SuaraJogja.id - Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengunjungi kegiatan panen raya warga Neco, Sabdodadi, Bantul. Sayuran yang dipanen merupakan hasil olahan warga RT 04 dan RT 05 dalam menjaga ketahanan pangan selama pandemi.
Terdapat empat pekarangan yang dimanfaatkan warga untuk mengelola lahan pertanian. Tiga di antaranya memasuki masa panen di saat bersamaan. Sebelumnya, lahan yang digunakan merupakan tanah pribadi milik warga yang tidak terpakai, kemudian diolah menjadi lahan pertanian untuk menjaga ketahanan pangan, khusunya di tengah pandemi, saat banyak warga yang kehilangan penghasilan.
Halim menilai, kegiatan yang dilakukan warga ini merupakan sebuah langkah taktis dan strategis dalam menghadapi tekanan terhadap ketahanan pangan masyarakat. Menurutnya, warga Neco berhasil melakukan terobosan dalam mempertahankan kedaulatan pangan masyarakat.
"Luasan pekarangan kita, jika kita manfaatkan itu bisa menghasilkan suatu komoditi pangan yang bisa mencukupi kebutuhan kita," ujarnya, Rabu (17/6/2020).
Baca Juga: Ada Gagal Panen, Pemprov DKI Umumkan Gula dan Bawang Merah Langka
Halim mengatakan, jika hal tersebut dilaksanakan oleh seluruh warga dusun di Bantul, maka masyarakat tidak akan mengalami masalah dalam menjaga ketahanan pangan. Ia menilai, langkah warga Neco tersebut dapat ditiru oleh masyarakat lainnya.
Turut memetik langsung hasil bumi yang dipanen, Halim menilai sayuran yang dihasilkan warga Neco itu sebagai komoditi yang berkualitas bagus. Ia juga mengapresiasi pengelolaan pertanian secara organik, tanpa menggunakan pestisida. Halim mengaku bangga dengan inovasi yang dilakukan warga setempat.
"Saya turut bersyukur dan bangga bahwa masyarakat Neco, Sabdodadi ini punya inovasi yang demikian hebat," ujarnya.
Selain inovasi, Halim juga mengapreasiasi kekompakan warga dalam mengelola lahan pertanian yang seluruhnya berjumlah sekitar 2.000 meter. Ia mengatakan, tanpa dukungan dan kekompakan masyarakat, inovasi tersebut tidak akan berjalan baik.
Halim menambahkan, jika inovasi yang baik dan kekompakan masyarakat terus dijalankan, maka hasil pertanian di Kabupaten Bantul akan mengalami peningkatan. Ia mengungkapkan, lahan pertanian di Bantul lebih luas dibandingkan lahan persawahan.
Baca Juga: Bayar saat Panen Jadi Solusi BRIsyariah Bantu Nasabah Mikro dan KUR
Lahan pekarangan di Kabupaten Bantul seluas 16.000 hektare. Sementara lahan pertanian hanya seluas 14.000 hektare. Jika lahan pekarangan dapat dimanfaatkan secara optimal, Halim yakin dapat menghasilkan berbagai macam tanaman holtikultura seperti yang ada di Neco.
Dalam kegiatan panen raya tersebut, dihasilkan sayur terong, timun, bayam, sawi, kacang panjang, dan beberapa jenis sayur lainnya. Bagi Halim, hal ini merupakan inspirasi untuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul agar kegiatan serupa dapat dikembangkan di daerah-daerah lainnya untuk mendukung ketahanan pangan masyarakat.
Penggagas gerakan ketahanan pangan di Neco, Sunardi Kenar, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan panen raya kedua dalam dua bulan sejak lahan diolah. Ia mengaku sengaja memilih sayur dengan masa tanam yang tidak lama, agar hasil tanamannya dapat segera dinikmati oleh masyarakat sekitar.
Awalnya, kegiatan tersebut digagas dari keprihatinannya sebagai seorang pengrajin yang kehilangan pasar selama pandemi. Dibantu oleh puluhan warga lainnya, Sunardi kemudian mengelola lahan kosong milik warga untuk lahan pertanian bersama. Dalam pengelolaan hingga panen, semua warga turut bekerja sama.
"Kalau panen raya semua warga gotong royong ikut membantu di lahan," ujarnya.
Nardi menjelaskan, hasil panen di lahan pertama sebelumnya dibagikan secara gratis kepada warga. Sedangkan hasil panen pertama di ketiga lahan lainnya dijual dengan murah ke pasar. Hasil penjualan digunakan kembali untuk membeli bibit dan pupuk untuk mengelola lahan.
"Warga senang, kebutuhan pangan sudah terpenuhi sekaligus untuk pengalihan perhatian terhadap corona," imbuhnya.
Turut mengajak karang taruna desa setempat, Nardi berharap, kegiatan ini dapat menumbuhkan generasi muda yang gemar bertani. Ia menilai, dewasa ini profesi petani tidak lagi dilirik oleh generasi muda yang lebih suka bekerja kantoran. Sementara, petani merupakan kunci ketahanan pangan masyarakat.
Berita Terkait
-
Jadwal Belajar dari Rumah TVRI, 18 Juni 2020: Ketahanan Pangan Keluarga
-
Tertunda karena Covid-19, KPU Bantul Kembali Lanjutkan Tahapan Pilkada
-
Sayur dan Buah Organik Laris Manis Saat Pandemi Covid-19
-
Di Tengah Pandemi, Bank BRI Komitmen Dukung Ketahanan Pangan Indonesia
-
Wabup Kulon Progo Resmi Dilantik, Nunik Minta Rakyat Miskin Diperhatikan
Terpopuler
- 6 Pilihan HP Samsung Murah Harga Rp1 Jutaan: RAM 6 GB, Performa Terbaik
- 6 Mobil Matic Bekas di Bawah Rp 40 Juta: Cocok untuk Pemula dan Ramah di Kantong
- Keluarkan Rp7 Juta untuk Tebus Ijazah Eks Satpam, Wamenaker Noel: Perusahaan Membangkang Negara
- 8 Rekomendasi HP Harga Rp1 Jutaan Spesifikasi Tinggi: Layar AMOLED, Kamera 50 MP!
- 5 Mobil Keluarga Terbaik yang Kuat Tanjakan, Segini Beda Harga Bekas vs Baru
Pilihan
-
Harga Emas Antam Terbang Tinggi di Awal Pekan, Dibanderol Rp 1.968.000 per Gram
-
Bayern Munich Perkasa di Piala Dunia Antarklub: Bantai Auckland City 10-0
-
Daftar Rekomendasi Mobil Bekas Favorit Keluarga, Kabin Lapang Harga di Bawah Rp80 Juta
-
6 Mobil Bekas Kabin Luas Bukan Toyota, Harga di Bawah Rp80 Juta Pas Buat Keluarga!
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
Terkini
-
Harga Material Meroket, Jalan di Sleman Terancam Mangkrak? Solusi Ini Diajukan
-
Ada Ratusan Tambahan Lahan untuk Tol Jogja-Solo di Sleman, Kapan Jadwal Pembebasannya?
-
IHR Cup 2025: Lebih dari Sekadar Pacuan, Momentum Lindungi Atlet Kuda dan Manusia
-
Sampah Jadi Emas: Kisah Sukses Warga Jogja Sulap Limbah Organik Jadi Pupuk Kompos Bernilai Jual
-
Disepakati DPRD DIY, Trans Jogja Buka Rute Yogyakarta-Wonosari: Kapan Mulainya?