Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 09 Juni 2020 | 21:30 WIB
Sejumlah pesepeda melintasi kawasan Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta, Selasa (9/6/2020). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Pernah beberapa waktu seperti itu [diklakson] karena juga tidak sabaran, tapi selebihnya aman," ungkap Ardi, yang telah 10 tahun aktif bersepeda.

Fenomena maraknya sepeda di Yogyakarta saat ini diharapkan dapat mengembalikan semangat "lago sego segawe" (sepedaan kanggo sekolah lan nyambut gawe) atau bersepeda untuk ke sekolah dan bekerja.

"Harapannya pemerintah juga ikut memperhatikan dan menumbuhkan dulu habit bersepeda, edukasi bersepeda yang baik, baru infrastruktur khusus pesepeda dibenahi, seperti diberi larangan parkir bagi pengguna kendaraan bermotor," kata pria yang tergabung di komunitas Fixed Kaskus YK ini.

Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta Agus Arif menerangkan, dengan banyaknya aktivitas bersepeda, jalur khusus bisa jadi kembali optimal. Kendati demikian, pihaknya tak menampik bahwa di Kota Yogyakarta pemerintah belum bisa memberikan jalur yang benar-benar diperuntukkan bagi sepeda.

Baca Juga: ICW: Tidak Tepat Jika Pimpinan KPK Terus Mengemis Minta Naik Gaji

"Lebar jalan di Kota Jogja terutama, belum sepenuhnya bisa menyediakan jalur free [untuk sepeda]. Maka memang saling memahami dan menghargai antar-pengguna jalan ini harus dimunculkan," kata dia.

Agus tak menampik bahwa banyaknya aktivitas bersepeda di Yogyakarta akan kembali mengoptimalkan jalur khusus sepeda dan failitas penunjang lainnya.

"Ketika banyak beraktivitas sepeda fasilitas-fasilitas ini akan lebih optimal, tapi karena masih situasi pandemi Covid-19 ini kami anjurkan cukup 1-2 orang ketika bersepeda. Tidak perlu bergerombol, mungkin ketika wabah ini mereda penggiat sepeda bisa lebih aktif lagi," ungkap Agus, yang juga aktif bersepeda ini.

Load More