SuaraJogja.id - Dampak pandemi virus corona ke sektor pariwisata di DIY nampaknya semakin memburuk. Kerugian yang ditanggung sebanyak 18 ribu pelaku wisata di DIY hingga Senin (27/04/2020) ini sudah mencapai Rp240 Miliar.
Berdasarkan laporan dari Perhimpunan Hotel dan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Jumlah ini meningkat tiga kali lipat dari data sebelumnya, dimana kerugikan dialami 15 ribu pelaku wisata per 16 April 2020 lalu baru sekitar Rp 80 Miliar.
Kerugian terbesar yang dialami pelaku wisata terutama pada biaya operasional. Diantaranya pembayaran BPJS karyawan, PLN serta cicilan perbankan yang belum bisa terbayar secara penuh hingga saat ini.
"Kalau PLN tetap membayar hanya [kita berharap ada] penundaan dan diskon karena keadaan [terdampak pandemi virus corona] seperti ini. Bahkan Maret kemarin tagihannya tinggi hingga dua kali lipat karena menghitung Desember, Januari, Februari itu tingkat hunian tinggi sehingga tagihan PLN juga tinggi," ungkap Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono usai bertemu Komisi B DPRD DIY, Senin siang.
Baca Juga: Akses Masuk DIY Resmi Ditutup, Pemudik Dilarang Masuk
Menurut Deddy, kehilangan pendapatan terbesar dari pelaku wisata hingga kini karena minimnya tingkat hunian atau reservasi. Bahkan hingga saat ini okupansi hotel di bawah 10 persen. Selain itu pemasukan melalui properti hotel seperti makanan juga mengalami kerugian yang cukup besar.
Bila kondisi ini dibiarkan maka pelaku wisata di DIY dikhawatirkan rata-rata hanya bisa bertahan hingga dua bulan kedepan pada Juni 2020 mendatang. Sebagian lainnya hanya bisa bertahap hingga September atau Desember 2020.
"Kekuatan hotel beda, rata-rata hanya bisa bertahan sampai Juni. Dari 400 anggota kita kuatnya hanya sampai Juni," bebernya.
Karenanya PHRI berharap pemerintah, termasuk di daerah bisa ikut memikirkan nasib mereka. Sebab insentif yang dijanjikan pun hingga saat ini belum mereka dapatkan.
Padahal 18 ribu karyawan hotel, restoran serta pelaku wisata lain di DIY harus memenuhi kebutuhan hidup. Sementara alih-alih bantuan bahan pokok, Dinas Pariwisata (dinpar) DIY justru menawarkan pelatihan bagi pelaku wisata.
Baca Juga: Pasien Corona DIY Terus Bertambah, TRC BPBD: Pakai APD Itu Panas Tahu!
Apalagi hotel dan restorant yang masih buka saat ini lebih karena alasan branding DIY kalau pariwisata DIY masih hidup. Kalau tidak dipromosikan maka dikhawatirkan nantinya akan semakin sulit untuk bertahan.
Berita Terkait
-
Dukung Mahasiswa Kembangkan Karya, Simak Gelaran Jakarta Doodle Fest Art School Roadshow
-
Geger di Sleman! Pria 29 Tahun Ini Cabuli Puluhan Anak, Termasuk Balita
-
Langsung Kunjungi DPRD DIY, Siswa MAN 2 Bantul Belajar Demokrasi
-
Jaringan Ganja Antar Provinsi Jogja-Medan-Aceh Dibongkar, 1 Kg Lebih Ganja Disita!
-
Volkswagen di Ujung Tanduk: Tutup Pabrik atau Gulung Tikar?
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Jordi Onsu Terang-terangan Ngaku Temukan Ketenangan dalam Islam
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
Pilihan
-
Freeport Suplai Emas ke Antam, Erick Thohir Sebut Negara Hemat Rp200 Triliun
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaik November 2024
-
Neta Hentikan Produksi Mobil Listrik Akibat Penjualan Anjlok
-
Saldo Pelaku UMKM dari QRIS Nggak Bisa Cair, Begini Respon Menteri UMKM
-
Tiket Kereta Api untuk Libur Nataru Mulai Bisa Dipesan Hari Ini
Terkini
-
AI Ancam Lapangan Kerja?, Layanan Customer Experience justru Buat Peluang Baru
-
Dampak Kemenangan Donald Trump bagi Indonesia: Ancaman Ekonomi dan Tantangan Diplomasi
-
Pengawasan Miras di DIY sangat Lemah, Sosiolog UGM Tawarkan Solusi Ini
-
Pakar hukum UGM Usul Bawaslu Diberi Kewenangan seperti KPK
-
Ini Perbedaan Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa pada Anak