SuaraJogja.id - Gunungkidul bersiap menghadapi ancaman krisis air bersih di musim kemarau tahun ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul mencatat sedikitnya 24.137 jiwa berpotensi terdampak kekeringan.
Angka ini diperkirakan masih akan bertambah seiring proses pendataan yang belum rampung.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul, Sumadi, menjelaskan pihaknya telah berkoordinasi dengan seluruh kapanewon untuk memetakan wilayah rawan kekeringan.
Namun, hingga Kamis (31/7/2025) kemarin, baru tujuh kapanewon yang melaporkan data, yakni Tanjungsari, Girisubo, Karangmojo, Panggang, Saptosari, Rongkop, dan Ponjong.
Sementara itu, 11 kapanewon lainnya belum mengirimkan laporan, yang berarti potensi kelurahan terdampak bisa jauh lebih banyak.
"Data sementara mencatat 24.137 warga terancam kekurangan air bersih. Tapi jumlah ini bisa meningkat karena belum semua kapanewon menyerahkan laporan wilayah rawan kekeringan," ujar Sumadi dikutip dari Harianjogja.com, Minggu (3/8/2025).
Ia menegaskan, data tersebut penting untuk menentukan prioritas penyaluran bantuan air bersih.
Meski belum ada permintaan resmi dropping air dari kapanewon, BPBD Gunungkidul telah menyiapkan 1.500 tangki air untuk distribusi jika diperlukan.
Baca Juga: Geger Beras Oplosan di Gunungkidul? Ini Fakta Sebenarnya
Kondisi 'kemarau basah' tahun ini memang membuat penyaluran bantuan tidak seintens tahun-tahun sebelumnya, namun potensi kekurangan air di banyak kelurahan tetap menjadi perhatian utama.
Di wilayah Girisubo, misalnya, Kepala Jawatan Sosial Kapanewon Girisubo, Giyatno, mengungkapkan telah memetakan empat kalurahan yang membutuhkan bantuan air bersih: Songbanyu, Pucung, Jerukwudel, dan Nglindur.
Pihaknya mengalokasikan anggaran sebesar Rp75,6 juta untuk mendistribusikan air bersih melalui jasa tangki air, dengan sasaran warga yang belum terjangkau PDAM atau yang alirannya tidak lancar.
"Bantuan kami fokuskan kepada warga yang benar-benar membutuhkan, terutama yang tidak memiliki akses PDAM. Saat kemarau seperti ini, pasokan air sering terganggu sehingga bantuan menjadi sangat penting," kata Giyatno.
Dengan masih banyaknya kapanewon yang belum menyerahkan laporan, potensi jumlah kelurahan di Gunungkidul yang akan terdampak krisis air bersih diprediksi bertambah.
Pemerintah daerah pun terus mengimbau setiap kapanewon segera menyampaikan data agar penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
-
Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Sri Mulyani: Sebut Eks Menkeu 'Terlalu Protektif' ke Pegawai Bermasalah
Terkini
-
Imogiri Siap Sambut Pelayat PB XIII: Ini Panduan Lengkap Akses, Pakaian, dan Tata Cara Penghormatan
-
Stop Saling Tuding! Begini Cara Dosen UGM Sederhanakan Proses Perceraian di Indonesia
-
Jelang Vonis, Pengacara Terdakwa Kecelakaan Maut BMW Minta Hakim Kurangi Hukuman, Ini Alasannya
-
Dompet Digitalmu Bisa Penuh, Ini Cara Aman & Efektif Klaim DANA Kaget
-
Penghormatan Terakhir, Raja Keraton Jogja, Sultan HB X Dijadwalkan Melayat Paku Buwono XIII Besok