SuaraJogja.id - "Besok kalau sudah besar saya mau jadi dokter," kata Devi, dengan polosnya, tepat pada peringatan HUT RI ke-75, Senin (17/8/2020).
Cita-cita itu datang dari siswi kelas IV di SD Negeri Jetis, di Jalan Turusan, no 20, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo. Siswi yang memiliki nama lengkap Devi Noviyanti itu usianya masih 10 tahun.
Tangan kecilnya menggenggam alat tulis dan buku pelajaran bahasa Indonesia. Devi nampak serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru kelasnya.
Iya, bukan sebuah laptop atau bahkan gawai yang ada dihadap Devi. Hanya sebuah buku tulis yang digunakan untuk mengerjakan semua tugas yang diberikan gurunya.
Baca Juga: Ingatkan Covid-19 Masih Ada, TRC BPBD DIY Gelar Upacara 17an Pakai Hazmat
Tidak hanya satu mata pelajaran yang sudah tertulis di buku itu, tapi beberapa pelajaran bercampur menjadi satu.
Saat Devi sedang berkonsentrasi mengerjakan setiap soalnya, terlihat perempuan tua memasak air untuk membuatkan minuman untuk Devi.
Perempuan tua itu adalah Suratinem nenek Devi yang saat ini sudah menginjak usia 70 tahun.
Bagai malaikat penjaga, Suratinem telah menjaga cucunya, Devi sejak usia dini. Bersama sang nenek, Devi tinggal di sebuah rumah kecil berdinding bambu dan lantang pun masih berlantaikan tanah.
Rumah itu berada di Pedukuhan Kalingiwo, Kalurahan Pendoworejo, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.
Baca Juga: Bertambah Terus, Pasien Corona di DIY Jelang HUT RI Melejit 1.025 Kasus
Sunyi, sudah menjadi suasana yang biasa bagi mereka. Tidak ada barang-barang elektronik mewah menenami hari-hari mereka di rumah yang bersebelahan dengan rumah adik dari Suratinem tersebut.
Baik Devi atau Suratinem, hanya ditemani lantunan musik dari radio tua yang untungnya masih berfungsi.
Seperti yang diketahui bahwa hingga saat ini, pembelajaran jarak jauh masih terus diberlakukan kepada siswa-siswi dari mulai pendidikan usia dini, hingga bahkan mahasiswa di tingkat universitas.
Itu yang juga harus dilalui oleh Devi dalam beberapa bulan terakhir. Namun Devi harus berjuang lebih keras dalam pembelajaran jarak jauh, tidak seperti siswa-siswi di wilayah perkotaan yang mayoritas sudah memiliki gawai secara pribadi.
Hanya bercahayakan sebuah lampu yang terpasang di ruang tengah rumahnya, Devi harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru kelasnya.
Bimbingan dari orang tua dalam mengerjakan setiap pelajaran yang ada pun tak bisa dirasakan oleh Devi.
Pasalnya sudah sejak usia dua bulan, Devi ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Ibunya kini sudah tenang di alam baka karena penyakit jantung yang dideritanya.
Sementara itu ayahnya, tak diketahui keberadaannya semenjak ibunya meninggal. Tak ada kabar bahkan insiatif untuk memberikan sedikit nafkah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan Devi sejak masih kecil. Hilang begitu saja.
Devi sebenarnya merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Namun ayahnya yang pergi tersebut juga sekaligus memisahkan Devi dan kedua saudara kandungnya.
Hanya sang nenek, Suratinem, teman Devi di rumah yang bertekad untuk membantu. Bagaimana tidak, Suratinem atau yang kerap disapa Mbah Surati, rela menempuh jarak sekitar tiga kilometer dari rumahnya menuju sekolah Devi dengan berjalan kaki, hanya untuk mengantarkan tugas sekolah yang telah Devi kerjakan di rumah.
Jalan beraspal yang rusak bahkan bisa berbahaya jika dilewati oleh kendaraan bermotor itu sudah menjadi rute sehari-hari yang harus dilewati Mbah Surati. Selain itu lokasi rumah yang berada di daerah Perbukitan Menoreh juga membuat medanya yang ditempuh naik turun.
Lebatnya pohon jati yang tumbuh di sepanjang jalan yang dilalui cukup membantu menahan panasnya sinar matahari yang akan mengenai kulit tua Mbah Surati.
Pemandangan sungai yang mulai kehabisan airnya dan area persawahan bertingkat di bawah bukit menemani perjalan nenek Devi tersebut.
"Biasanya berangkat dari rumah pagi hari sekitar 07.00 WIB. Riyin saben dinten mas, menawi sakniki sampun mboten, (Kalau dulu setiap hari, tapi kalau sekarang sudah tidak),” kata Suratinem.
Dari mata Suratinem, cucunya Devi adalah anak yang tergolong cerdas. Hal itu bukan tanpa dasar, saat ini Devi sudah mampu untuk menulis. Kemampuan itu dikatakan Suratinem lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Selain itu, menurut Suratinem, Devi merupakan anak yang tidak rewel atau bahkan merepotkan.
Meski tanpa ada bimbingan kedua orang tuanya, Devi tetap bersemangat untuk belajar secara mandiri.
