Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Sabtu, 30 Mei 2020 | 18:25 WIB
Suasana kampung Gedongkiwo yang diubah menjadi tempat budidaya ikan setelah disebut kampung kumuh di Yogayakarta, Sabtu (30/5/2020). [Muhammad Ilham Baktora/ SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Terik panas di Kampung Gedongkiwo RT 62/RW 12 dan RT 69/RW 14, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta tak menyurutkan niat anak-anak bermain bola di jalan kampung tersebut. Beberapa anak lainnya mengantre untuk membeli camilan sosis bakar di sekitar rumah warga.

Berbagai lukisan tangan di dinding rumah warga menambah kesan ceria dan mendukung aktivitas siang itu. Di sebelah selatan kampung, terlihat gazebo coklat yang dibangun di atas aliran irigasi warga. Menariknya, aliran tersebut dipenuhi ratusan ikan nila yang sengaja dibudidayakan warga.

"Sebelumnya warga yang tinggal di sekitar irigasi ini membangun keramba ikan sendiri-sendiri. Bahkan irigasi ini tidak terurus dan terkesan kumuh, beberapa warga juga kadang sengaja membuang sampah ke sana," jelas Ketua RT 62 Kampung Gedongkiwo, Tukiran Mulyo ditemui wartawan, Sabtu (30/5/2020).

Melihat lingkunganya yang semakin hari tidak terkondisi dengan baik, sesepuh di dua RT tersebut mengambil langkah untuk mengubah lingkungannya menjadi lebih bersih.

Baca Juga: Hadapi New Normal, Disperindag Kota Jogja Siapkan Aplikasi Belanja Online

"Muncul inisiatif dari warga untuk mengubah kampung menjadi lebih asri. Sehingga kami menggandeng warga-warga di dua RT ini dan membentuk kelompok Mino Julantoro Asri," katanya.

Tukiran melanjutkan, kelompok tersebut dibentuk untuk mengubah aliran irigasi lebih bersih. Sehingga keramba yang dimiliki masing-masing warga dihilangkan dan sepakat untuk dijadikan budidaya ikan.

"Sejak 2018 lalu kami merubah kawasan ini, dimulai dari aliran irigasi yang kumuh. Jadi kami keruk agar lebih dalam dan kami pasang jaring-jaring sampah. Kami juga menyepakati bahwa tidak ada warga yang membuang limbah sampah ke sana. Setelah itu kami sebar bibit ikan nila untuk pembudidayaannya," jelas pria 70 tahun ini.

Diubahnya kawasan Gedongkiwo menjadi lebih asri, tiap warga mulai membangun septik tank untuk pembuangan limbah rumah tangga. Selain itu mereka juga membuat jadwal pembersihan irigasi air tersebut.

"Niat awalnya memang untuk mengubah kawasan kumuh ini menjadi lebih bersih. Hingga kini terus kami upayakan meski belum seluruhnya sesuai keinginan. Tapi saat ini lebih baik dibanding dulu. Bahkan karena kerap membuang sampah, rumah warga sering kebanjiran," keluh dia.

Baca Juga: Jogja Alami Penurunan Kriminalitas Selama Wabah, Kasus Ini Paling Tinggi

Berhasil menyulap irigasi menjadi lebih bersih, warga setempat juga mendapatkan manfaat dari hasil budidaya ikan. Tukiran menerangkan tiap empat bulan, warga selalu panen ikan dan dijual kepada pengepul.

"Jadi kami sudah bekerjasama dengan pengepul untuk dijual kepada mereka. Hasilnya kami kumpulkan untuk kas RT. Selain itu kami juga membagikan satu kilogram ikan untuk dinikmati masing-masing warga ketika panen," kata dia.

Irigasi sepanjang lebih kurang 300 meter tersebut, telah terpasang pagar besi di kedua sisinya. Hal itu untuk menciptakan rasa aman bagi wisatawan atau warga yang melintas. Selain itu warga juga membangun jembatan yang bisa digunakan untuk lokasi swafoto.

"Inisiatif ini tetap kami koordinasikan kepada pihak kelurahan. Sehingga beberapa waktu lalu, Pemkot Yogyakarta membantu menyediakan pagar besi dan gazebo diatas aliran irigasi. Wisatawan juga mulai mengenal kampung kami. Mereka bisa memberi makan ikan dengan merogoh kocek Rp 2 ribu," kata dia.

Kesadaran masyarakat Gedongkiwo RT 62 dan 69 untuk menjaga tempat tinggalnya sudah terbentuk. Kawasan yang sebelumnya kerap ditemui limbah olahan tempe dan tahu itu, kini lebih asri dengan hiasan dinding dan tanaman di sekitar kampung. 

"Kesadaran warga sudah cukup baik. Bahkan kami berupaya untuk membuat budidaya baru di seberang kampung. Namun karena sudah masuk wilayah Bantul, kami harus berkoordinasi dengan warga serta pemerintah di sana," kata dia.

Disinggung apakah kampungnya menjadi percontohan untuk kampung lain, Tukiran menjelaskan beberapa warga luar sempat bertanya-tanya bagaimana mengelola aliran irigasi menjadi tempat budidaya ikan.

"Sebelumnya ada beberapa warga dari luar kampung berdiskusi dengan kami. Salah satunya membahas bagaimana memanfaatkan potensi kampung yang ada untuk kesejahteraan warga. Memang niatnya kami hanya mengubah kampung yang terkesan kumuh lebih bersih, namun untuk hasil dari budidaya ikan ini sebagai bonus. Tapi kami tetap menjelaskan langkah-langkah dan strategi kepada warga luar," jelas dia.

Load More