SuaraJogja.id - Pandemi corona, yang mendorong pemerintah untuk melarang masyarakat bepergian ke luar daerah dan juga mudik di bulan Ramadan 2020, memberi dampak besar terhadap masyarakat. Warga perantuan tidak bisa berziarah ke makam kerabat. Hal tersebut juga menimbulkan dampak kepada para pedagang bunga tabur yang ada di Yogyakarta.
Seorang pedagang kembang di Jalan Sultan Agung, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Jumini (45), menjelaskan, selama ia berjaga dari pukul 05.00-11.40 WIB, tak ada satu pun pembeli yang datang.
"Situasinya memprihatinkan sekali, saya yang sudah menata kembang di keranjang dari Subuh sampai sekarang, belum ada yang membeli," kata Jumini, ditemui SuaraJogja.id di tempatnya berjualan, Jumat (1/5/2020).
Ia menambahkan, adanya wabah corona ini membuat para pemudik tidak kembali ke tempat tinggalnya dari perantuan.
"Bulan Ramadan ini bisa menjadi bulan ruwah. Jadi sebelum puasa banyak peziarah yang datang dari berbagai luar kota membeli kembang. Hanya saja karena tidak boleh mudik, pembeli sangat sedikit," ungkapnya.
Wanita yang juga menjual menyan, dupa, dan berbagai kembang ini harus menerima keadaan di mana pandemi corona memberi dampak besar terhadap perekonomian.
"Ya mau tidak mau saya tetap bersyukur. Beberapa hari lalu tetap ada yang membeli. Namun hasilnya tidak seberapa. Bahkan untuk makan sehari-hari bisa dibilang kurang, saat ini hanya bisa pasrah dengan keadaan," jelasnya.
Seorang pedagang kembang lainnya, Ngatiyem (65), menuturkan, pada 2019 lalu sebelum Ramadan dirinya bisa meraup omzet Rp2-3 juta per hari.
"Sebelum Ramadan itu banyak pemudik yang datang, mereka membeli banyak kembang untuk nyekar di makam. Tradisi ini menjadi ladang penghasilan kami tiap tahun, tapi karena sekarang mudik dilarang, peziarah juga tidak banyak yang datang ke sini. Akhirnya jualan saya tidak laku," jelasnya.
Baca Juga: Berita Duka! 2 Bayi PDP Corona di Probolinggo Meninggal Dunia
Tak hanya larangan mudik, ditutupnya jalan masuk kampung dan tempat pemakaman umum juga menjadi salah satu faktor tak ada peziarah saat bulan Ramadan tahun ini.
"Di kampung-kampung kan jalanan sudah ditutup. Orang yang akan bersilaturahmi ke keluarganya juga sulit, apalagi berziarah. Karena memang pembeli saya kebanyakan orang luar kota," jelas dia.
Ngatiyem membeberkan, di Ramadan 2019 dirinya banyak mendapat untung dalam sehari jualan. Rata-rata dirinya menerima hasil kotor hingga Rp2 juta per hari. Namun saat ini, karena ada pandemi dan dilarangnya masyarakat untuk mudik, dalam sehari ia hanya meraup Rp200-300 ribu.
"Pembeli juga sedikit, hari ini pembeli yang datang hanya empat orang., tapi kami tetap mensyukuri yang ada," kata dia.
Kembang yang didatangkan dari Kabupaten Boyolali ini, lanjut Ngatiyem, selalu dikirim. Pihaknya tidak bisa meminta pemasok untuk menghentikan pengiriman kembang selama pandemi ini.
"Jadi jika saya meminta berhenti, ke depan tidak akan dikirim lagi. Jadi dibilang rugi, itu pasti, tapi masih ada beberapa pembeli satu sampai dua orang yang datang," ungkapnya.
Berita Terkait
-
5.300 Tenaga Kerja Asal Kulon Progo Terdampak Pandemi Covid-19
-
Penjualan Pedagang di Pasar Kuliner Angkruksari Menurun 80% Akibat Corona
-
Ribuan Karyawan Pabrik Sepatu Kena PHK Massal
-
Tak Bisa Pulkam karena COVID-19, 453 Mahasiswa Telantar di Jogja
-
Dampak Corona: Ribuan Karyawan Pabrik Sepatu di Tangerang Kena PHK Massal
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Hentikan Pemburu Rente, Guru Besar UGM Nilai Program MBG Lebih Aman Jika Dijalankan Kantin Sekolah
-
Satu Kampung Satu Bidan, Strategi Pemkot Yogyakarta Kawal Kesehatan Warga dari Lahir hingga Lansia
-
Malioboro Jadi Panggung Rakyat: Car Free Day 24 Jam Bakal Warnai Ulang Tahun ke-269 Kota Jogja
-
Lebih dari Sekadar Rekor Dunia, Yogyakarta Ubah Budaya Lewat Aksi 10 Ribu Penabung Sampah
-
Wisata Premium di Kotabaru Dimulai! Pasar Raya Padmanaba Jadi Langkah Awal Kebangkitan Kawasan