Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 01 Maret 2020 | 17:41 WIB
Penampakan komplek Makam Girigondo, Minggu (1/3/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Ketika ditanya apakah nanti pembangunan desa akan menghilangkan esensi dari makam yang notabene adalah wisata religi tersebut, Bara mengatakan bahwa esensinya tidak akan hilang. Karena memang bahkan dari dulu makam itu sudah menjadi objek wisata religi.

"Kalau sekarang yang lagi dibangun mungkin suasana desa jadi targetnya emang orang-orang kota gitu." imbuhnya.

Pembanguan desa ini dirasa lebih memperkuat dan berfokus kepada mengembangkan sumber daya yang ada. Bukan malah untuk menggantikan yang sudah ada lalu dimodernisasi hanya untuk kepentingan umum.

Sejauh ini belum ada promosi atau semacamnya untuk menarik wisatawan. Masyarakat sepertinya masih berfokus dalam pembangunan desa terlebih dahulu.

Baca Juga: Jalan Purwosari Ambrol, DPRD Kulon Progo Desak Perbup Bantuan Tak Terduga

"Belum ada perbedaan yang berarti, cuma jalan yang menuju makam Girigondo itu mulai dibangun trotoae dan lampu taman, mungkin itu salah satu cara menghadapi adanya bandara." Ungkapnya.

Hingga saat ini Makam Girigondo tidak hanya menerima kunjungan internal Puropakualaman, tetapi juga menjadi tempat wisata religi. Banyak pengunjung yang datang, kendati hanya sekedar untuk mengenal sejarah atau berziarah.

Load More