SuaraJogja.id - Keterbatasan akses internet membuat sejumlah siswa dan guru yang berada di Desa Watugajah Kecamatan Saptosari Gunungkidul kesulitan untuk menerapkan kegiatan belajar online.
Untuk diketahui, wilayah Watugajah berada di daerah pegunungan yang cukup tinggi. Di musim kemarau misalnya, wilayah ini sering mengalami kekeringan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga terpaksa harus sering membeli dari para penyedia jasa droping air.
Selain kesulitan mengakses air, warga setempat nyatanya juga dihadapkan pada keadaan susah sinyal untuk mengakses internet. Diketahui, belum semua area di Desa Watugajah yang terjangkau internet, di antaranya yakni di padukuhan Tamansari.
Masa pandemi Covid-19 yang memaksa pembelajaran dilakukan secara online, akhirnya justru jadi kesulitan tersendiri bagi para murid maupun sang guru. Di Padukuhan ini, setidaknya ada 13 anak yang terdaftar dalam PAUD SPS Kasih Ibu. Masa Pandemi Covid19 ini, PAUD tempat pembelajaran yang semula di sekolah dialihkan dengan sistem online. Namun kendala jaringan membuat pembelajaran sering terhenti.
Baca Juga: Jelang Pengumuman Kelulusan SMP di Gunungkidul, Pelajar Dilarang Konvoi
Merasa prihatin dengan kondisi ini, staf pengajar PAUD SPS Kasih Ibu, Endah Suryatmi rela mendatangi anak-anak untuk mengajak belajar dan bermain selama masa pandemi. Ibu tiga orang anak ini menceritakan bagaimana konsep Bermain di Rumah diterapkan pada 13 anak didiknya.
"Kami sangat kesulitan dengan sistem online karena terkendala sinyal. Penyampaian materi belajarnya pun kurang maksimal. Apalagi ada wali yang teleponnya kurang memadai" jelas warga Dusun Tamansari, Watugajah ini, Jumat (05/06/2020).
Namun demikian, di tengah keterbatasan, Endah berusaha keras agar pembelajaran terhadap para siswa tetap berlangsung. Ia harus menyediakan waktu khusus untuk mendatangi para siswa. Di rumah siswa, ia berusaha menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum.
Ia bersyukur karena para orang tua sangat proaktif dalam menghadapi kendala dan situasi saat ini. Terbukti dari respon mereka yang cepat dan langsung memberikan laporan terkait hasil kerja anak-anak.
"Mudah-mudahan, pandemi covid-19 segera pergi. Agar proses belajar mengajar bisa normal seperti sedia kala. Saya berharap ini segera berakhir ya," tambah Endah.
Baca Juga: Warga di Gunungkidul Kecolongan, Lakukan Hal Ini Setelah Positif COVID-19
Meskipun dirinya bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan hanya berstatus Guru Tidak Tetap Yayasan (GTY), ia tetap merasa memiliki kewajiban agar para siswanya tetap bisa mendapatkan hak pembelajaran seperti seharusnya. Honornya yang hanya sebesar Rp150.000 ia terima perbulan dari pemerintah desa setempat tak menyurutkan semangatnya mendatangi para siswa.
Terpisah, Kabis Paud Disdikpora Gunungkidul, Nani Asyfiah mengatakan, selama pandemi memang tidak ada anjuran anak-anak belajar di rumah. Ia mengatakan istilah belajar di rumah diganti menjadi bermain di rumah bagi anak Paud. Caranya antara lain dengan mengefektifkan penggunaan grup percakapan di aplikasi WhatsApp. Dimana guru-guru Paud dan para orang tua anak didik bergabung di dalamnya.
"Metode ini dipilih sesuai konsep PAUD yang memang berfokus pada pengembangan karakteristik anak didik. Pada model Bermain di Rumah ini, peran orang tua lebih dimaksimalkan. Lewat grup ini para guru menyampaikan materi bersifat stimulan seperti apa yang sebaiknya diberikan pada anak-anak selama di rumah. Materinya juga tetap disesuaikan dengan kurikulum," kata Nani.
Agar orang tua bisa memahami materi yang diberikan, guru-guru Paud diarahkan untuk memberikan materi berupa video contoh yang mudah diikuti oleh anak-anak. Selanjutnya orang tua juga memberikan laporan pada guru bagaimana penerapan materi tersebut di rumah.
"Contohnya materi berupa bagaimana cara mencuci tangan yang benar hingga jenis-jenis makanan bergizi yang perlu diberikan untuk anak-anak usia dini," imbuh dia.
Berdasarkan Data Pokok Pendidikan Disdikpora Gunungkidul, Nani mengatakan terdapat 1,193 PAUD yang aktif sampai saat ini. Para guru pun diarahkan untuk tetap menyapa para anak didiknya melalui orang tua masing-masing.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Per Mei, Pemerintah akan Transfer Langsung Tunjangan Guru Honorer
-
Menjelajahi Desa Wisata Nglanggeran: Desa Wisata Terbaik Dunia
-
Liburan ke Gunungkidul? Jangan Sampai Salah Pilih Pantai! Ini Dia Daftarnya
-
Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer, Solusi atau Ilusi?
-
Kisah Inspiratif dari NTT: Guru Honorer Berjuang Demi Pendidikan di Desa Terpencil
Terpopuler
- Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
- Agama Titiek Puspa: Dulu, Sekarang, dan Perjalanan Spiritualnya
- Lisa Mariana Ngemis Tes DNA, Denise Chariesta Sebut Tak Ada Otak dan Harga Diri
- 6 Perangkat Xiaomi Siap Cicipi HyperOS 2.2, Bawa Fitur Kamera Baru dan AI Cerdas
- Kang Dedi Mulyadi Liburkan PKL di Bandung Sebulan dengan Bayaran Berlipat
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-17 Siaga! Media Asing: Ada yang Janggal dari Pemain Korut
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
Terkini
-
Pemkot Yogyakarta Gelar Pemeriksaan Kesehatan Lansia Gratis Tiap Bulan, Catat Tanggal dan Lokasinya!
-
Psikolog UGM Soroti Peran Literasi Digital dan Kontrol Diri
-
Pascaefisiensi Anggaran, Puteri Keraton Yogyakarta Pertahankan Kegiatan Budaya yang Terancam Hilang
-
Komunikasi Pemerintah Disorot: Harusnya Rangkul Publik, Bukan Bikin Kontroversi
-
Sehari Dua Kecelakaan Terjadi di Sleman, Satu Pengendara Motor Meninggal Dunia