SuaraJogja.id - Setelah sempat melambat, kasus covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Salah satunya yang terjadi pada Sabtu (6/6/2020) kemarin, terdapat penambahan 993 kasus baru yang dikonfirmasi positif terserang covid-19.
Pakar epidemiologi Universitas Alma Ata (UAA), Hamam Hadi menjelaskan ada dua alasan yang diperkirakan menjadi penyebab terjadinya peningkatan kasus tersebut. Pertama, yakni tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi. Kedua, luasnya test PCR yang dilakukan di wilayah Jawa Timur.
Hamam menilai, penerapan kenormalan baru saat ini belum dilengkapi dengan kesiapan sistem yang baik dalam praktiknya. Kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan di tengah Kenormalan Baru dinilai masih rendah. Ia menganggap banyak pelayanan publik yang bertentangan dengan protokol kesehatan.
"Banyak sekali pelayanan-pelayanan publik yang permisif terhadap kerumunan orang dan praktik-praktik yang bertentangan dengan physical distancing dan protokol kesehatan," kata Hamam Senin (8/6/2020).
Sebelumnya, Hamam menegaskan bahwa salah satu karakteristik virus corona sangat sensitif dengan mobilitas masyarakat. Sehingga ia menekankan agar baik pemerintah maupun masyarakat dapat menekan aktifitas yang berpotensi menimbulkan kerumunan.
Menanggapi wacana pemerintah dalam menerapkan kenormalan baru, Ia menilai saat ini Indonesia secara umumnya, kecuali Aceh saat ini belum memenuhi kriteria untuk menerapkan kenormalan baru sesuai karakteristik yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.
Ia menyampaikan, ada beberapa kriteria yang ditetapkan oleh WHO bagi negara yang ingin menerapkan kenormalan baru. Diantaranya adalah kriteria epidemiologis, kriteria sistem kesehatan dan kriteria surveilan kesehatan masyarakat. Dalam memenuhi kriteria tersebut, membutuhkan waktu setidaknya dua minggu untuk dapat melakukan penilaian.
Ia berharap pemerintah tidak terburu-buru dalam menerapkan kenormalan baru. Terutama dalam membuka kembali sekolah-sekolah formal. Hamam khawatir akan terjadi gelombang kedua penyebaran virus corona. Meski terdapat banyak kendala, namun Hamam lebih menyarankan agar sekolah tetap dilakukan secara daring.
"Untuk pendidikan dasar menengah, jika harus dimulai seharusnya dengan cara daring dulu. Betapapun banyak problem dan kelemahannya dengan beberapa alasan," ujarnya.
Baca Juga: Mau Masuk Kuliah Lagi di Jogja, Mahasiswa Wajib Ikuti RDT
Berita Terkait
-
Transisi New Normal, Sejumlah Tempat Berpotensi Jadi Cluster Baru Covid-19
-
Wapres Ma'ruf Amin Sebut Pesantren Lebih Aman Dibuka Ketimbang Sekolah
-
Perkantoran Dibuka Hari Ini, Pemprov DKI Belum Mau Sidak Protokol Corona
-
Ketua Gugus Tugas Serahkan Penerapan New Normal Kepada Kepala Daerah
-
Wapres Ma'ruf: Masyarakat yang Bandel Saat New Normal Harus Ditegur
Terpopuler
- Ayah Brandon Scheunemann: Saya Rela Dipenjara asal Indonesia ke Piala Dunia
- Di Luar Prediksi! 2 Pemain Timnas Indonesia Susul Jay Idzes di Liga Italia
- Berbalik 180 Derajat, Mantan Rektor UGM Sofian Effendi Cabut Pernyataan Soal Ijazah Jokowi
- 5 Rekomendasi HP Vivo RAM 8 GB Harga di Bawah Rp 2 Jutaan, Baterai Jumbo 6000 mAh!
- Harga Rp90 Jutaan! Cocok untuk yang Bosan sama Brio: Mobil Bekas dari Volkswagen Ini Bisa Jadi Opsi
Pilihan
-
Saham COIN Andrew Hidayat Meroket 337 Persen dalam Sekejap, Bikin Heboh Pasar!
-
2 Pemain Keturunan Resmi Sepakat Gabung Timnas Indonesia
-
Bakal Dampingi Prabowo Hadiri Kongres PSI di Solo, Gibran: Sekarang Kerja Dulu
-
RI Cari Celah! CPO, Kopi, Hingga Nikel Bisa Dapat Tarif 0 Persen di AS
-
Kinerja Bisnis Meroket di Triwulan II 2025, BI Ungkap Sektor Ini Jadi Motor Penggerak!
Terkini
-
Viral, Bayar Tilang Kok Masuk Rekening Pribadi? Polisi Sleman Buka Suara
-
DPRD Geram, Sampah Jogja Menumpuk di Depo, Pemkot Lambat Bertindak?
-
Parkir ABA Ketandan: Lebih Kecil, Bertahap, Tapi Lebih Canggih? Ini Rinciannya
-
Aksi Heroik Berujung Penjara? Fortuner Pelat Jogja yang Viral Bantu Ambulans di Riau Terancam Pidana
-
32 Komunitas Berlaga di BRImo SIP Padel League 2025, BRI Dukung Generasi Muda Aktif untuk Sehat!