Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 24 Juni 2020 | 15:42 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. (Dok. Humas Jabar)

SuaraJogja.id - Beragam metode diupayakan tenaga medis untuk menyembuhkan para pasien Covid-19, salah satunya yang saat ini tengah jadi perbincangan yakni terapi plasma konvalesen. Terapi ini bahkan sempat dikicaukan oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di akun sosial medianya.

Seperti diketahui, belum lama ini situs resmi Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan bahwa terapi donor plasma tersebut bisa diterapkan untuk menyembuhkan pasien Covid-19.

Terapi yang sebelumnya pernah dipakai untuk mengobati penyakit SARS, MERS hingga flu burung itu disebut cukup menjanjikan untuk menangani para pasien yang positif Covid-19.

Beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil bahkan sempat memberikan tanggapannya terkait terapi tersebut lewat akun Twitternya.

Baca Juga: Ramai Tagar #UniversitasPancenNdlogok, Rektor UPN V Jogja: Kami Berjuang

Ia menyebut bahwa metode konvalesen terbukti mampu menyembuhkan banyak pasien. Mantan Wali Kota Bandung itu bahkan menyertakan data pasien yang sembuh di Jabar sebanyak 5-6 orang per harinya.

"@ridwansyahyusuf di PMI Bandung sendang menyumbangkan plasma darahnya yang sudah kebal covid. Inilah Metode Konvalesen yaitu transfusi plasma yang sembuh kepada yang sakit, di RSHS terbukti banyak pasien sembuh. Pasien sembuh di Jabar 5-6 orang per hari. Total sembuh 7 x lipat dari meninggal," tulisnya.

Tetapi belakangan, informasi yang disampaikan tersebut mendapat sanggahan dari Vaksinolog, dr Dirga Rambe Sakti.

Vaksinolog pertama di Indonesia dan termuda di dunia itu menyebut bahwa metode terapi plasma itu hingga saat ini urung terbukti kuat efektif dipakai ke semua pasien Covid-19. Ia menggarisbawahi bahwa penggunaannya hanya untuk pasien-pasien kritis.

Sanggahan dr Dirga Rambe terhadap kicauan Ridwan Kamil soal terapi donor plasma. [@dirgarambe / Twitter]

Selain itu ia juga menyebut bahwa klaim tentang pasien di RSHS banyak yang sembuh karena terapi tersebut, adalah kurang tepat.

Baca Juga: Fogging Jarang Dilakukan Meski Potensi DBD Meningkat, Ini Kata Dinkes Jogja

"Sampai saat ini belum ada bukti kuat terapi plasma efektif. Penggunaannya hanya untuk pasien-pasien kritis, penelitian di Indonesia masih dikerjakan oleh PMI dan RSCM, kita mendorong pasien-pasien yang sembuh berpartisipasi, klaim pasien di RSHS banyak yang sembuh karena terapi ini, tidak tepat," balasnya.

Load More