SuaraJogja.id - Mulai pagi ini, tim proyek tol Jogja-Solo akan memulai tahapan pematokan titik-titik tanah yang akan dilintasi jalur tol.
Sejumlah warga yang terdampak mengaku masih akan menunggu kejelasan soal besaran lahan sebenarnya yang akan dipatok.
Okto Gunawan, warga Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan merupakan salah satunya. Ia mengaku masih menunggu kepastian mana saja lahannya yang masuk area pembangunan tol.
Pasalnya dalam beberapa kali sosialisasi dan konsultasi publik yang diikuti, sebagian lahan miliknya masuk dalam trase jalan tol Jogja-Solo.
Baca Juga: Minim Penolakan Warga, TPU Khusus Sleman Baru Terisi 15 Jenazah COVID-19
"Saya punya lahan sekitar 222 meter persegi. Kalau dari gambar lahan saya dari pojok ke pojok sana terkena jalan tol, jadi agak miring. Yang hilang sekitar 130 meter persegi. Sisa lahanya berbentuk segitiga," katanya saat ditemui harianjogja.com, kemarin.
Jika hanya sebagian lahan yang digunakan, sementara sisanya tidak masuk area terdampak maka ia akan mengajukan untuk masuk area terdampak.
Apabila lahan miliknya hanya tersisa kurang dari 100 meter persegi dan berbentuk segitiga maka lahan tersebut tidak bisa dimanfaatkan.
Wawan juga mempertanyakan nasib bisnis penyewaan tiga paviliun yang pasti mati karena akses masuk ke paviliun tersebut tertutup area jalan tol.
Apalagi halaman depan usaha penginapannya yang dirintis sejak tahun lalu masuk area terdampak pembangunan.
Baca Juga: Sleman Bakal Buka Sekolah di Zona Kuning, Begini Kata Pakar Epidemiologi
"Ini juga nanti akan saya minta penjelasannya. Bagaimana nasib bisnis penyewaan paviliun saya ini? Apakah juga ada ganti ruginya? Ini jelas akan saya perjuangkan," katanya.
Hingga kini, lanjut Wawan, warga memang belum ada kesempatan terkait besaran ganti rugi yang diharapkan. Alasannya, masalah tersebut memang belum ada pembahasan.
Meskipun begitu, lanjut Wawan, harga jual tanah di pasaran saat ini rata-rata Rp3 juta per meter tergantung lokasinya.
"Nah saya juga belum tahu apakah penentuan harga nanti menggunakan NJOP atau ZNT [zona nilai tanah] atau ada dasar yang lain. Kalau ZNT nya antara Rp2 juta hingga Rp5 juta per meter. Ya harapannya tidak menggunakan NJOP karena NJOP di sini kecil sekali," ujar Wawan.
Yang jelas, kata Wawan, warga Kadirojo tidak ada yang menolak terkait rencana pembangunan jalan tol tersebut. Mereka mendukung sepenuhnya program pemerintah.
Berita Terkait
-
PSS Sleman Rekrut Pieter Huistra, Tugas Berat Menanti Eks Pelatih Borneo FC
-
BRI Liga 1: Sempat Tertinggal, Arema FC Bangkit dan Hajar PSS Sleman 6-2
-
PSIM Yogyakarta Promosi, PSS Sleman Berjuang Keluar dari Zona Merah Liga 1
-
Sekolah Banyu Biru: Belajar Gratis Panen Air Hujan, Stop Beli Galon!
-
Mazola Junior Maklum saat Suporter Minta PSS Sleman Kalahkan Bali United
Terpopuler
- PIK Tutup Jalan Akses Warga Sejak 2015, Menteri Nusron: Tanya Maruarar Sirait
- Honda PCX Jadi Korban Curanmor, Sistem Keyless Dipertanyakan
- Lolly Banjir Air Mata Penuh Haru saat Bertemu Adik-adiknya Lagi: Setiap Tahun Saya Tidak Pernah Tahu...
- Ketajaman Jairo Beerens: Bisa Geser Posisi Romeny, Struick hingga Jens Raven
- Tangis Indro Warkop Pecah Dengar Ucapan Anak Bungsu Dono Soal HKI: Ayah Kirim Uang Sekolah Walau Sudah Tiada!
Pilihan
-
Akhiri Piala Asia U-20 2025: Prestasi Timnas Indonesia U-20 Anjlok Dibanding Era STY
-
Bak Bumi dan Langit! Indra Sjafri Redup, Dua Orang Indonesia Ini Bersinar di Piala Asia U-20 2025
-
Megawati Hangestri Cetak 12 Poin, AI Peppers Tekuk Red Sparks 3-0
-
Pekerjaan Terakhir Brian Yuliarto, Mendikti Saintek Baru dengan Kekayaan Rp18 M
-
Sanken Tutup Pabrik di RI Juni 2025
Terkini
-
Upaya Tekan Kasus Kemiskinan, Kulon Progo Luncurkan BPNT APBD 2025
-
Prabowo Bentuk Danantara, Tokoh Kritik Jokowi Jadi Dewas: 'Tuntut Diadili, Kok Jadi Pengawas?'
-
Cegah Antraks Masuk Bantul, Pasar Hewan dan Kandang Ternak Diawasi Ketat
-
Sita Kursi dan Meja, Satpol PP Tertibkan PKL Bandel di Kotabaru Yogyakarta
-
Tak Perlu Panik Buying jelang Ramadan, Harga Pangan di Kulon Progo Terkendali