Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 01 Mei 2020 | 13:44 WIB
Seorang pedagang kembang menata bunga-bunga mawar putih dan merah di Jalan Sultan Agung, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Jumat (1/5/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Pandemi corona, yang mendorong pemerintah untuk melarang masyarakat bepergian ke luar daerah dan juga mudik di bulan Ramadan 2020, memberi dampak besar terhadap masyarakat. Warga perantuan tidak bisa berziarah ke makam kerabat. Hal tersebut juga menimbulkan dampak kepada para pedagang bunga tabur yang ada di Yogyakarta.

Seorang pedagang kembang di Jalan Sultan Agung, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Jumini (45), menjelaskan, selama ia berjaga dari pukul 05.00-11.40 WIB, tak ada satu pun pembeli yang datang.

"Situasinya memprihatinkan sekali, saya yang sudah menata kembang di keranjang dari Subuh sampai sekarang, belum ada yang membeli," kata Jumini, ditemui SuaraJogja.id di tempatnya berjualan, Jumat (1/5/2020).

Ia menambahkan, adanya wabah corona ini membuat para pemudik tidak kembali ke tempat tinggalnya dari perantuan.

Baca Juga: Berita Duka! 2 Bayi PDP Corona di Probolinggo Meninggal Dunia

"Bulan Ramadan ini bisa menjadi bulan ruwah. Jadi sebelum puasa banyak peziarah yang datang dari berbagai luar kota membeli kembang. Hanya saja karena tidak boleh mudik, pembeli sangat sedikit," ungkapnya.

Wanita yang juga menjual menyan, dupa, dan berbagai kembang ini harus menerima keadaan di mana pandemi corona memberi dampak besar terhadap perekonomian.

"Ya mau tidak mau saya tetap bersyukur. Beberapa hari lalu tetap ada yang membeli. Namun hasilnya tidak seberapa. Bahkan untuk makan sehari-hari bisa dibilang kurang, saat ini hanya bisa pasrah dengan keadaan," jelasnya.

Seorang pedagang kembang menata bunga-bunga mawar putih dan merah di Jalan Sultan Agung, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Jumat (1/5/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

Seorang pedagang kembang lainnya, Ngatiyem (65), menuturkan, pada 2019 lalu sebelum Ramadan dirinya bisa meraup omzet Rp2-3 juta per hari.

"Sebelum Ramadan itu banyak pemudik yang datang, mereka membeli banyak kembang untuk nyekar di makam. Tradisi ini menjadi ladang penghasilan kami tiap tahun, tapi karena sekarang mudik dilarang, peziarah juga tidak banyak yang datang ke sini. Akhirnya jualan saya tidak laku," jelasnya.

Baca Juga: Jual Masker Rp 400 Ribu, Pedagang Curhat Sepi Pembeli

Tak hanya larangan mudik, ditutupnya jalan masuk kampung dan tempat pemakaman umum juga menjadi salah satu faktor tak ada peziarah saat bulan Ramadan tahun ini.

Load More