SuaraJogja.id - Menjelang Tahun Baru Imlek 2571, atau Imlek 2020 menurut kalender Masehi, umat Konghucu selalu mempersiapkan perayaan dengan suka cita. Berbagai pernak-pernik serta makanan khas perayaan Imlek memenuhi tiap ruangan hingga tempat peribadatan kelenteng.
Kue keranjang, buah-buahan, manisan, permen, serta makanan khas Imlek lainnya selalu tersedia menjelang pergantian Imlek. Tahun ini, Imlek, atau tanggal pertama bulan pertama dalam penanggalan Tionghoa, jatuh pada 25 Januari 2020. Yang menarik, kehadiran buah-buahan yang kerap menghiasi perayaan Imlek memiliki makna tersendiri bagi umat Konghucu.
"Imlek ini adalah kalender Tiongkok, seperti kalender pada umumnya. Yang membedakan hanya perhitungannya saja secara bulan Tionghoa. Di Tiongkok semua orang merayakan, jadi bukan satu agama saja yang merayakannya, tetapi seluruh masyarakat dengan latar belakang berbeda," kata tokoh masyarakat sekaligus pengusaha Tionghoa di Yogyakarta, Gutama Fantoni (64), kepada SuaraJogja.id, Kamis (23/1/2020).
Fantoni menambahkan, Imlek, yang berkaitan dengan makanan seperti buah dan kue keranjang, adalah bentuk rasa syukur manusia atas penciptaan dari langit dan Bumi.
"Sebelum ada agama masuk, ada istilah aliran kepercayaan, di mana wujud syukurnya berterima kasih pada langit dan Bumi. Langit pencipta alam semesta, sementara Bumi adalah tempat manusia mendapat makanan dari tanaman. Dengan demikian, seperti buah-buahan yang manis serta kue keranjang, itu merupakan sebuah hal yang patut disyukuri, termasuk dalam Imlek ini," tutur Fantoni.
Pemilihan buah-buahan saat perayaan Imlek pun tidak diharuskan pada beberapa jenis buah. Namun selama ini, jeruk dan apel adalah dua buah yang menjadi pilihan umat saat merayakan Imlek.
"Pemilihannya memang buah yang manis-manis [saat Imlek]. Namun, bukan berarti buah manis seperti durian itu dipilih karena di sana [Tiongkok] belum tentu ada, tapi begini, buah ini kan bukan keharusan, karena sudah ada tradisi turun temurun, sehingga saat perayaan Imlek selalu disuguhkan," terangnya.
Sudah menjadi tradisi untuk menghadirkan buah pada perayaan Imlek, yang menurut Fantoni, memiliki makna tersendiri dari masing-masing jenisnya.
"Apel misalnya, ada istilah Bing Kwek, jika dipanjangkan adalah Bing Bing An An Kue Le Ce. Artinya untuk keselamatan, sehingga hidupnya aman dan tenteram," jelasnya.
Baca Juga: Zodiak Kesehatan 23 Januari 2020: Redakan Stres Libra Pisces Butuh ke Salon
Berbeda lagi dengan jeruk, buah yang memiliki warna bagus dan berisi banyak air ini menghadirkan sebuah makna yang baik-baik supaya menyertai manusia di tahun baru.
"Artinya ada hal yang baik-baik untuk manusia. Tak hanya umat, melainkan seluruh masyarakat. Tentunya, wujud syukur dengan buah ini adalah tradisi," kata Fantoni.
Disinggung soal buah naga, yang tak lepas dari perayaan Imlek, ia menjelaskan bahwa seluruh buah berwarna merah adalah unsur perayaan Imlek yang bermakna harapan agar dijauhkan dari mara bahaya.
"Sejarahnya, warna merah itu dianggap sebagai penolak bala dan dijauhkan dari mara bahaya. Ada juga yang menyebut hokinya lebih besar jika ada sesuatu yang berwarna merah," tuturnya.
Berkaitan dengan tahun tikus logam, pihaknya menjelaskan, memang sudah ada hitungan saat kelender Tionghoa ini dibuat.
"Kalender ini sudah dihitung secara runtut, termasuk makna 12 shio yang menunjuk hewan tiap tahunnya. Nah berkaitan tikus logam ini, memiliki makna untuk kehidupan yang lebih kuat dan padat, dari tahun tikus kayu ataupun tikus tanah," terangnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
Kasus Korupsi Kuota Haji Kemenag Memanas, KPK Sasar Pengelola Travel Umroh di Jogja
-
Malioboro Bebas Emisi, Bentor segera Dihapus, Becak Listrik jadi Pengganti
-
UGM Gebrak Dunia Industri, Rektor Ova Emilia Ungkap Strategi Link and Match yang Tak Sekadar Jargon
-
Waspada! Gelombang ISPA Terjang DIY: Lebih dari 11.000 Kasus Akibat Cuaca Ekstrem
-
Jangan Sampai Hilang! Sleman Digitalisasi Naskah Kuno: Selamatkan Warisan Budaya untuk Generasi Mendatang