SuaraJogja.id - Serangan mutasi virus Covid-19 saat ini diketahui tengah menghantui kawasan New York, Italia, dan Inggris. Para peneliti menyebutnya sebagai strain virus D614G.
Dalam sebuah penelitian, penularan strain D614G di ketiga wilayah tersebut 10 kali lebih cepat ketimbang SARS-Cov-2 alias Covid-19.
Dilihat dari bentuknya, virus D614G memiliki jumlah mahkota yang menonjol empat hingga lima kali lebih banyak ketimbang Covid-19. Para peneliti berpendapat, banyaknya jumlah tonjolan inilah yang membuat virus lebih cepat menginfeksi sel manusia.
Di sisi lain, karakter seperti ini tidak hanya membuat D614G lebih menular, tetapi juga membuat virus lebih stabil dan ganas ketimbang Covid-19.
Anehnya, para ilmuwan masih mempertanyakan kenapa D614G hanya mewabah di New York, Italia, dan Inggris, sementara di negara lainnya belum teridentifikasi.
Sebagian ilmuwan berpendapat, D614G hanya menjangkiti wilayah-wilayah dengan angka kematian Covid-19 terbanyak di dunia. Dalam hal ini, Italia, Inggris dan New York City masuk dalam kategori tersebut.
Secara terpisah, hasil penelitian para ilmuwan di Scripps Research telah mengonfirmasi bahwa D614G merupakan Covid-19 yang telah bermutasi sehingga lebih mudah menempel pada reseptor.
"Ya, (penelitian) itu masuk akal. Penelitian ini sangat berkualitas karena sekarang kita mengetahui bahwa virus telah bermutasi dan meluas dengan lebih cepat," kata Profesor Ian Jones, ahli virus di University of Reading di Inggris, sebagaimana dikutip Daily Mail, Minggu (14/6/2020).
Dalam studinya, para peneliti mengisolasi berbagai jenis virus corona yang telah diidentifikasi berdasarkan tanda genetik pasien di seluruh dunia. Mereka kemudian menempatkan masing-masing sampel virus ke dalam semacam wadah mikroskopis untuk menguji seberapa agresif masing-masing strain menyerang sel manusia.
Baca Juga: Nyeleneh, Tukang Parkir di Jogja Sambut New Normal Pakai Galon di Kepala
Salah satu strain, yang kemudian dikenal dengan D614G, adalah virus dengan gen yang bermutasi sehingga memberinya lebih banyak protein. Imbasnya, virus bisa lebih cepat menempel pada sel manusia.
"Virus yang sudah bermutasi ini jauh lebih menular daripada virus yang tidak memiliki mutasi dalam sistem kultur sel yang kami gunakan," tutup ahli virus, Dr Hyeryun Choe, PhD, penulis senior penelitian ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Buntut Keracunan Siswa, Pemkab Bantul Panggil Seluruh SPPG Cegah Insiden Serupa
-
Cuaca Ekstrem Ancam DIY: Dua Kabupaten Tetapkan Status Siaga
-
Di Samping Sang Ayah: Posisi Makam Raja PB XIII Terungkap, Simbol Keabadian Dinasti Mataram?
-
Jalur yang Dilewati Iring-iringan Jenazah PB XIII di Yogyakarta, Polda DIY Siapkan Pengamanan Ekstra
-
Tragedi Prambanan: Kereta Bangunkarta Tabrak Kendaraan, Palang Pintu Tak Berfungsi?