SuaraJogja.id - Ulama tidak boleh tinggal diam, apalagi bersikap apatis, terhadap kondisi dan fenomena yang terjadi saat ini. Sebab, ulama memiliki tanggung jawab moral yang tidak hanya mencakup masalah ibadah, melainkan juga kemaslahatan umat.
Pandangan itu dikemukakan Plt Kabiro Bina Mental Spiritual Sekretariat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Arida Utami, dalam Simposium Tiga Pilar Dakwah (Masjid, Pesantren, Kampus) di gedung Prof Kahar Mudzakkir Universitas Islam Indonesia (UII), Sleman, Senin (6/1/2020).
Arida mengatakan, ulama diharapkan berdiri di garis terdepan dalam menyuarakan kebenaran dan mencegah kerusakan di masyarakat.
"Tidak hanya dalam mengokohkan sendi-sendi moral, etika, dan spiritual, berbangsa dan bernegara. Namun juga dalam upaya mencerahkan, mencerdaskan kehidupan bangsa," kata dia.
Dewasa ini, dengan sistem yang lebih terbuka, setiap orang mempunyai kebebasan untuk mengadopsi dan mengembangkan nilai-nilai baru. Namun agaknya berkah kebebasan ini belum diimbangi kedewasaan berpikir dan bersikap oleh masyarakat., sehingga nilai-nilai yang hakiki seperti agama, moral, dan budi pekerti mulai luntur.
"Nilai baru hanya dianut dari kulitnya saja, bukan esensinya. Tidak mengherankan, jika akhirnya muncul gejala-gejala seperti kebebasan berpendapat tanpa diiringi toleransi. Selain itu, menipisnya penghormatan terhadap perbedaan, anarkisme yang mengalahkan musyawarah mufakat, serta sikap hidup buruk lainnya," ungkapnya.
Di kalangan internal umat islam sendiri, tidak luput dari sedikit banyak gejala perpecahan atau konflik, lanjut dia.
Sebab pada hakikatnya, kedudukan Islam sebagai ajaran juga mengandung beragam perbedaan, dan tanpa adanya alat pemersatu, niscaya islam akan tercerai-berai.
"Untuk itulah, DDII musti menjaga wadah ukhuwah islamiyah yang sesungguhnya. Yang nantinya benar-benar mampu membawa islam rohmatan lil alamin," ucapnya.
Baca Juga: Kapal China Garap Laut Natuna, Edhy Prabowo: Yang Penting Kita Cool
Ia memandang, revitalisasi peran dan fungsi ulama di tengah kehidupan umat dan bangsa sangat penting, bahkan menjadi sebuah tuntutan, meliputi empat hal.
Pertama, memberikan fatwa dan nasohat kepada umat islam dan pemerintah terkait masalah keagamaan dan kemasyarakatan. Kedua, menjadi wadah ukhuwah islamiyah. Ketiga, menjadi organisasi yang mewakili umat Islam. Keempat, menjadi penghubung timbal balik antara ulama dan umaro guna menyukseskan ke arah pembangunan.
Rektor UII Fathul Wahid mengatakan, Islam tidak mengajarkan kekerasan dan konflik. Namun kita tidak dapat mengabaikan fakta munculnya konflik di negara-negara muslim.
Kontributor : Uli Febriarni
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
Terkini
-
Warga Jogja Merapat! Saldo DANA Kaget Rp299 Ribu Siap Bikin Hidup Makin Santuy, Sikat 4 Link Ini!
-
Rusa Timor yang Berkeliaran di Jalanan Sleman Akhirnya Tertangkap, Begini Kondisinya
-
ARTJOG 2026 Siap Guncang Yogyakarta, Usung Tema 'Generatio' untuk Seniman Muda
-
Komdigi Tegaskan Pembatasan Game Online Destruktif, Gandeng Kampus dan Industri Optimasi AI
-
Anak Kos Jogja Merapat! Saldo DANA Kaget Rp 299 Ribu Siap Bikin Akhir Bulan Aman, Sikat 4 Link Ini!