Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 21 Agustus 2020 | 18:35 WIB
Ishma Tukha (13) (kiri), putri sulung pasangan tunanetra asal Pedukuhan Siyono Wetan, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul - (SuaraJogja.id/Julianto)

SuaraJogja.id - Ishma Tukha (13), putri sulung pasangan tunanetra asal Pedukuhan Siyono Wetan, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul, gundah. Sebab, ponselnya dicuri tamu kedua orang tuanya pada malam 1 Suro, Rabu (20/8/2020) kemarin.

Padahal, telepon genggam tersebut sangat penting untuk pelajar kelas 8 MTSN 4 Wonosari. Melalui ponsel tersebut, ia dan adiknya, Muhammad Nastain, bisa mengerjakan tugas dari sekolah. Sama seperti adiknya, yang duduk di bangku kelas 3 SD N 3 Playen, Ishma harus menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19.

Gadis belia ini pun bingung karena tidak mungkin saat ini meminta kedua orang tuanya untuk membelikannya ponsel baru. Pasalnya saat ini pun, orang tuanya juga tengah terpuruk akibat pandemi Covid-19. Tak banyak pelanggan yang datang untuk memanfaatkan jasa mereka.

"Bapak sama Mamak hanya tukang pijat. Sekarang sangat sepi," ujar Ishma pada SuaraJogja.id, didampingi kedua orang tua dan adiknya.

Baca Juga: Siswa Sekelas Kumpul di Satu Rumah saat Ujian Online, PJJ Terasa Percuma

Ishma mengaku kasihan dengan orang tuanya karena keduanya adalah penyandang tunanetra sejak lahir dan hanya mengandalkan pekerjaan menjadi tukang pijat sebagai ladang mencari nafkah. Sementara, penghasilan mereka tak cukup untuk membeli ponsel, yang saat ini harganya cukup mahal bagi mereka.

Ayah dari Ishma, Slamet (47), menceritakan kronologi ponselnya diambil oleh pasangan yang mengaku suami istri tersebut. Pada Rabu lalu, tamu yang tak dikenalnya itu sudah datang dua kali dalam sehari. Ia bersama istrinya, Turisah (45), sama sekali tak curiga karena awalnya tamu tersebut memang hendak mendaftarkan orang tua mereka untuk pijat.

"Sore sekitar Asar itu mereka datang. Katanya mau daftar pijat untuk bapaknya, tapi pijatnya habis Isya," ujar Slamet.

Sore hari, sekira pukul 17.00 WIB, kedua orang tersebut datang lagi. Mereka menawari Ismha untuk menjadi model rias dan dijanjikan uang saku Rp300 ribu. Tergiur akan mendapat bayaran yang lumayan, tanpa pikir panjang, gadis belia belasan tahun tersebut langsung menyetujuinya.

Namun oleh orang tersebut, Ishma diminta untuk mencari satu model lagi. Alasannya, pelaku membutuhkan dua model untuk dirias sekaligus.

Baca Juga: Penontonnya Ribuan, Konser di Pantai Parangkusumo Ternyata Tanpa Izin

Tanpa pikir panjang, Ishma meninggalkan orang tak dikenal tersebut bersama kedua orang tuanya. Pelaku juga meminta agar adiknya dibawa serta ketika mencari model yang lain. Ishma lantas pergi untuk menemui teman yang sekiranya mau dijadikan model rias bersamanya.

Load More