Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 10 Maret 2020 | 13:20 WIB
Toko kelontong milik Ramli di Jalan Selokan Mataram, Depok, Sleman, Selasa (10/3/2020). [Suarajogja.id / M Ilham Baktora]

SuaraJogja.id - Berbagi bisa dilakukan siapapun tanpa mengenal status. Entah kaya, berkecukupan ataupun miskin, semua orang bisa melakukannya.

Rasa ingin berbagi kepada seama, terlebih kepada saudara seperjuangan terkadang memunculkan keinginan melebih batas-batas nilai ekonomi. Hal itulah yang mungkin dirasakan Ahmad Ramli (42), seorang pedagang kelontong di Jalan Selokan Mataram Depok, Sleman.

Ia bersama keluarganya sudah lima tahun berjualan di lokasi setempat. Keluarganya adaah keluarga sederhana, sebagaimana layaknya keluarga pedagang yang lain.

Kedermawanan lah yang membuat keluarga sederhana ini spesial. Ramli dan keluarganya membagikan air botol gratis kepada ratusan driver ojek online saat terjadi gesekan yang melibatkan ratusan driver ojol dengan terduga debt collector (DC), Jumat (6/3/2020).

Baca Juga: Jabar Siaga 1 Virus Corona, Bandung Tetap Gelar Festival Asia-Afrika

"Saya lakukan dengan spontan (membagikan air minum). Saya melihatnya, kasihan karena mereka sudah jalan jauh (long march) dan terlihat lelah. Akhirnya saya keluarkan kardus air botol dan saya bagikan kepada ojol yang melintas," ungkap Ramli saat ditemui Suarajogja, Selasa (10/3/2020).

Ahmad Ramli (42) pemilik pedagang kelontong di sisi selatan Jalan Selokan Mataram. (Suarajogja.id / M Ilham Baktora]

Ramli menyebut, awalnya banyak driver yang kehausan dan membeli air ke tokonya. Saat tensi panas terjadi, hampir seluruh toko di sepanjang jalan Selokan Mataram tutup karena takut terjadi aksi ricuh.

"Banyak driver yang beli ke toko saya. Sebenarnya kami juga mau tutup karena takut ricuh, ternyata tidak. Namun melihat orang-orang kelelahan akhirnya kami keluarkan tujuh kardus air minum dan dibagikan secara gratis, hitung-hitung amal. Kami hanya kasihan saja melihatnya," terang Ramli.

Ramli sendiri mengaku, dirinya memang seringkali membagikan barang dagangannya secara gratis. Meskipun ia sendiri mengaku sedikit takut kericuhan terjadi. 

"Biasanya ada pengemis yang suka minta makanan, ya kami bagikan saja. Selain itu lokasi ini (Selokan Mataram) banyak terjadi kecelakaan, korban biasanya kami bawa ke toko dan kami bantu," kata Ramli sembari menawarkan makanan pada kami.

Baca Juga: Pemilik KIA DIY Bisa Dapat Diskon di Tempat Wisata dan Pusat Perbelanjaan

Dalam aksi yang melibatkan driver ojol dengan terduga DC di Surabaya, Ramli membagikan tujuh kardus air botol yang dia bagikan secara cuma-cuma. Satu kardusnya berisi 24 botol.

Ramli sedikit enggan sewaktu ditanyai perihal harga satu mieral kardus di tokonya. Namun, sembari berbisik ia akhirnya memperkirakan totalnya kira-kira Rp301 ribu.

"Kami hanya ingin membantu orang-orang yang kelelahan saja. Kami sudah ikhlas, yang penting mereka semua tidak kehausan," ungkap dia.

Adik Ramli, Hudiadi (24) menerangkan, usaha tersebut merupakan bisnis keluarga. Keluarga mereka adalah perantau yang berasal dari Madura.

"Kami awalnya dari Madura, dulunya kami hanya nelayan. Karena berfikir usaha adalah cara agar kami bisa bertahan hidup, akhirnya kami merantau ke Yogyakarta dan memilih usaha kelontong ini," ungkap Hudi.

Gayung bersambut, usai tensi panas mereda pada pukul 20.00 WIB, perlahan banyak orang mendatangi tokonya. Penyebabnya,  satu-satunya toko kelontong yang buka adalah toko milik Ramli dan keluarga.

"Setelah bubar malah banyak pembeli yang datang ke toko kami. Karena toko kelontong saya yang buka pertama kali dan tidak tutup selama aksi di Selokan Mataram Jumat lalu," katanya.

Hingga kini, kasus ricuh antara ojol dan debt collector tengah dilimpahkan ke kepolisian. Kapolres Sleman, AKBP Rizky Ferdiansyah mengungkapkan seluruh laporan tetap diselesaikan dengan proses hukum.

"Meski sudah ada kesepakatan damai antara ojol dan debt collector, segala laporan yang masuk tetap kami proses. Jadi jika ada korban bisa melaporkan agar bisa segera kami proses," terangnya.

Load More