SuaraJogja.id - Tidak semua warga dapat merasakan segarnya air bersih di tengah musim kemarau yang masih berlangsung saat ini. Jangankan menikmati air yang melimpah, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari saja tidak jarang warga harus berjerih payah mendapatkannya.
Seperti yang dirasakan oleh Siti Marsilah (31), warga Dusun Kalidadap I, Selopamioro, Imogiri, Bantul, ia harus menyiapkan tenaga ekstra untuk mendapat air bersih. Pasalnya, selama kurang lebih dua bulan ke belakang, ia dan puluhan warga lainnya hanya mengandalkan satu sumber mata air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Sudah setiap tahun kalau kemarau datang, sumur warga surut, tidak ada airnya, jadi harus ambil air seperti ini," ujar Siti kepada awak media, Selasa (15/9/2020).
Tidak seperti biasa, Siti tidak mengambil air dengan ember di sungai atau sumber mata air yang telah tersedia. Ia sudah menyiapkan selang dengan panjang ratusan meter dari sumber mata air yang masih tersedia hingga menuju rumahnya.
Siti sendiri mengaku sudah menyediakan total 15 rol selang dengan panjang masing-masing 10 meter. Selang itu disambungkan satu persatu hingga menjadi kesatuan yang panjang untuk mengalirkan air dari sumbernya.
Perjuangan Siti dan warga lainnya tidak berhentu di situ saja. Setelah selang terpasang semua, maka tugas selanjutnya adalah menyedot air itu hingga keluar.
Bukan perkara mudah menyedot air dari sumbernya hingga keluar; perlu kekuatan pernapasan yang baik untuk bertahan hingga air keluar. Bahkan tak jarang air yang sudah keluar akan kembali berhenti sebelum mencapai rumah masing-masing.
"Bisa lebih dari 15 rol sebenarnya, ini juga kalau tidak pakai selang tidak bisa, lha wong sumurnya tidak ada airnya. Ini juga sumber air warga sini satu-satunya," ungkapnya.
Siti mengungkapkan, setidaknya ada 50 Kepala Keluarga (KK) yang harus bergantian menyedot air setiap hari. Semua warga sudah mendapat giliran masing-masing dengan waktu yang sudah ditentukan dengan kesepakatan bersama.
Baca Juga: 1.000 Hektare Sawah di Karawang Terancam Kekeringan Musim Kemarau Ini
Siti menuturkan, ada tiga jadwal pengambilan air tersebut. Pertama, pagi hari sekitar pukul 07.30 WIB, siang 13.30 WIB, dan malam 20.00 WIB. Penjadwalan ambil air tersebut mempertimbangkan ketersediaan air yang ada di sumber mata air. Sebab, jika diambil langsung oleh semua warga secara bersamaan, jumlah air tidak akan mencukupi semua dengan maksimal.
"Air yang ada juga tidak akan tahan lama setelah disedot warga. Paling lama 30 menit bisa bertahan lalu habis," ucapnya.
Siti menuturkan, setiap hari ia dapat mengambil air sebanyak dua kali. Dari situ saja, ia hanya bisa mendapat empat sampai lima ember cat ukuran 25 kilogram yang terisi air penuh. Itu pun jika kondisi sumber mata air sedang baik. Jika tidak, ia hanya bisa mendapat dua ember saja.
Siti mengakui, sebenarnya di daerahnya terdapat penjualan air bersih yang dibanderol Rp35.000 per jeriken. Namun sampai saat ini, Siti belum pernah membeli air tersebut. Ia merasa, air di rumahnya masih bisa tercukupi oleh mata air yang keluar dari selang yang disedotnya.
"Air ini buat lima orang di rumah, mulai dari masak, mandi, nyuci, dan lain-lain. Harus irit semaksimal mungkin pokoknya, tapi masih cukup, jadi tidak perlu beli," tuturnya.
Ia menambahkan, bantuan dari pemerintah sebenarnya setiap tahun pasti ada. Namun untuk tahun ini, pihaknya belum menerima bantuan terkait dengan dropping air tersebut.
Berita Terkait
-
1.000 Hektare Sawah di Karawang Terancam Kekeringan Musim Kemarau Ini
-
PLN Matikan Listrik di Tambun Hari Ini, Perumahan Permata Regensi Gelap
-
Hari Ini Puncak Kemarau, Besok Indonesia Masuk Masa Pancaroba
-
Masuk Puncak Kemarau, Wilayah Bantul Masih Aman dari Ancaman Kekeringan
-
Antisipasi Dampak Musim Kemarau, PDAM Sleman Bakal Lakukan Ini
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Waspada Hujan di Jogja! Ini Prakiraan Cuaca BMKG untuk 18 September 2025
-
Bantul Optimis Swasembada Beras 2025: Panen Melimpah Ruah, Stok Aman Hingga Akhir Tahun
-
Sampah Menggunung: Jogja Kembali 'Numpang' Piyungan, Kapan Mandiri?
-
Terjebak dalam Pekerjaan? Ini Alasan Fenomena 'Job Hugging' Marak di Indonesia
-
Revolusi Pilah Sampah di Yogyakarta Dimulai: Ribuan Ember Disebar, Ini Kata Wali Kota