SuaraJogja.id - Hari Raya Idulfitri 2020 hanya tinggal menghitung hari. Sejumlah aktivitas warga Kota Yogyakarta mulai memadati ruas-ruas jalanan.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Agus Arif tak menampik bahwa jumlah kendaraan yang beroperasi di Yogyakarta mengalami peningkatan di jam-jam tertentu.
"Aktivitas di jalanan itu sebagai tolok ukur terjadi pada jam-jam kerja. Peningkatan [jumlah kendaraan di jalan] ini lebih kepada masyarakat untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan pokok atau belanja. Biasanya pagi dan saat mereka pulang kerja," kata Agus, dihubungi SuaraJogja.id, Rabu (20/5/2020).
Ia menambahkan, saat bulan Ramadan, masyarakat juga sengaja keluar untuk membeli makanan berbuka puasa. Namun jumlahnya tak signifikan.
Baca Juga: Mengintip Bioskop Drive-in di AS yang Tengah Populer di Masa Pandemi Corona
"Karena bulan puasa, mungkin orang-orang mencari makan untuk buka puasa, tapi lokasi yang biasa menyediakan menu berbuka ini juga tidak ramai, misal di Kauman, jadi hanya sedikit," kata Agus.
Agus menuturkan, di luar jam tersebut, kondisi jalanan masih terbilang landai. Bahkan lokasi seperti Malioboro masih tergolong sepi.
"Jadi peningkatan kendaraannya hanya di lokasi tertentu. Jika Malioboro sampai sejauh ini masih landai. Menjelang sore hingga malam keadaan jalan juga sepi," tambahnya.
Meski ada peningkatan aktivitas di jalan raya, kondisi Indeks kualitas udara di Yogyakarta masih baik.
"Indeks kualitas udara di Kota Yogyakarta menunjukkan [warna] hijau, tapi saya tidak mengaitkan dengan kondisi jalan raya, apakah banyak kendaraan atau tidak. Yang jelas ada faktor-faktor lain yang memengaruhinya," terang Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Suyana melalui sambungan telepon.
Baca Juga: Program Khusus Otomotif Bagi Nakes, Apakah Efektif Dongkrak Penjualan?
Dirinya menduga, faktor cuaca menjadi salah satu pemicunya, sehingga debu yang ada di kota turun akibat hujan beberapa hari terakhir.
"Bisa jadi cuaca hujan yang terjadi sebelum-sebelumnya. Jika ada angin kencang dari arah selatan ke utara, bisa ikut memengaruhi [udara] ketika ada aktivitas Gunung Merapi, tapi sekali lagi, banyak faktor yang menyebabkan kualitas udara pada indikator hijau [baik]," tambahnya.
Kondisi tersebut, lanjut Suyana, sudah bertahan sejak dua pekan terakhir. Pihaknya juga tidak bisa memprediksi sampai kapan kondisi baik ini akan bertahan.
Berita Terkait
-
Jogja Bakal Susun Protokol New Normal, Siap Dijalankan Begitu Corona Mereda
-
Ditanya Warganet Soal Pasar Ramai Saat Pandemi, Paku Alam X Beri Jawaban
-
Lagi, Pasien Klaster Indogrosir Tulari Keluarga
-
Sudah Sembuh, 3 Pasien Positif Covid-19 di Kulon Progo Boleh Pulang
-
Pakar: Tingkat Polusi Akan Kembali Ketika Lockdown Melonggar
Terpopuler
- 6 Pilihan HP Samsung Murah Harga Rp1 Jutaan: RAM 6 GB, Performa Terbaik
- 6 Mobil Matic Bekas di Bawah Rp 40 Juta: Cocok untuk Pemula dan Ramah di Kantong
- Keluarkan Rp7 Juta untuk Tebus Ijazah Eks Satpam, Wamenaker Noel: Perusahaan Membangkang Negara
- 8 Rekomendasi HP Harga Rp1 Jutaan Spesifikasi Tinggi: Layar AMOLED, Kamera 50 MP!
- 5 Mobil Keluarga Terbaik yang Kuat Tanjakan, Segini Beda Harga Bekas vs Baru
Pilihan
-
Daftar Rekomendasi Mobil Bekas Favorit Keluarga, Kabin Lapang Harga di Bawah Rp80 Juta
-
6 Mobil Bekas Kabin Luas Bukan Toyota, Harga di Bawah Rp80 Juta Pas Buat Keluarga!
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
Terkini
-
Harga Material Meroket, Jalan di Sleman Terancam Mangkrak? Solusi Ini Diajukan
-
Ada Ratusan Tambahan Lahan untuk Tol Jogja-Solo di Sleman, Kapan Jadwal Pembebasannya?
-
IHR Cup 2025: Lebih dari Sekadar Pacuan, Momentum Lindungi Atlet Kuda dan Manusia
-
Sampah Jadi Emas: Kisah Sukses Warga Jogja Sulap Limbah Organik Jadi Pupuk Kompos Bernilai Jual
-
Disepakati DPRD DIY, Trans Jogja Buka Rute Yogyakarta-Wonosari: Kapan Mulainya?