Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Rabu, 12 Agustus 2020 | 14:32 WIB
Penghageng Nityanudaya Keraton Yogyakarta GKR Bendara di sela penyerahan wastafel dari Badan Otoritas Borobudur (BOB) dan Dinas Pariwisata DIY kepada Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Tamansari, Rabu (12/8/2020). - (SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Sempat ditutup di awal masa pandemi COVID-19, kawasan wisata Keraton seperti Tamansari maupun Museum Kereta kembali dibuka Keraton Yogyakarta sejak satu bulan terakhir. Namun karena tren kasus positif COVID-19 masih saja tinggi, Keraton memberlakukan aturan yang ketat bagi para pengunjung di kawasan wisata tersebut.

“Area Tamansari berada di tengah-tengah warga, sehingga bisa jadi klaster baru yang bisa cepat merembet [penularannya] karena dekat rumah warga yang intens. Karenanya, Keraton harus ketat protokolnya, apalagi banyak abdi dalem yang sudah berumur 60 tahun ke atas yang berisiko terkena COVID-19,” ungkap Penghageng Nityanudaya Keraton Yogyakarta GKR Bendara di sela penyerahan wastafel dari Badan Otoritas Borobudur (BOB) dan Dinas Pariwisata DIY kepada Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Tamansari, Rabu (12/8/2020).

Menurut GKR Bendara, Keraton bersama stakeholder lain menyediakan fasilitas cuci tangan di sejumlah titik kawasan wisata Keraton. Selain itu, pihaknya juga memberlakukan sistem e-ticketing alih-alih manual untuk meminimalisasi kerumunan.

Selain itu, Keraton membentuk gugus tugas yang secara khusus melakukan patroli terus menerus untuk mengawasi pengunjung atau wisatawan yang datang. Sebab, banyak wisatawan yang kebiasaannya berubah saat berkunjung ke kawasan wisata. Kalau di rumah mereka mampu menjaga protokol kesehatan, tetapi saat berwisata di kota lain justru mereka lengah.

Baca Juga: Disidangkan UNESCO, Sumbu Imajiner Jogja Siap Ditetapkan Jadi Warisan Dunia

"Contohnya beberapa waktu ini Jogja heboh dengan kepadatan pengunjungnya. Malioboro yang dulunya sudah bersih, rapi, menggunakan masker semua, tapi banyak pengunjung [luar kota] yang melupakan itu, perubahan habit saat tidak berada di tempat mereka. Banyak studi yang menyebut itu karena kita ketat dalam menerapkan[protokol kesehatan] itu di Tamansari dan keraton," ungkapnya.

Untuk Tamansari, sebanyak 10 wastafel atau fasilitas cuci tangan baru disediakan di sejumlah titik. Wastafel dibuat oleh perajin lokal yang disesuaikan dengan estetika Tamansari.

Selain Tamansari, fasilitas cuci tangan juga disediakan di Keben Keraton, Museum Kereta, dan Pagelaran Keraton. Fasilitas disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing kawasan wisata.

Sementara, Direktur Utama BOB Indah Juanita menjelaskan, selain di Tamansari, wastafel-wastafel lain juga sudah dipasang di beberapa lokasi wisata, seperti Malioboro, Pantai Parangtritis Bantul, Pantai Baron Gunungkidul, dan Desa Wisata Kebun Teh Nglinggo Kulon Progo.

"Pada masa New Normal Tourism saat ini tentunya budaya hidup sehat harus selalu dilakukan. Akan banyak wastafel di lokasi-lokasi wisata dan kami memilih gentong air untuk sarana mencuci tangan," imbuhnya.

Baca Juga: Salah Satu Pasien Positif COVID-19 Desa Pakembinangun Sleman Adalah Pemudik

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More