Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Jum'at, 10 April 2020 | 18:25 WIB
Ilustrasi KBM online - (Unsplash/@anniespratt)

SuaraJogja.id - Keputusan pemerintah untuk meniadakan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan menggantinya dengan sekolah online membawa dampak baru bagi tenaga pengajar. 

Salah satu tenaga pengajar honorer di Bantul, Fitri mengaku tagihan untuk kebutuhan internetnya membengkak. Sayangnya, ia tidak mendapatkan ganti rugi dari pihak sekolah. 

Ia menjelaskan selama tiga minggu belakangan, kegiatan belajar mengajar di sekolahnya berlangsung secara online, melalui pesan elektronik pada aplikasi WhatsApp. 

"Bentuk pembelajaran berupa online, dengan mengunakan whatsapp saja. Dengan sistem penugasan," kata Fitri Jumat (10/4/2020).

Baca Juga: Bantul Wajibkan Pakai Masker, Ini Kriteria Masker Kain yang Sesuai

Ia menjelaskan, setiap hari siswa diberi tugas melalui pesan elektronik. Tugas terbagi dalam dua jenis, yakni kegiatan dan pembiasaan. Tugas pembiasaan berupa murojaah dan sholat dhuha. 

Sebagai pengganti absensi, setiap pagi orangtua harus mengirim video tugas pembiasaan yang dilakukan siswa. 

Sementara tugas kegiatan berupa pengerjaan solat dan prakarya. Pemberian tugas dilakuakn berselang-seling untuk menghindari kejenuhan. Dalam mengerjakan tugas kegiatan, orangtua siswa juga diminta untuk mengirimkan foto. 

Selama tiga pekan menjalani sekolah online, Fitri mengaku mengalami kendala sinyal. Akibat rumahnya yang berada di perbukitan, sehingga sulit mendapatkan sinyal untuk terkoneksi dengan internet. 

"Saya sendiri juga berada di gunung, jadi untuk mengirim tugas atau menerima tugas berupa video  saya harus turun gunung dulu," kata Fitri. 

Baca Juga: Proyek Jembatan di Bantul Ditunda, Anggaran Dialihkan demi Tangani COVID-19

Selain sinyal, Fitri mengatakan bahwa kemampuan wali murid dalam memanfaatkan gadget juga berbeda-beda. Ada sebagian yang sudah piawai, sementara tidak sedikit juga yang masih gagap. 

Ia mengatakan, saat tugas dikirim berupa file docoment atau google drive, banyak wali murid yang kesulitan mengakses. Kondisi orangtua yang masih bekerja juga menyulitkan guru dalam membagikan tugas mauapun materi pelajaran.

Beberapa siswa yang tinggal di lingkungan pondok pesantren juga memiliki keterbatasan akses dalam menerima materi dan tugas. Tidak bisa bersamaan dengan siswa lain yang tinggal di rumah. 

Kendala-kendala tersebut turut menjadi alasan utama tidak terlaksananya kegiatan pembelajaran tatap muka secara online. Sebagai guru, Fitri juga mengalami kesulitan dalam mengoreksi tugas siswa. 

"kondisi siswa dan orangtua kurang mendukung. Walaupun begitu, orangtua terlihat masih semangat mendampingi anak-anaknya belajar di rumah," kata Fitri. 

Meski mengalami sejumlah kendala, dalam kondisi seperti saat ini Fitri mengaku mendukung kebijakan pemerintah untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara online. 

"Tentu kendala ada tapi dengan kondisi sekarang ini ya kami tetap dukung KBM dengan online tentunya untuk menjaga semua pihak agar tetap sehat," tukasnya.

Load More