SuaraJogja.id - Keturunan Pangeran Diponegoro yang tinggal di Kapanewon Wates, Kulon Progo, Ki Roni Sadewo yang juga selaku Ketua Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro menyambut baik pengembalian keris Pangeran Diponegoro dari Belanda ke Indonesia.
Terlepas dari kontroversi yang sekarang ini ada, pengembalian keris Pangeran Diponegoro ini ditanggapi oleh trah keluarga sebagai sesuatu hal yang bagus.
"Rasanya tidak hanya keluarga tapi juga bangsa Indonesia menyambut dengan baik kembalinya keris yang diduga Naga Siluman ini ke Indonesia. Menyusul barang-barang milik Pangeran Diponegoro yang pernah dibawa ke Belanda lalu dikembalikan lagi. Diponegoro sudah bukan lagi milik keluarga tapi Diponegoro sudah menjadi milik negara dan dunia," kata Ki Roni Sadewo, saat ditemui di rumahnya, Rabu, (11/3/2020).
Sebelumnya keris dari pahlawan nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro yang dikabarkan sempat hilang dan akhirnya ditemukan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda dikembalikan ke Indonesia pada Selasa (10/3/2020).
Baca Juga: Tiga KK di Kulon Progo Mengungsi karena Longsor
Menurutnya kontroversi yang timbul karena selama ini orang punya persepsi bahwa keris Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro itu dhapurnya adalah Naga Siluman.
Namun tiba-tiba gambar yang muncul, ternyata bukan keris yang berdhapur Naga Siluman, tapi berdhapur Naga Sosro Kamarogan.
"Keris yang dikembalikan ini diyakini oleh peneliti-peneliti Belanda sebagai keris Naga Siluman itukan berdasarkan data-data. Tetapi memang sayangnya, tidak ada data yang benar-benar mendeskripsikan Naga Siluman itu apakah berupa keris Naga Siluman atau keris yang bergelar Naga Siluman. Jadi ada dhapur (bentuk) dan gelar (nama), biasanya nama menyesuaikan dhapurnya. Tetapi itu juga tidak harus. Ini yang menjadi kontroversi," imbuhnya.
Pihak Belanda sendiri sudah mendatangkan dua empu ke Belanda. Dan keduanya punya pendapat yang berbeda mengenai keris tersebut. Menurutnya terdapat kemungkinan bahwa pihak Belanda juga masih mengalami kebingungan dalam menentukan kebenaran hal tersebut.
Ki Roni mengharapkan agar kontroversi ini bisa menjadi cambuk bagi semua masyarakat Indonesia untuk lebih mau peduli kepada milik, warisan nenek moyang yaitu, tradisi, seni, budaya.
Baca Juga: Disdikpora Kulon Progo Keluarkan Surat Edaran Sekolah Antisipasi Covid-19
Karena tidak ada di dunia ini sebuah negara yang bisa menjadi besar dengan cara melupakan sejarah budaya adat dan tradisi.
"Ada yang namanya modern itu adalah pengembangan dari tradisional. Tanpa adanya tradisional tiba-tiba ada modern itu artinya itu hanya membeli tidak menciptakan," tegasnya.
Ki Roni Sodewo sendiri merupakan trah ketujuh yang jika dalam istilah jawa disebut gantung siwur.
Ia mengatakan bahwa pentingnya membedakan belajar sejarah dan belajar kepada sejarah kepada generasi sekarang.
"Karena belajar sejarah saja hanya dihafalkan, mengerjakan soal nilainya bagus selesai, tetapi jika belajar kepada sejarah kita bisa berkaca kepada masa lalu untuk mengambil keputusan hari ini, maupun di masa depan," katanya.
Berita Terkait
-
Siapa Peter Carey? Ramai Dibicarakan Usai Bukunya Diduga Diplagiat Dosen UGM
-
Bakal "Tatar" Para Menteri di Akmil Magelang, Prabowo Kupas Kisah Heroik Pangeran Diponegoro, Begini Katanya!
-
Cek Fakta: Anies Baswedan Membuat Video dengan Latar Belakang Tongkat Pangeran Diponegoro
-
Keceplosan Sebut Mulyono Bukan Raja Jawa, Ekspresi Anies Baswedan Tuai Sorotan: Kayak Sambil Mikir...
-
Momen Kocak Anies Baswedan Dipancing Wartawan soal Raja Jawa: Jadi Bukan Mulyono Pak?
Terpopuler
- Vanessa Nabila Bantah Jadi Simpanan Cagub Ahmad Luthfi, tapi Dipinjami Mobil Mewah, Warganet: Sebodoh Itu Kah Rakyat?
- Reaksi Tajam Lex Wu usai Ivan Sugianto Nangis Minta Maaf Gegara Paksa Siswa SMA Menggonggong
- Kini Rekening Ivan Sugianto Diblokir PPATK, Sahroni: Selain Kelakuan Buruk, Dia juga Cari Uang Diduga Ilegal
- TikToker Intan Srinita Minta Maaf Usai Sebut Roy Suryo Pemilik Fufufafa, Netizen: Tetap Proses Hukum!
- Adu Pendidikan Zeda Salim dan Irish Bella, Siap Gantikan Irish Jadi Istri Ammar Zoni?
Pilihan
-
Dugaan Pelanggaran Pemilu, Bawaslu Pantau Interaksi Basri Rase dengan ASN
-
Kuasa Hukum Tuding Kejanggalan, Kasus Cek Kosong Hasanuddin Mas'ud Dibawa ke Tingkat Nasional
-
Iuran Rp 20 Ribu untuk Listrik di SMA Negeri 1 Bontang, Disdik Kaltim Angkat Bicara
-
Pakai AC di Kelas, Orang Tua Murid Keluhkan Iuran Rp 20 Ribu untuk Bayar Listrik di SMA Negeri 1 Bontang
-
KPU Kaltim Pastikan Debat Ketiga Berlangsung Kondusif, Aturan Diperketat
Terkini
-
Sholawatan Pilkada Sleman Berujung Polemik, Bawaslu Usut Dugaan Eksploitasi Anak
-
Tips dan Trik Perawatan Motor Dasar
-
Gunung Merapi Muntahkan 162 Guguran Lava Sepekan, Warga Diimbau Waspada
-
Akademisi UGM: Program Transmigrasi di Papua Masih Dibutuhkan
-
Satpol PP Kota Yogyakarta Terjunkan 100 Personel Amankan Kampanye Terbuka