahun ini hanya mampu memproduksi terompet tahun baru sekitar 3.000 biji, dari yang sebelumnya bisa mencapai puluhan ribu terompet.
Baca Juga: Diincar Lewat CCTV, Maling Kotak Amal di Sleman Akhirnya Ditangkap Warga
Perempuan kelahiran 18 Mei ini menduga, ada pernik tahun baru yang jauh lebih unik ketimbang terompet. Bisa jadi juga karena perubahan kebiasaan.
"Anak-anak sekarang lebih asik main handphone daripada main terompet. Sekarang kan begitu, pegang handphone [lalu] diam," ucapnya.
Ia menambahkan, selain handphone, kembang api juga menjadi minat baru generasi masa kini.
Kalau beberapa tahun ke depan penjualan terompet membaik, ia masih mau berjualan terompet. Namun bila tidak, ia belum punya banyak pilihan, selain meneruskan bisnis kecil-kecilan lain yang ia punya yakni jualan bakso bakar.
Ia menyebut terompet kertas yang dijualnya sebetulnya relatif murah yakni sekitar terjangkau, Rp5.000 per buah untuk pembelian ecer dan Rp4.000 untuk pembelian jumlah banyak.
"Saya juga biasanya kasih lebih [bonus] kalau beli banyak. Karena mungkin ada yang tidak bunyi, rusak. Kan tidak seru kalau waktu dipakai, terompetnya tidak bunyi," kelakarnya.
Berita Terkait
-
Kabel Listrik Dekat Kantor Kecamatan Turi Sleman Percikkan Api, Warga Resah
-
Barata ke-34 Sleman Ajak Warga Tahun Baruan Sambil Ngemil 'Ndog Gludukan'
-
Banyak Anak Muda Suka Nge-mal, Pramuka Sleman Ajak Jalan-Jalan ke Pasar
-
Angin Kencang Terjang Sleman, 3 Pohon Timpa Jaringan Listrik di Cangkringan
-
Pernah Diserang Pria Bersajam, Begini Cerita Umat St Lidwina Jelang Natal
Terpopuler
- Siapa Pencipta Sound Horeg? Ini Sosok Edi Sound yang Dijuluki Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur
- Jelang Ronde Keempat, Kluivert Justru Dikabarkan Gabung Olympique Lyon
- Duel Mobil Murah Honda Brio vs BYD Atto 1, Beda Rp30 Jutaan tapi ...
- Harga Mitsubishi Destinator Resmi Diumumkan! 5 Mobil Ini Langsung Panik?
- 41 Kode Redeem FF Max Terbaru 24 Juli: Klaim Skin Scar, M1887, dan Hadiah EVOS
Pilihan
-
Fenomena Rojali dan Rohana Justru Sinyal Positif untuk Ekonomi Indonesia
-
5 Rekomendasi HP 5G Xiaomi di Bawah Rp 4 Juta, Harga Murah Spek Melimpah
-
Kisah Unik Reinkarnasi di Novel Life and Death are Wearing Me Out
-
10 Model Gelang Emas 24 Karat yang Cocok untuk Pergelangan Tangan Gemuk
-
Selamat Tinggal Samba? Ini Alasan Gen Z Beralih ke Adidas Campus 00s & Forum Low
Terkini
-
Dampak Larangan Study Tour: Keraton Jogja Ubah Haluan, Tawarkan Wisata yang Bikin Anak Betah
-
Fakta Sebenarnya Jurusan Jokowi di UGM: Bukan Teknologi Kayu? Teman Kuliah Ungkap Ini
-
Misteri Kemeja Putih Jokowi di Reuni UGM: Panitia Angkat Bicara!
-
Gertak Balik! Sahabat Jokowi Geram Dituduh Settingan, Ungkap Sudah Diperiksa Polisi
-
5 Curhatan Jokowi di Depan Alumni UGM: Serangan Tak Cuma Ijazah, Merembet Sampai KKN Fiktif