SuaraJogja.id - Indonesia yang dinyatakan positif Covid-19 atau virus corona nampaknya tak hanya berdampak negatif bagi perekonomian negara. Alih-alih merugikan, isu virus corona justru jadi peluang usaha bagi para pedagang jamu dan rempah-rempah di Pasar Beringharjo.
Salah satu pedagang rempah dan jamu di Los 8, Purwoto (49) punya ide menjual empon-empon atau rempah-rempah dengan label empon-empon Corona. Satu paket empon-empon yang dijual dengan harga Rp10.000 ini berisi jahe, kunir, temulawak, kayu manis, jahe, serai, kunir dan secang.
Purwoto mendapatkan bahan baku jamu dari beberapa tempat seperti di Bantul, Kulon Progo dan Jateng. Bahan-bahan tersebut dibelinya dalam jumlah besar untuk dijual di Pasar Beringharjo setiap harinya.
"Baru dua hari ini dibuat paket empon-empon corona. Tapi kalau kemasaan yang diberi label baru dipasang hari ini. Kemarin dibuat kemasan satu ons untuk masing-masing rempah," ujarnya di Pasar Beringharjo, Rabu (04/03/2020).
Baca Juga: 3 Warga Yogyakarta Terjangkit Virus Corona, Ini Faktanya
Menurut Purwoto, ide tersebut muncul pasca ditemukannya pasien positif corona di Indonesia. Selain itu juga penelitian dosen Unair yang menyatakan empon-empon di Indonesia mampu meningkatan kekebalan tubuh terhadap virus.
"Pak Jokowi (presiden RI) juga selalu sehat karena minum jamu, ini bisa jadi promosi jamu untuk menjaga kekebalan tubuh," ujarnya.
Purwoto mengaku bisa menjual lebih dari 150 kemasan empon-empon saat pertama dijual, Selasa (03/03/2020) kemarin. Para pembeli tidak hanya berasal dari Yogyakarta namun hingga luar kota seperti Jakarta dan Surabaya.
Pembeli dari luar Yogyakarta biasanya membeli dalam jumlah yang cukup banyak. Mereka beralasan mendapatkan pesanan dari kerabat dan teman.
"Kemarin ada orang Jakarta yang beli 12 bungkus. Katanya pesanan temannya," ujarnya.
Baca Juga: Masker di Yogyakarta Langka, Apotek Ini Sediakan Masker Khusus Dari Kain
Sementara salah seorang pembeli, Diah Pembayun (41) asal Surabaya tertarik membeli dua empon-empon corona karena tulisan tersebut. Selain empon-empon tersebut, dia juga membeli wedang uwuh yang juga merupakan empon-empon tradisional dari Yogyakarta.
"Saya sengaja cari di Jogja karena di Surabaya susah cari serai," ungkapnya.
Mengaku sudah satu tahun terakhir mengkonsumsi empon-empon, dia merasakan perubahan pada kesehatannya. Dia jadi jarang sakif flu dan daya tahan tubuhnya jauh lebih baik.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Penjualan Karpet di Pasar Gembrong Merosot 50 Persen, Pedagang Jerit: saat Covid-19 Malah Mendingan!
-
Kebakaran Gerbong Kereta di Yogyakarta, Menhub Perintahkan Evaluasi Total KAI
-
Alasan Pilkada atau Pilgub Tidak Digelar di DI Yogyakarta
-
Mau Nostalgia Masa Kecil, Jeremy Teti Berencana Jual Rumahnya yang Mewah
-
Pose di Samping Mobil Lawas nan Langka Bersama Istri, Bahlil Disebut Romeo dan Juliet
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
-
Perhatian! Harga Logam Mulia Diprediksi Akan Terus Alami Kenaikan
-
Baru Masuk Indonesia, Xpeng Diramalkan Segera Gulung Tikar
-
Profil Helmy Yahya yang Ditunjuk Dedi Mulyadi jadi Komisaris Independen Bank BJB
Terkini
-
Omzet Ratusan Juta dari Usaha Sederhana Kisah Sukses Purna PMI di Godean Ini Bikin Menteri Terinspirasi
-
Waspada Jebakan Kerja di Luar Negeri, Menteri Ungkap Modus PMI Unprosedural Incar Anak Muda
-
Dana Hibah Pariwisata Sleman Dikorupsi? Bupati Harda Kiswaya Beri Klarifikasi Usai Diperiksa Kejari
-
Empat Kali Lurah di Sleman Tersandung Kasus Tanah Kas Desa, Pengawasan Makin Diperketat
-
Guru Besar UGM: Hapus Kuota Impor AS? Petani Lokal Bisa Mati Kutu