Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 31 Juli 2020 | 07:10 WIB
Seorang pria yang bekerja sebagai badut bantu nafkahi 300 ODGJ di panti

SuaraJogja.id - Belum lama ini terdapat sebuah postingan di sosial media yang ramai diperbincangkan oleh warganet. Postingan itu berisi tentang sosok badut yang memiliki hati mulia membantu sesama meskipun hanya punya penghasilan tak lebih dari Rp20 ribu.

Sosok badut yang ramai diperbincangkan publik itu adalah Rinno, pria berusia 33 tahun yang berasal dari Cilacap, Jawa Tengah. Sudah sekitar 10 tahun lalu Rinno pergi dari kampung halamannya di Cilacap menuju Jogja untuk mencari nafkah.

Kisahnya berawal dari informasi pekerjaan di Jogja yang Rinno dapat dari seorang rekannya. Tidak lama setelah menerima informasi itu Rinno langsung memutuskan untuk memberanikan diri berangkat ke Jogja untuk mengambil lowongan pekerjaan itu.

"Merantau ke Jogja karena ditawari kerjaan oleh temen. Kerjanya di proyek bangunan, saat sudah bekerja, tapi apes selang beberapa minggu tiba-tiba mandor pergi tanpa pertanggungjawaban membayar gaji pekerjanya termasuk saya," ujar Rinno, saat ditemui SuaraJogja.id di Panti Hafara, Kamis (30/7/2020).

Baca Juga: Terdampak Tol Jogja-Bawen, SMK dan Gereja di Seyegan Tak Akan Direlokasi

Akibat proyek yang tidak jelas itu, Rinno mengaku sempat kebingungan untuk menjalani kehidupan sehari-hari di Jogja. Pasalnya ia baru saja merantau dan tak punya orang lain yang bisa diandalkan, penghasilan pun juga tak ada.

Berangkat dari situ, Rinno akhirnya memutuskan untuk berjuang mencari jalannya sendiri untuk tetap bisa bertahan. Akhirnya Rinno membulatkan tekad untuk turun ke jalan dan mencari pundi-pundi rupiah dari situ.

"Dulu tidak ada niatan untuk turun ke jalan sebenarnya, tapi karena keadaan akhirnya saya turun ke jalan sampe kenal sama anak-anak jalanan, ikut ngamen," ungkapnya.

Rinno menuturkan sudah 4 tahun lebih sejak pertama kali ia memutuskan untuk menjadi pengamen badut. Pada awalnya Rinno berinisiatif mencari sendiri tempat persewaan kostum badut hingga akhirnya menemukan persewaan milik rekannya.

"Awalnya saya pinjem, tapi malah jadi terus menerus sampai sekarang," ucapnya.

Baca Juga: Hidup Serba Terbatas, Ningram Justru Rajin Bagi Sate Gratis ke Warga Jogja

Rinno mengatakan bahwa penghasilan paling banyak yang bisa didapat dalam sehari ketika menjadi badut hanya Rp.30.000. Penghasilan itu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan hasil mengamen seperti biasa pada sebelumnya.

Penghasilan yang tergolong minim itu tidak menghentikan langkah Rinno berbuat kebaikan kepada sesama. Pasalnya Rinno tetap berusaha sekuat tenaga untuk membantu ratusan lansia dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang berada di Panti Hafara.

"Niat membantu itu memang sudah ada sejak dulu, tapi memang baru sekarang bisa walaupun hanya tidak banyak," kata Rinno.

Niatan membantu Rinno yang sudah sejak lama itu dibuktikan dengan keputusannya untuk menyisihkan sebagaian hasil kerjanya untuk ditabung. Baru setelah terkumpul cukup banyak ia serahkan untuk membantu orang-orang yang ada di panti tersebut.

Rinno yang sudah memiliki istri dan dua orang anak ini merasa kebutuhan keluarganya telah tercukupi. Sehingga niatan untuk membantu itu tetap terus tumbuh di dalam benaknya.

Diterangkan Rinno bahwa tempatnya mengamen dengan kostum badut itu tidak menetap di satu tempat. Mulai dari Perempatan Jalan Parangtritis, Ring-road Ketandan, bahkan juga tidak jarang ia juga berkeliling di kota.

"Sekarang sudah jarang sih mas. Istri juga buka warung kecil-kecilan di rumah," imbuhnya.

Saat ini Rinno dan keluarganya tinggal di daerah Gonjen, Bantul. Rinno juga mengatakan tidak menyangka bahwa niat baiknya akan direspon oleh banyak orang, bahkan tidak sedikit juga yang mengapresiasinya.

Sementara itu Pemilik Panti Hafara, Chabib Wibowo, mengapresiasi perjuangan yang dilakukan oleh Rinno. Kepedulian terhadap sesama terus dijalankan walaupun dengan kondisi yang terbatas.

"Sosok hebat yang berjuang dari kerasnya kehidupan jalanan dan berani menunjukkan bahwa dirinya [Rinno] sangat peduli pada ODGJ dan lansia yang terlantar dengan tenaga dan materi yang dia punya," ujar Chabib.

Dijelaskan Chabib hingga saat ini jumlah ODGJ dan lansia yang berada di Panti Hafara tercatat sebanyak 93 dampingan. Untuk dampingan lansia yang berada di masyarakat ada sebanyak 703 orang.

Sedangkan anak yatim pasca jalanan dan dhuafa sebanyak 150 anak, masih ada juga 250 dampingan terhadap orang yang memiliki penyakit-penyakit kronis. Serta pihaknya sudah merawat dan memakamkan 172 jenazah terlantar tanpa identitas.

Diakui Chabib bahwa memang di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini kebutuhan dasar dan operasional di panti menjadi cukup besar. Pihaknya mengatakan melakukan berbagai usaha untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut.

"Kita jualan online mulai dari batik, makanan ringan hingga ubi lumer untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari panti," ucapnya.

Chabib menambahkan Rinno berkerja sebagai pengamen badut tanpa sepengetahuan oleh pihaknya. Namun dari hasil tersebut Rinno selalu membelikan sembako untuk kebutuhan panti juga.

"Rinno kadang-kadang tanpa sepengetahuan kita kalau saat mengamen dan jadi badut tapi nanti tau-tau hasilnya dia gunakan untuk membeli sembako," imbuhnya.

Load More