Sosok Dian juga dinilai mewakili perempuan yang mandiri dan berani membuat keputusan yang tak lazim untuk ukuran warga desanya. Digambarkan sebagai anak yang ditinggal ayahnya sejak kecil, Dian bukanlah sosok yang tumbuh dari keluarga mampu, sehingga akhirnya hanya bisa sekolah sampai SMA.
Meski demikian, Dian berani mengambil perubahan dengan pergi bekerja ke kota atau di luar kampung mereka. Sosok Dian muncul sebagai kembang desa dengan tindak tanduk berbeda dari masyarakat umum.
"Tapi, menganggap perempuan muda memilih pasangan yang lebih tua dan mapan itu menyembunyikan niatan buruk justru sebentuk pandangan yang stereotipikal. Stereotipe inilah yang justru digugat oleh Tilik di ujung cerita," imbuh Budi dalam catatannya.
Terkait pandangan perempuan sebagai penyebar hoaks, Budi mengatakan bahwa apa yang menimpa Bu Tejo sebenarnya bukan penyebaran berita bohong, melainkan penggambaran masalah pemahaman literasi digital.
Baca Juga: Dulu Kumuh, Komunitas Bendhung Lepen Ubah Selokan Mrican Jadi Objek Wisata
Selain itu, adegan di mana Bu Tejo sebagai tokoh berpengaruh menggerakkan warga desanya untuk menyerang polisi yang hendak menilang dinilai Budi sebagai bentuk sindiran atas absennya ketersediaan transportasi publik yang murah dan bisa diandalkan warga desa.
Baca pendapat Budi Irawanto selengkapnya DI SINI.
Jika banyak warganet yang justru kecewa dengan akhir cerita film produksi Ravacana Films ini, bagi Budi akhir ceritanya malah menunjukkan Dian sebagai perempuan yang menghendaki hubungan permanen dengan mantan suami Bu Lurah.
Dian juga merupakan sosok yang tenggang rasa karena mau melakukan pendekatan dengan Fikri agar menyetujui rencana pernikahannya dengan ayah Fikri. Dalam adegan yang ditayangkan, tidak terlihat juga bahwa Dian merebut mantan suami Bu Lurah.
"Seperti Bu Tejo, tanpa kecermatan menonton, seseorang gampang menarik simpulan yang menyesatkan serta mengarah pada penghakiman yang tak adil. Akibatnya, bobot hiburan Tilik didakwa membutakan ‘problematik’ yang melekat pada film itu," tulis Budi mengakhiri.
Baca Juga: Nah, Bu Tejo Gosipin Raffi Ahmad
Ia menekankan kembali ketidak setujuannya dengan tiga kritik besar mengenai film Tilik. Baginya, kritik itu muncul karena penonton tidak bisa mengambil kesimpulan secara benar setelah melihat tayangan berdurasi 30 menit tersebut.
Berita Terkait
-
Grok dan Letupan Kritik saat Demokrasi Makin Tercekik
-
Sentilan Luhut dan Demokrasi Sopan Santun: Ketika Kritik Dianggap Ancaman
-
Formappi Harap DPR Tak Ulang Kesalahan RUU TNI Saat Bahas RUU Polri
-
Review Novel 'Makhluk Bumi': Jadi Alien demi Bertahan di Dunia yang Gila
-
Anies Singgung Pemerintah yang Anti Kritik: Kalau Dicaci Maki, Jelaskan
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
- Rekaman Lisa Mariana Peras Ridwan Kamil Rp2,5 M Viral, Psikolog Beri Komentar Menohok
Pilihan
-
'Siiiu' Ala Zahaby Gholy, Ini Respon Cristiano Ronaldo Usai Selebrasinya Dijiplak
-
Hasil Akhir! Pesta Gol, Timnas Indonesia U-17 Lolos Piala Dunia
-
Hasil Babak Pertama: Gol Indah Zahaby Gholy Bawa Timnas Indonesia U-17 Unggul Dua Gol
-
BREAKING NEWS! Daftar Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Yaman
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
Terkini
-
Gunungkidul Sepi Mudik? Penurunan sampai 20 Persen, Ini Penyebabnya
-
Kecelakaan KA Bathara Kresna Picu Tindakan Tegas, 7 Perlintasan Liar di Daop 6 Ditutup
-
Arus Balik Pintu Masuk Tol Jogja-Solo Fungsional di Tamanmartani Landai, Penutupan Tunggu Waktu
-
AS Naikan Tarif Impor, Kadin DIY: Lobi Trump Sekarang atau Industri Indonesia Hancur
-
Petani Jogja Dijamin Untung, Bulog Siap Serap Semua Gabah, Bahkan Setelah Target Tercapai