Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 06 Juli 2020 | 18:44 WIB
Partiyem menyapu jalan layang di Kalurahan Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kulon Progo, Senin (6/7/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Menyapu adalah kebiasaan sepele untuk bersih-bersih yang sering dilakukan di mana saja, baik di dalam rumah atau mungkin di halaman depan rumah. Namun bagaimana jika menyapu dilakukan di pinggir jalan raya? Segala risiko bisa datang kapan saja jika tidak berhati-hati.

Kendati demikian, nyatanya Partiyem, seorang nenek berusia 57 tahun dengan tujuh orang cucu, bersedia melakukan hal tersebut. Tak peduli panas atau seberapa imbalannya, Partiyem tetap mengayunkan sapunya untuk membersihkan jalan layang di Kalurahan Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

Bagaikan superhero dengan segala atribut yang lengkap saat akan maju berperang, Partiyem juga menggunakan pakaian lengkap dengan baju lengan panjang, sandal jepit, dan tidak lupa sebuah caping yang sudah cukup usang untuk sekadar menutupi kepalanya dari panasnya terik matahari.

Jalan layang yang juga lebih dikenal masyarakat sekitar dengan sebutan Flyover Ngelo itu seakan sudah menjadi rumah kedua bagi Partiyem. Bagaimana tidak? Partiyem terhitung sampai saat ini sudah menyapu jalan sejak 2017 silam.

Baca Juga: Kenalin Erna Widyastuti, Gadis Cantik yang Bantu Ibunya Jadi Penyapu Jalan

Tak ada keluh kesah ataupun kata-kata tak perlu yang ia ucapkan saat melakukan kegiatan yang dianggapnya sebagai tugas itu. Bahkan Partiyem sama sekali tak menerima bayaran dalam pekerjaannya tersebut.

"Sampun telas sedasa sapu. Kula nyapu ten riki sampun kawit tahun 2017. Kula pados rezeki sing halal [sudah habis sepuluh sapu. Saya nyapu di sini sudah sejak tahun 2017. Saya cari rezeki yang halal]," tutur Partiyem kepada SuaraJogja.id setelah menyapu jalanan pada Senin (6/7/2020).

Jalan layang Ngelo ini dibangun Pemkab Kulon Progo sebagai penghubung beberapa wilayah, seperti Kalibawang dan Nanggulan, serta juga sering digunakan sebagai jalur alternatif menuju Magelang.

Di jalan layang yang dibangun dengan biaya sekitar Rp16 miliar itulah, Partiyem menyapu setiap daun-daun yang berguguran serta sampah atau puntung rokok yang tidak jarang jatuh atau sengaja dibuang oleh pengguna jalan yang lewat. Keranjang bambu anyam pun sudah disediakan Partiyem untuk menampung sampah yang telah terkumpul.

Sayangnya, kegiatan Partiyem menyapu jalan layang itu tak jarang membuat orang mengira Partiyem adalah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Pasalnya, Partiyem bersedia menyapu jalan sepanjang 120 meter dengan lebar tujuh meter itu dengan sukarela di siang hari yang panas.

Baca Juga: Viral Gadis Muda Penyapu Jalan Tak Malu Bantu Ibu, Ini Foto-fotonya

Padahal, sebenarnya Partiyem hidup dengan berkecukupan bersama sang suaminya, Mugiyono (65), di Pedukuhan Gunung Rawas, Sentolo. Bahkan empat anaknya juga telah bisa hidup mandiri di sejumlah wilayah.

Tidak dengan menggunakan sepeda atau malah kendaraan bermotor, melainkan hanya dengan berjalan kaki sekitar satu kilometer dari rumahnya, Partiyem menenteng sapu lidi dan juga satu botol air putih untuk mengobati dahaganya sewaktu-waktu.

Load More