SuaraJogja.id - Istri Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo membagikan foto dirinya dan sang suami menyantap sajian nasi tumpeng dengan mengenakan pakaian kebaya lurik dan jarik khas Jogjakarta.
Ia duduk berdampingan dengan Sri Purnomo yang juga mengenakan baju lurik dengan motif dan warna yang sama. Bedanya, pemangku wilayah Kabupaten Sleman itu melengkapi penampilannya dengan blangkon warna coklat.
Mereka berdua tampak duduk berdampingan sambil menikmati hidangan tumpeng yang tersaji didepannya. Satu tangan mereka memegang daun pisang berisi makanan yang disajikan, sementara tangan satunya lagi menyuapkan nasi ke mulut.
Disekitar mereka terlihat ramai orang yang tengah menikmati suasana. Ada yang membagikan makanan, mengambil gambar atau hanya melihat sekitar. Di belakang mereka berdiri sepasang Dimas Diajeng Kabupaten Sleman.
Dalam unggahan tersebut, Kustini membagikan cerita mengenai blangkon yang ia anggap sebagai salah satu produk fashion yang melegenda. Sama seperti surjan dan kebaya lurik, blangkon juga masuk sebagai pakaian jaman dahulu.
Sejak zaman nenek moyang, kebaya dan surjan lurik sudah menjadi pakaian khas masyarakat Jogjakarta. Kustini mengatakan bahwa pakaian tersebut sudah ada sejak ratusan tahun lamanya.
Meski sudah ada sejak lama, namun pakaian ini dinilai masih eksis hingga saat ini. Oleh karena itu, Kustini menyebut ini sebagai pakaian jadul yang melegenda. Eksistensi blangkon dan surjan ditengah perkembangan dunia fashion membuatnya melegenda.
"Lihat foto ini saya jadi ingat para pengrajin blangkon di Sleman. Gimana keadaannya di masa pandemi ini ya? Semoga ada kesempatan tilik ke sana dan berbagi cerita tentang usaha mereka," tulis Kustini dalam unggahannya.
Melihat potretnya dengan sang suami dalam balutan busana adat jawa tersebut membawa ingatan Kustini kepada para pengrajin Blangkon di Sleman. Ia merasa khawatir dengan nasib pengrajin pakaian legend itu ditengah pandemi.
Baca Juga: SKB CPNS di Kota Jogja Wajibkan Peserta dari Luar DIY Bawa Hasil RDT
Kustini juga mengatakan, bahwa para pengrajin blangkon tersebut merupakan orang-orang yang tekun dan telaten. Ketekunan membawa orang-orang tersebut menghasilkan blangkon dalam jumlah yang tidak sedikit dan tetap berkualitas.
"Saya ingat di Desa Sidoarum Kecamatan Godean ada sekitar dua puluhan pengrajin blangkon. Mereka menekuni usahanya sejak tahun 1960-an," imbuh Kustini.
Ia teringat dengan para pengrajin blangkon di Sidoarum, Godean, Sleman yang sudah memulai usahanya sejak tahun 1960-an. Puluhan tahun berkecimpung dalam hal itu, dua puluh orang perngrajin yang ditemui Kustini sudah menjual blangkon ke mancanegara.
Mengingat hal itu, ia yakin bahwa peluang pasar untuk penjualan topi khas adat Jawa itu masih terbuka lebar. Terbukti dari banyaknya artis papan atas di Jakarta yang bangga mengenakan blangkon sebagai kelengkapan pakaian adat Jawa.
Selanjutnya Kustini menerangkan jika blangkon merupakan bagian dari fashion sejak abad ke 17. Sampai saat ini, keberadaan blangkon masih eksis di tengah gempuran beragam fashion dari berbagai belahan dunia.
Pada masa pra kemerdekaan, blangkon juga menjadi semacam seragam yang dikenakan para pejuang. Tujuannya sebagai pemersatu dan menguatkan identitas pribumi melawan para penjajah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Kisah Ironis di Jogja: Bantu Ambil Barang Jatuh, Pelaku Malah Kabur Bawa Dompet dan Ponsel
-
Jaga Warga Diminta Jadi Pagar Budaya Penjaga Harmoni Yogyakarta
-
DANA Kaget Spesial Jumat Berkah untuk Warga Jogja: Rebutan Saldo Gratis Hingga Rp199 Ribu!
-
Pengujian Abu Vulkanik Negatif, Operasional Bandara YIA Berjalan Normal
-
Tabrakan Motor dan Pejalan Kaki di Gejayan Sleman, Nenek 72 Tahun Tewas di Lokasi