Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi | Mutiara Rizka Maulina
Sabtu, 28 Maret 2020 | 15:28 WIB
Seorang pekerja menggunakan masker melintas di kawasan Stasiun Sudirman, Jakarta, Selasa (3/3). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

"Rentan diskriminasi sama orang asing dan orang yang lagi sakit," bisiknya.

Belakangan, Eva menjadi lebih rajin mencuci pakaian, serta menjaga makanan agar tidak sembarangan. Sebelum masuk dan keluar kantor, Pegawai rutin disemprot dengan cairan disinfektan. 

"Liat berita, bikin khawatir. Gimana manajemen perusahaan kalau dalam keadaan krisis yang mungkin saja terjadi," ujarnya.

Eva berharap, perusahaan memiliki kebijakan terbaik, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

Baca Juga: Polisi 7 Kali Cabuli Mertua, Tepergok Istri Simpan Foto-foto Lansia di HP

Hingga kini, tempatnya bekerja masih akan terus beroperasi. Maklum saja, karena perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan operasional pelayanan membuat para karyawan tidak bisa mengerjakan tugasnya di rumah.

Serupa tapi tak sama. Ramadhan, seorang penyiar radio swasta, masih memiliki beban 8 jam kerja 3 kali dalam seminggu. 

"Takut kalo aku bawa virus dan nularin ke orang lain, atau aku yg malah sakit karena semua org bisa kena kan," kata Rama. 

Dengan sistem kerja kantor yang dikurangi, membuatnya harus bekerja sendiri tanpa ada kru. berbeda dengan Andika dan Eva yang takut dengan pemberitaan covid-19. Rama mengaku tak terlalu khawatir. Menurutnya, masih ada hal positif yang bisa diambil dengan bekerja separuh di rumah. 

Ia juga berpendapat kesadaran akan kebersihan dan penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat kini semakin meningkat.

Baca Juga: Raffi Ahmad Galang Dana Rp 1,2 Miliar untuk Lawan Virus Corona

Ia mengakui tetap khawatir saat menggunakan berbagai fasilitas umum meskipun pihakterkait sudah melakukan disinfektasi. Rama juga menyarankan masyarakat agar tidak menganggap remeh wabah virus corona yang melanda Indonesia.

Load More