Masyarakat Bantul yang memanfaatkan aliran irigasi untuk pengairan sawah khawatir jika air bakal disabotase oleh warga yang tinggal di sekitar Kampung Mrican.
"Sebelumnya dapat penolakan dari warga Bantul, tapi akhirnya kami mediasi dan memberikan gambaran dari rencana kami itu," jelas Andi.
Memberi pemahaman kepada masyarakat juga berproses. Andi tak memungkiri bahwa niat baik warga Mrican belum tentu diterima warga lainnya.
Berulang-ulang pertemuan hingga mediasi dilakukan. Karang Taruna yang saat itu hanya berjumlah 10-15 orang sudah setengah jalan dan tak ingin rencana tersebut gagal.
Baca Juga: Ditanya Soal Tamu dari Jakarta di Jogja, Begini Jawaban Santai Zaskia Mecca
Mediasi terakhir yang dilakukan di pertengahan tahun 2019 seakan mendapat angin segar. Kedua pihak bersepakat menjalani dan saat itu pula, aliran air tetap berjalan lancar. Bahkan warga Mrican sendiri berusaha membuat saringan air untuk menyaring sampah di sepanjang selokan.
"Secara tidak langsung sampah yang datang dari sungai Gajah Wong ke selokan ini tertahan dengan saringan yang kami modifikasi sendiri. Bahkan ada 4 saringan. Jadi air yang mengalir ke kawasan Bantul juga bersih," kata dia.
Tutup tahun 2019, Komunitas Bendhung Lepen terus berinovasi. Tanaman dan pinggir selokan yang ada di kawasan tersebut dicat dan ditata untuk menghidupkan kesan asri.
Tak hanya itu, perekonomian warga sekitar mulai muncul. Banyak warga yang membuka usaha makanan dan minuman di sekitar RTH dan di pinggir selokan.
Hingga kini, warga belum berencana menetapkan tiket masuk kepada pengunjung yang datang. Wisatawan cukup datang dan memarkirkan kendaraan dengan biaya seikhlasnya.
Baca Juga: Rindu Kuliner Jogja, Coba di Rumah Resep Gudeg Nangka Ini
Warga juga menyediakan makanan ikan atau pelet dalam sebuah gelas plastik. Pengunjung hanya membayar Rp2 ribu dan meletakkan uang di toples yang sudah disediakan.
"Jika ingin liburan murah mungkin kampung kami bisa menjadi pilihan mereka. Namun warga kampung Mrican tidak menyangka akan berubah seperti ini. Berkat media sosial juga kampung kami menjadi ramai," kata Agus menimpali.
Aktif promosi di sosmed
Komunitas Bendhung Lepen juga mulai mengenalkan diri di jejaring media sosial. Hal itu dianggap perlu karena destinasi wisata murah memang jarang ditemui di dalam kota.
Bergerak di media sosial Instagram dengan akun @bendung_lepen serta mempublikasikan kegiatan mereka di
Facebook bernama, Bendhung Lepen, harapannya langkah dan inovasi masyarakat ini menjadi inspirasi untuk orang lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
Pilihan
Terkini
-
Liburan Sekolah, Sampah Menggila! Yogyakarta Siaga Hadapi Lonjakan Limbah Wisatawan
-
Duh! Dua SMP Negeri di Sleman Terdampak Proyek Jalan Tol, Tak Ada Relokasi
-
Cuan Jumat Berkah! Tersedia 3 Link Saldo DANA Kaget, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan
-
Pendapatan SDGs BRI Capai 65,46%, Wujudkan Komitmen Berkelanjutan
-
Kelana Kebun Warna: The 101 Yogyakarta Hadirkan Pameran Seni Plastik yang Unik dan Menyentuh