SuaraJogja.id - Seorang pria berbaju merah tampak sibuk memisahkan botol plastik bekas dari tumpukan sampah lainnya. Pria bernama Supartono tersebut bekerja sebagai pemilah sampah anorganik di Kelompok Usaha Pengelola Sampah (Kupas) Panggungharjo, Sewon, Bantul.
Sudah satu tahun belakangan, Supartono bekerja di unit Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Panggung Lestari tersebut. Sebelumnya, Supartono menggelar lapak pengelolaan sampah pribadinya sejak tahun 2000. Sayangnya, usaha tersebut gulung tikar dan membuat Supartono harus bekerja di unit usaha milik orang lain.
Bekerja selama delapan jam untuk memilah sampah setiap harinya diakui Supartono sangat ia nikmati. Baginya, ia bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Supartono juga ingin melakukan pekerjaan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
"Pekerjaan yang saya lakukan hari ini selain bermanfaat untuk lingkungan, ke depannya juga bermanfaat untuk orang banyak," kata Supartono dengan senyum lebar di wajahnya pada SuaraJogja.id, Selasa (9/6/2020).
Selama pandemi, Supartono tetap melaksanakan tugasnya. Ia menyebutkan bahwa sampah tidak memiliki musim, sehingga pekerjaannya tidak bisa terhenti sewaktu-waktu. Terkait pandemi, Supartono mengaku pasrah kepada Tuhan. Meski demikian, ia mengungkapkan bahwa tempatnya bekerja tetap menjalankan protokol kesehatan dan memberikan suplemen kesehatan.
Dalam setelan merah yang ia kenakan tersebut, ada kenangan dari masa lalunya yang sangat membekas dalam hidupnya. Pada tahun 1988 hingga 1998, Supartono pernah bekerja sebagai seorang awak kapal yang bertugas menjaga freezer tempat penyimpanan ikan tuna hasil tangkapan dari laut.
Supartono bercerita, ketika muda, ia bercita-cita dapat berkuliah dan lulus sebagai seorang insinyur bangunan. Cita-cita itu sendiri ia dapatkan karena melihat ayahnya yang bekerja sebagai seorang buruh bangunan. Rasa iba melihat kerja keras ayahnya membuat Supartono berkeinginan menjadi insinyur seperti Si Doel Anak Sekolah.
Sayangnya, kondisi ekonomi membuat Supartono hanya bisa memandangi teman-temannya yang kuliah di berbagai daerah. Rasa dendam akibat gagal duduk di bangku perguruan tinggi mengantarkan Supartono untuk bekerja sebagai seorang awak kapal.
"Saya itu dulu pokoknya pengin bisa nyari uang yang banyak untuk mengalahkan teman-teman yang bisa kuliah itu," tuturnya.
Baca Juga: Jeff Bezos Hanya Follow Satu Akun di Twitter, Tapi Tidak Difollback
Selama menjadi pelaut, Supartono sudah berkunjung ke berbagai negara di dunia kecuali Rusia dan China. Sayangnya, langkah Supartono mengelilingi dunia terhenti ketika kapalnya berada di perairan Pulau Tasmania, Australia. Tiba-tiba kapal yang ia tumpangi diterpa badai salju di bagian lambung.
Berita Terkait
-
Tiba-tiba Roboh, Mardinah Meninggal Mendadak Saat Antre Bantuan Sosial
-
Siapa yang Lebih Dulu Bisa Dapat Vaksin Covid-19 Kalau Sudah Ditemukan?
-
Putri Papua Orasi di Aksi Anti Rasis Australia: Kami Alami Tragedi Floyd
-
Apdesi Bantul Kritik Pembagian BLT APBD Pemkab
-
Tiga Bulan Tak Mengajar Ngaji, Shakinah Rindukan Canda Anak-anak TPA
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik