Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 23 Agustus 2020 | 18:01 WIB
Tri Widodo pemeran kotrek si supir truk dalam film Tilik saat ditemui di kampungnya di Gunungkidul, Minggu (23/8/2020). [Kontributor / Julianto]

SuaraJogja.id - Tri Widodo (39), mengaku tak menyangka jika film pendek 'Tilik' menjadi trending topic pekan ini. Pemeran Gotrek, sopir truk dalam film Tilik ini mengaku terkejut dan bangga, tempat tinggalnya Dusun Saradan Desa Terong Kecamatan Dlingo Bantul kini menjadi dikenal khalayak lebih banyak lagi.

Lebih dari itu, ia menyebut bahwa di luar adegan ghibah bu Tejo yang kemudian viral, film pendek bertajuk Tilik mempunyai pesan mendalam dalam ceritanya.

Salah satunya adalah ketika dirinya ditilang polisi. Menurutnya, adegan tersebut sejatinya memiliki pesan moral yang ingin disampaikan kepada para sopir bahwa membawa armada bak terbuka disertai dengan membawa penumpang adalah sesuatu yang salah dan melanggar aturan.

"Saya berharap itu menjadi nilai edukasi yang juga bisa diambil nilai positifnya,"ujar bapak dua anak ini ketika dijumpai di  sela kontes Sound di perbatasan Padukuhan Saradan, Minggu (23/8/2020).

Baca Juga: Isi Kekosongan, 2 Desa di Bantul Bakal Gelar Pemilihan Lurah Antar Waktu

Gotrek mengatakan, adegan dirinya ditilang polisi karena membawa bak terbuka berpenumpang sejatinya adalah keseharian dirinya. Bapak dua anak ini mengaku memang sering ditilang polisi karena terpaksa harus membawa bak terbuka dengan dipenuhi oleh ibu-ibu saat mengantarkan mereka tilik tersebut.

Menurut Gotrek, Tilik memang menjadi tradisi yang telah ada sejak jaman dahulu. Di mana setiap orang yang masuk rumah sakit minimal 3 hari maka masyarakat di Padukuhan di wilayah Dlingo tersebut akan menjenguknya alias Tilik. Biasanya, para ibu rumah tanggalah yang pergi ke rumah sakit menjenguk tetangga mereka.

"Nah biasanya mau hujan atau panas, pakainya selalu bak terbuka. Kalau naik bus katanya banyak yang mabuk,"ungkapnya.

Gotrek menyebutkan selain Bu Tejo, Yu Ning, Yu Sam, Yu Tri dan Erna yang menjadi istrinya, semuanya diperankan oleh kaum ibu rumah tangga di Padukuhannya sementara lainnya adalah pemain di luar Padukuhan Saradan. Semuanya natural, tidak ada yang sebelumnya pernah belajar akting kecuali dirinya adalah aktor ketoprak.

Nama Gotrek juga sejatinya bukan nama di dalam film itu, karena kesehariannya ia memang dipanggil Gotrek. Ia memang secara khusus diminta oleh sang penulis naskah, Bagus 'Bacep' Sumartono untuk memerankan sopir truk pembawa ibu-ibu tersebut.

Baca Juga: Film Tilik Trending Angkat Pariwisata Bantul, Intip Keindahan Wisatanya

Ia lantas menceritakan awal mula perkenalan dengan Bacep. Saat itu, Bacep yang merupakan kru dari Hanung Bramantyo dipercaya sutradara kondang tersebut untuk mencari kayu di wilayah Saradan. Kayu-kayu tersebut akan digunakan untuk membangun joglo di Studio Alam Gamplong Sleman.

"Mas Bacep itu sering ke sini. Dan menginap di sini,"ungkapnya.

Suatu ketika, Bacep menginap di rumah salah seorang warga. Ditemani beberapa pemuda Saradan, mereka berdiskusi sembari membakar ketela.

Kemudian muncul pertanyaan kira-kira apa yang bisa diangkat dari Padukuhan Saradan dan membuat padukuhan ini bisa dikenal masyarakat.

Melalui pengamatan Bacep ketika tinggal di Padukuhan Saradan dan diskusi dengan tokoh pemuda termasuk Gotrek, akhirnya munculah ide untuk membuat film Tilik. Untuk naskah dan skenarionya sepenuhnya berada di tangan Bacep meski sesekali meminta pendapat tokoh pemuda di Padukuhan Saradan.

"Kemudian kami shooting. Saya diminta mas Bacep karena memang sering mengantar ibu-ibu kalau tilikan,"ungkapnya.

Proses pembuatan film itu sendiri berlangsung sekitar 2 minggu. Untuk pemeran figuran seperti ibu-ibu selain 4 peran utama diambilkan dari warga Saradan.

Sementara armada truk yang ia pakai adalah truk rentalan milik warga Dodogan Dlingo. Kotrek mengatakan Bacep memintanya untuk mencari truk yang agak tua usianya.

Adegan awal dalam film tersebut diambil di dekat Balai Desa Muntuk Dlingo kemudian pertigaan di jalan Patuk-Becici. Untuk adegan ketika dirinya menghentikan truk karena ibu-ibu ingin buang air kecil itu berada di sebuah masjid di wilayah Kalurahan Wukirsari Imogiri. 

Sementara untuk adegan ketika truknya mogok dan dihentikan polisi ada di sebelah utara perempatan Ringroad Manding Bantul.

Dan terakhir adalah di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman. Meski merasa capek, namun saat ini Gotrek bersama warga Padukuhan Saradan menjadi bangga karena wilayah mereka bisa terangkat.

"Soal upah, itu biar urusan kami saja. Berapapun upahnya, kami bangga bisa memberi warna untuk Dlingo, daerah yang terpencil seperti tempat tinggal kami,"kata Gotrek.

Wilayah Padukuhan Saradan memang cukup terpencil. Jarak antara padukuhan ini dengan kota Bantul ada sekitar 25 kilometer. Wilayah Padukuhan Saradan memang cukup terpencil karena untuk sampai ke padukuhan ini harus menyusuri jalan corblok sejauh 2 kilometer dari jalan Patuk-Dlingo.

Kini, banyak warga sekitar Saradan yang memanggilnya layaknya artis. Pesan melalui WA ataupun DM di instagramnya kini cukup banyak sehingga Kotrek mengaku kewalahan.

Kontributor : Julianto

Load More