Harapan Suratinem jelas agar cucunya itu bisa terus menempuh pendidikan secara layak demi terus menghidupkan cita-cita menjadi seorang dokter di masa yang akan datang.
Sementara itu ditemui secara terpisah, Kepala Sekolah SD Negeri Jetis, Siti Kamilah mengatakan, Suratinem, nenek Devi, tidak pernah absen mengantarkan dan mengambil tugas baru yang diberikan oleh sekolah selama pandemi Covid-19 ini. Demi membantu Suratinem, pihak sekolah juga telah membuat jadwal terkait dengan pengambilan dan pengembaluan tugas.
"Bagi siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran jarak jauh secara daring, seperti Devi ini salah satunya, kami jadwalkan untuk mengambil dan mengumpulkan tugas setiap hari Kamis," tutur Siti.
Selain menjadwalkan sang nenek untuk bisa datang ke sekolah, pihaknya juga memberikan perhatian lainnya guna tetap membantu Devi memaksimalkan program belajar dari rumah.
Caranya dengan menugaskan setiap guru bersangkutan untuk berkunjung ke rumah Devi secara langsung.
Program itu biasanya dilaksanakan setiap 2 minggu sekali, namun untuk sementara karena satu dan lain hal program ini sementara ditunda terlebih dulu.
Perkataan Suratinem sebelumnya yang menyebutkan Devi adalah anak yang cerdas, juga tidak dipungkiri oleh Siti.
Pasalnya setiap pelajaran yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh Devi. Oleh karena itu pihak sekolah terus mengupayakan bantuan beasiswa untuk Devi dan anak-anak lain yang berada di sekolahnya.
“Kami dari pihak sekolah mengusulkan beasiswa kepada keluarga yang tidak mampu agar nantinya bisa tercover oleh Baznas. Alhamdullilah, kalau buat Devi ini mendapat banyak bantuan,” ucapnya.
Selama ini, bahkan hingga saat ini, Devi dan sang nenek Suratinem mengandalkan perhatian tetangga yang turut peduli dan prihatin dengan kondisi mereka. Tidak sedikit juga bantuan dari para dermawan atau bahkan kelompok pengajian yang datang langsung untuk memberi bantuan baik berupa uang atau bahan pokok.
Kepala Dukuh Kalingiwa, Basiran mengatakan, bahwa keluarga Suratinem termasuk dalam keluarga yang tidak mampu. Beruntung mereka masih memperoleh bantuan uang tunai dari Program Keluarga Harapan (PKH) Rp.300.000 perbulan.
"Suratinem saat ini hanya mencari kayu, bagi mereka yang penting masih bisa makan sehari-hari dan mencukupi kebutuhan pokok sehari-harinya," tutur Basiran.
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki Devi, tidak menjadi Devi sebagai anak cengeng yang penuh dengan tuntutan keinginan. Justru malah dengan kesederhanaan yang dipunya Devi menjadi anak yang semakin tekun untuk belajar dan membantu sang nenek agar bisa terus mendekatkan diri dengan impiannya.
Sifatnya yang ceria dan tidak mudah menyerah itu sudah terbukti dan membuahkan hasil. Pasalnya Devi berhasil menyabet peringkat empat di kelasnya.
Siswi kelas IV yang senang dengan pelajaran Matematika ini mengaku sudah sangat rindu untuk bersekolah lagi. Memakai seragam, belajar secara langsung dan bertemu teman-teman serta gurunya menjadi angan-angannya belakangan ini. Devi tidak tahu kapan bisa bersekolah lagi, tapi yang pasti, dia sudah rindu untuk itu.
"Bu guru, pak guru kadang datang ke rumah buat belajar. Terus juga ke rumah Nisa (temannya) yang punya hp," ucap Devi.
Berita Terkait
-
Jatimulyo Kulon Progo Masuk Anugerah Desa Wisata Indonesia, Dapat Pujian Selangit dari Menparekraf Sandiaga Uno
-
Asyiknya Packrafting di Kali Papah, Cocok untuk Liburan Bareng Keluarga
-
3 Cara Nikmati Petualangan Seru di Samigaluh Kulon Progo, Wajib Main ke Kebun Teh!
-
Usung Marija Jadi Calon Bupati Kulon Progo 2024, Gerindra Bentuk Koalisi Besar Bareng Partai-partai Ini
-
Program "Ayo Belajar Ekspor" Kulon Progo Arahkan Pelaku IKM Luaskan Perdagangan
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Review Hidup Peternak Lele: Game Simulasi Bagaimana Rasanya Jadi Juragan Ikan
-
Jangan Lewatkan! Lowongan Kerja OJK 2024 Terbaru, Cek Syaratnya Di Sini
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
Terkini
-
Sirekap di Jogja Sempat Bermasalah, Petugas Tak Bisa Unggah Data TPS
-
KDRT Tinggi di Gamping, Pemkab Sleman Luncurkan Layanan Konseling Keliling
-
Korban Laka Tunggal di DAM Cangkring Bertambah, Ini Identitasnya
-
Turun Dibanding 2020 hingga 10 Persen, KPU Ungkap Alasan Partisipasi Pemilu Berkurang
-
Miris, Pelajar Kelas 10 Sebuah SMK di Gunungkidul Dicabuli Ayah Tirinya Berulang Kali