SuaraJogja.id - Stok vaksin yang berstatus gratis di Kabupaten Bantul mengalami kekosongan sejak pertengahan tahun lalu. Akibatnya, bagi masyarakat yang membutuhkan harus membeli secara mandiri di klinik atau rumah sakit swasta.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Kasihan, Yulisnaka Rasa Susila mengungkapkan ketidaktersediaan vaksin polio di Bantul memang sudah sejak lama terjadi. Hal tersebut lantaran Kementrian Kesehatan gagal melakukan pengadaan.
"Sebelum November 2019 memang sudah kosong," katanya, kemarin seperti dikutip dari harianjogja.com.
Yulis sapaan akrabnya menyebut kekosongan vaksin polio itu, jelas menghambat pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Ia mengakui minat masyarakat untuk imunisasi polio masih tinggi.
Lantaran stok vaksin polio kosong, masyarakat pun terpaksa harus membeli vaksin secara mandiri di rumah sakit swasta atau klinik swasta.
"Kalau puskesmas kan dapat dari pemerintah, pemasoknya dari Bandung. Nah, enggak tau yang swasta," kata Yulis.
Hingga hari ini, kabar mengenai ketersediaan vaksin polio di puskesmas belum juga jelas. Pasalnya, tidak ada surat atau pemberitahuan resmi dari Kemenkes.
Sebagai antisipasi, orang tua anak memilih imunisasi di rumah sakit swasta dengan biaya lebih dari Rp 100.000.
"Dari tahun lalu, vaksin polio di puskesmas kosong. Karena takut kelamaan, saya imunisasi ke RS PKU Muhamadiyah Bantul," ujar Nanda Reni Fera Ramadhan, warga Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul.
Baca Juga: 2020 Tahun Politik, Apdesi Bantul Diingatkan Jaga Indepedensi
Nanda mengaku tidak keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Hanya saja, ia berharap pemerintah segera mengadakan kembali vaksin polio di puskesmas.
"Vaksin polio itu fasilitas dari pemerintah, harusnya kita bisa dapat gratis," ucapnya.
Kepala Seksi Surveilans dan Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Bantul Abdenego Dani Nugroho justru menganggap pembembeli vaksin secara mandiri itu merupakan tanda masyarakat punya kesadaran akan kesehatan yang tinggi.
Meski begitu, dia tetap mengakui Pemerintah Pusat belum optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya yang ada di daerah.
"Seharusnya kegagalan Pemerintah Pusat itu tidak terjadi. Pasalnya, kami-kami ini yang di daerah tidak bisa berbuat apa-apa," ujarnya.
Berita Terkait
-
Dinkes Bantul Sebut Kasus DBD di Tahun 2019 Masih Tinggi, Segini Temuannya
-
Waspadai Leptospirosis, Dinkes Bantul Minta Warga Perhatikan Ini
-
Cuaca Ekstrem, Sungai Wilayah Timur Bantul Sangat Berpotensi Banjir
-
Ingin Bantul Lebih Ramai, Bupati Resmikan Taman Klodran Sisi Barat
-
Temuan Kerangka di Bangunjiwo, Adik Ipar Kaget Rumah Saudaranya Jadi TKP
Terpopuler
- 4 Link Video Syur Andini Permata Bareng Bocil Masih Diburu, Benarkah Adik Kandung?
- Pemain Keturunan Rp260,7 Miliar Bawa Kabar Baik Setelah Mauro Zijlstra Proses Naturalisasi
- 41 Kode Redeem FF Terbaru 10 Juli: Ada Skin MP40, Diamond, dan Bundle Keren
- Eks Petinggi AFF Ramal Timnas Indonesia: Suatu Hari Tidak Ada Pemain Keturunan yang Mau Datang
- 4 Rekomendasi Sepatu Running Adidas Rp500 Ribuan, Favorit Pelari Pemula
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Prediksi Oxford United vs Port FC: Adu Performa Ciamik di Final Ideal Piala Presiden 2025
-
Ole Romeny Kena Tekel Paling Horor Sepanjang Kariernya, Pelatih Oxford United: Terlambat...
-
Amran Sebut Produsen Beras Oplosan Buat Daya Beli Masyarakat Lemah
-
Mentan Bongkar Borok Produsen Beras Oplosan! Wilmar, Food Station, Japfa Hingga Alfamidi Terseret?
Terkini
-
UMKM Kota Batu Tangguh dan Inovatif Berkat Dukungan Klasterkuhidupku BRI
-
443 Juta Transaksi: Bukti Peran Strategis AgenBRILink untuk BRI
-
Jebakan Maut di Flyover, Pengendara Motor Jadi Korban Senar Layangan! Polisi: Ini Ancaman Berbahaya
-
Gula Diabetasol, Gula Rendah Kalori
-
Angka Kecelakaan di Jogja Turun, Polisi Bongkar 'Dosa' Utama Pengendara yang Bikin Celaka