SuaraJogja.id - Pergerakan manusia yang cukup masif sejak terjadinya pandemi COVID-19 disinyalir menjadi salah satu penyebab terjadinya mutasi D614G virus SARS-CoV-2. Sebab, virus tersebut pada awalnya berkembang di Eropa pada awal Februari 2020, tetapi saat ini sudah masuk ke Asia, termasuk di Indonesia.
"Virus ditemukan sudah bermutasi di Eropa pada Februari, padahal asalnya dari Wuhan. Pergerakan manusia yang begitu cepat saat ini kan tidak bisa dibatasi seoptimal mungkin, sehingga bisa jadi penyebab [mutasi]," ujar Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM Gunadi di UGM, Rabu (2/9/2020).
Gunadi mencontohkan, dari teori evolusi Darwin, setiap makhluk hidup akan berdapatasi untuk bisa hidup, begitu juga virus SARS-CoV-2, yang terus beradaptasi dengan inangnya, dalam hal ini manusia.
Pada Februari 2020, baru 10 persen virus tersebut bermutasi di dunia. Namun pada Maret 2020, mutasi virus sudah mencapai 67 persen. Saat ini mutasi virus sudah mencapai lebih dari 77,5 persen menjadi G614.
Baca Juga: Menristek: Belum Ada Bukti Mutasi Virus Corona Terbaru Lebih Berbahaya
Sementara, kebijakan lockdown di berbagai negara atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia juga belum diberlakukan terlalu lama. Padahal, infeksi COVID-19 sudah terjadi di Wuhan sejak Desember 2019.
Peningkatan mutasi awalnya justru lebih banyak di luar Eropa, Amerika, dan Oceania, sehingga angka penularan COVID-19 cukup tinggi di wilayah tersebut. Mutasi di Asia justru paling belakangan terjadi.
"Suprisingly, mutasi justru ditemukan di Eropa. Berarti kan ada pergerakan nih dari Wuhan ke sini karena virus ini escape dari imun kita," jelasnya.
Dengan terus bermutasinya virus, lanjut Gunadi, maka daya infeksius virus tersebut jadi lebih tinggi 10 kali lipat. Meski demikian, infeksi tersebut tidak berkaitan dengan keparahan pasien COVID-19. Karenanya, meski terus bermutasi, vaksin yang dikembangkan berbagai negara, termasuk Indonesia, tetap bisa membiirkan perlindungan dari vrius tersebut.
"Vaksin yang tengah dikembangkan masih efektif karena meski ada mutasi, tapi tidak perlu dikhawatirkan masih bisa di-cover," tandasnya.
Baca Juga: Menristek: Mutasi Covid-19 D614G Sudah Dominasi 78 Persen Kasus di Dunia
Laboratorium diagnostik FKKMK UGM menemukan, dari empat virus dari DIY yang dicek di lab, ternyata muncul tiga virus mengalami mutasi menjadi G614. Meski belum menggambarkan secara umum, tiga dari empat virus, berarti 75 persennya, sudah bermutasi.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Menristek: Belum Ada Bukti Mutasi Virus Corona Terbaru Lebih Berbahaya
-
Menristek: Mutasi Covid-19 D614G Sudah Dominasi 78 Persen Kasus di Dunia
-
5 Fakta Terbaru Seputar Mutasi Virus Corona D614G di Indonesia
-
Peneliti UGM Ungkap Covid-19 Bermutasi, Infeksiusnya 10 Kali Lebih Dahsyat
-
Mutasi Covid-19 yang Lebih Menular Baru Sebatas Hasil Uji Lab
Terpopuler
- 8 Rekomendasi Mobil Bekas Murah Tipe MPV Mei 2025: 7-Seater Harga Mulai Rp30 Jutaan, Pajak Miring
- Rekomendasi 5 Mobil Bekas Murah Meriah untuk Ibu Muda yang Super Aktif! Mulai 65 Jutaan
- 3 Pihak Blak-blakan Beri Dukungan untuk Yuran Fernandes, Komdis PSSI Revisi Hukuman
- Olla Ramlan Resmi Umumkan Lepas Hijab: Pilihan Terbaik Bukan yang Bikin Kita Nyaman
- 9 Rekomendasi HP Baterai Jumbo Minimal 6000 mAh, Kuat Berhari-bari Tanpa Powerbank
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Semen Padang Imbang, Dua Degradasi Ditentukan di Pekan Terakhir!
-
Pantas Dipanggil ke Timnas Indonesia, Patrick Kluivert Kirim Whatsapp Ini ke Ramadhan Sananta
-
BREAKING NEWS! Kaesang Pangarep Kirim Isyarat Tinggalkan Persis Solo
-
Danantara Mau Suntik Modal ke Garuda Indonesia yang 'Tergelincir' Rugi Rp1,2 Triliun
-
5 Pilihan HP Murah RAM Besar: Kamera 50 MP ke Atas, Baterai Tahan Lama
Terkini
-
Demokrasi Mahal? Golkar Usul Reformasi Sistem Pemilu ke Prabowo, Ini Alasannya
-
Cuaca Ekstrem Hantui Jogja, Kapan Berakhir? Ini Kata BMKG
-
Parkir Abu Bakar Ali Mulai Dipagar 1 Juni, Jukir dan Pedagang harus Mulai Direlokasi
-
Thrifting Aman Tanpa Gatal, Ini Tips Jitu Dokter UGM untuk Hindari Penyakit Kulit dari Baju Bekas
-
Ditutup Kain Hitam hingga Berujung Dibongkar, Reklame Ilegal Disikat Wali Kota Jogja