SuaraJogja.id - Profesi tukang semir sepatu hingga awal era 2000-an bisa dibilang masih mudah ditemui di jalanan kota-kota besar. Wilayah kota yang penuh dengan gedung perkantoran, banyak dihuni karyawan berpakaian rapi dan sepatu kulit yang mengkilat. Para tukang semir, biasa menjadi langganan mereka disela jam makan siang maupun waktu senggang lainnya.
Saat ini, profesi tersebut sudah jarang ditemui di jalanan umum. Salah seorang tukang semir sepatu, Nur mengakui bahwa sudah jarang masyarakat umum yang menggunakan jasanya. Ia sendiri telah menggeluti profesi itu sejak tahun 2006 silam. Tepatnya, sudah 14 tahun ia memenuhi kebutuhan hidupnya dari kilau sepatu orang lain.
"Ya sudah lama, sejak gempa itu. Sebelum gempa ya saya sudah nyemir sepatu," kata Nur sambil menyeka keringat di dahi.
Sekarang, Nur bekerja menyemir sepatu dari kantor ke kantor. Setidaknya dari para pekerja kantor tersebut, Nur masih bisa menemui sepatu yang bisa ia sikat dan semir dengan peralatan sederhananya. Setiap satu minggu sekali, Nur berkunjung ke komplek gedung induk parasamya kantor Bupati Bantul.
Baca Juga: Tak Pakai Masker di Jogja Siap-siap Kena Sanksi Denda
Ia biasa datang pukul 11:00 WIB dan langsung menuju masjid. Sambil menunggu persiapan sholat dzuhur, Nur mulai menyemir alas kaki para jamaah yang datang.
Selain membuat sepatu kulit lebih mengkilap, Nur juga membersihkan jenis sepatu lainnya dengan sikat dan air sabun. Setiap selesai menyemir, Nur akan menata sepatu tersebut secara berjajar. Selain rapi, pemiliknya juga akan mudah mencarinya.
Ia tidak memasang tarif barang berapapun. Masyarakat bisa menbayar seberapa banyak dia akan dibayar. Biasanya, Nur akan meletakannya, lalu orang-orang mengisi sambil mengenakan sepatu yang susah mengkilap.
Tak jarang Nur menemui orang-orang yang tidak membayar jasanya. Meski begitu, Nur mengaku tidak merasa sedih. Baginya, ia bekerja sambil beribadah berbagi dan membantu masyarakat lainnya.
"Ya gapapa, orang kan beda-beda, mungkin pas lagi kosong uangnya. Kerja sambil ibadah aja," ungkap Nur menghibur diri.
Baca Juga: Masjid di Jogja Kembali Dibuka, Kemenag Sebut Baru 60 Persen Kantongi Izin
Selain tak dibayar, Nur juga pernah dimarahi pemilik sepatu yang alas kakinya tak mau disentuh. Dalam sehari, Nur bisa menyemir antara 25 hingga 30 sepatu, dengan pendapatan berkisar Rp 40.000 hingga Rp 50.000.
Berita Terkait
-
Gelar Kunjungan Industri, Siswa MAN 2 Bantul Praktik Olah Bandeng Juwana
-
Mempelajari Pembentukan Pulau Jawa di History of Java Museum
-
MAN 2 Bantul Terima Wakaf dari Keluarga Almh Hj. Munifah binti Istamar
-
Penyerahan Sertifikat Wakaf kepada Keluarga Hj. Munifah di MAN 2 Bantul
-
Sukseskan SNPDB 2025/2026: Kepala MAN 2 Bantul Ikuti Sosialisasi
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Harga Emas Antam Berbalik Lompat Tinggi Rp23.000 Hari Ini, Jadi Rp1.777.000/Gram
-
Wall Street Keok, IHSG Diprediksi Melemah Imbas Perang Dagang Trump vs Xi Jinping
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
Terkini
-
Pengawasan Jebol hingga Daging Sapi Antraks Dijual Bebas, 3 Warga Gunungkidul Terinfeksi
-
Libur Lebaran di Sleman, Kunjungan Wisatawan Melonjak Drastis, Candi Prambanan Jadi Primadona
-
Zona Merah Antraks di Gunungkidul, Daging Ilegal Beredar? Waspada
-
Miris, Pasar Godean Baru Diresmikan Jokowi, Bupati Sleman Temukan Banyak Atap Bocor
-
Kawasan Malioboro Dikeluhkan Bau Pesing, Begini Respon Pemkot Kota Yogyakarta