SuaraJogja.id - Sebuah foto perbukitan yang habis digunduli di Kabupaten Sleman viral di Twitter. Warga di sekitar perbukitan Seyegan itu pun khawatir jika lingkungan terdampak proyek pembangunan perumahan tersebut.
Salim (61), warga Desa Margoluwih, mengaku belum merasakan dampak negatif dari penggundulan bukit. Hanya saja, ia tak menampik bahwa penggundulan bukit berpotensi menimbulkan dampak buruk.
Ia pun teringat akan pesan-pesan para leluhurnya bahwa gunung atau bukit adalah unsur alam yang mampu melindungi manusia dari bahaya bencana, terutama potensi terjadinya angin kencang.
“Sebenernya menurut orang tua dulu, gunung itu kan bandulnya Bumi, pohon-pohon buat penahan angin. Nah, kalau gunungnya sudah habis anginnya terasa lebih kencang kan?” ujarnya menggunakan bahasa Jawa halus kepada Harianjogja.com -- jaringan SuaraJogja.id -- kala beraktivitas di sawah yang lokasinya tepat di sisi barat Bukit Gunung Gedang.
Baca Juga: Dicekoki Miras, Residivis di Sleman Sembunyikan Motor Trail Teman di Hutan
Ia juga mengatakan bukan cuma Bukit Gunung Gedang saja yang digunduli. Tak jauh dari situ, sejumlah alat berat juga terlihat beroperasi di Bukit Kwagon. Bukit tersebut berlokasi di perbatasan antara Desa Sidorejo, Kecamatan Godean dan Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Sleman. Belum ada informasi yang jelas terkait tujuan dari aktivitas alat berat di bukit tersebut.
Sebelumnya sebuah kiriman dari pemilik akun Twitter @calondolanan mengundang perhatian sejumlah warganet. Kiriman tersebut berisi pemandangan bukit di wilayah Sleman barat yang tampak gundul. Pemilik akun menilai bahwa penggundulan bukti tersebut merupakan eksploitasi terhadap alam.
Tanggapan pun datang dari pemilik akun Twitter bernama Calon Bupati Sleman ini. Ia menyoroti perizinan yang belum jelas terkait aktivitas tersebut. Berunglang kali ia menandai akun Bupati Sleman Sri Purnomo dan Pemkab Sleman untuk dimintai kejelasan, tapi sayang, belum ada respons yang datang dari pihak pemerintah daerah.
Menurut pantauan pada Selasa (28/7/2020) sore, lokasi bukit gundul yang dimaksud berada di perbatasan antara Kecamatan Seyegan dan Kecamatan Godean. Terdapat sebuah bukit di Dusun Klangkapan, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Sleman.
Warga setempat akrab mengenal bukit tersebut sebagai Gunung Gedang. Saat ditinjau, memang, kondisinya sudah gundul. Hanya tersisa tumbuhan serta pepohonan yang masih bertahan.
Baca Juga: Lima Anggota Keluarga Terlibat Kecelakaan di Sleman, Satu Orang Tewas
Tak hanya itu, sejumlah alat berat pengeruk tanah juga terlihat tengah beroperasi di pucuk bukit. Ada pula alat berat yang beroperasi di badan bukit. Alat berat tersebut mengeruk material lalu mengangkatnya ke dalam truk.
Di bagian timur bukit tersebut, atau tepatnya di sisi Jalan Godean – Seyegan, ada sebuah jalan tanah untuk masuk ke area bukit. Wujudnya mirip seperti pintu masuk kendaraan proyek. Beberapa truk pengangkut juga terlihat lalu lalang membawa material turun dari atas bukit.
Terlihat pula papan identitas proyek beserta nama pengembangnya. Tertulis di sana bahwa proyek tersebut merupakan milik pengembang bernama The Panorama Resort.
Arif, salah seorang yang berjaga di pintu masuk tersebut, mengatakan bahwa Bukit Gunung Gedang dulunya milik warga setempat. Lalu pihak pengembang membelinya untuk kelak dijadikan perumahan. Jumlah unitnya, menurut Arif, bisa mencapai 300 unit. Ia juga mengatakan, sudah ada sekitar 20 orang yang berminat membeli aset di wilayah tersebut.
Pengerjaan proyek itu, katanya, sudah berlangsung selama satu tahun. Targetnya tiga hingga empat tahun mendatang sudah bisa dimulai.
“Ngurugnya sampai selesai. Nanti bukitnya disisain 5 meter,” katanya saat ditanya sampai kapan pengerukan bukit berlangsung.
Sayangnya, Arif tak mengerti pasti berapa tinggi bukit Gunung Gedang saat ini. Begitu pula dengan tinggi bukit sebelum menjadi gundul karena dikeruk oleh alat berat.
Aktivitas pengerukan tanah rupanya tak hanya dilakukan oleh pihak pengembang. Di sisi barat bukit Gunung Gedang, sejumlah mobil bak terbuka juga tampak tertatih menaiki bukit. Kondisi jalan yang berupa tanah serta medan yang cukup curam membuat pengemudi cukup kesulitan untuk menjangkau badan bukit.
Mobil-mobil tersebut, menurut keterangan Arif, adalah milik warga setempat yang digunakan untuk mengangkut sisa-sisa tanah liat alias lempung. Sebelum pihak pengembang datang, aktivitas itu sudah berlangsung sejak lama.
Berita Terkait
-
Emiten BUVA Catatkan Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2024
-
Tantangan Terbuka Hokky Caraka untuk Wataru Endo: Saya Ingin Tahu!
-
Pecah Telur di Kandang Persis Solo, Danilo Alves Berharap Terbukanya Pesta Gol
-
BRI Liga 1: PSS Sleman Menangi Derby Jateng, Persis Solo Semakin Merana
-
Hasil Persis Solo vs PSS Sleman di BRI Liga 1: Super Elja Menang 2-0
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Freeport Suplai Emas ke Antam, Erick Thohir Sebut Negara Hemat Rp200 Triliun
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaik November 2024
-
Neta Hentikan Produksi Mobil Listrik Akibat Penjualan Anjlok
-
Saldo Pelaku UMKM dari QRIS Nggak Bisa Cair, Begini Respon Menteri UMKM
-
Tiket Kereta Api untuk Libur Nataru Mulai Bisa Dipesan Hari Ini
Terkini
-
AI Ancam Lapangan Kerja?, Layanan Customer Experience justru Buat Peluang Baru
-
Dampak Kemenangan Donald Trump bagi Indonesia: Ancaman Ekonomi dan Tantangan Diplomasi
-
Pengawasan Miras di DIY sangat Lemah, Sosiolog UGM Tawarkan Solusi Ini
-
Pakar hukum UGM Usul Bawaslu Diberi Kewenangan seperti KPK
-
Ini Perbedaan Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa pada Anak