Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Rabu, 16 September 2020 | 15:25 WIB
Seniman Butet Kartaredjasa menyantap sajian sop daging Cak Nur di Jatimulyo. - (YouTube/Butet Kartaredjasa)

SuaraJogja.id - Seniman Butet Kartaradjasa kembali membagikan videonya berkuliner di sekitaran Jogja. Kali ini, ia menunjukkan salah satu tempat yang menjajakan sop dengan isian yang melimpah dan lezat.

Melalui kanal YouTubenya, Butet membagikan momennya menyantap salah satu hidangan yang sudah sejak lama menjadi langganannya. Ia mengenalkan salah satu tempat penjual sop dan soto lezat di Jogjakarta.

Yakni Soto dan Sop Cak Nur Selera Jawa Timur yang berada di Jalan Jambon No 47, Jatimulyo, Yogyakarta. Sempat beberapa kali pindah lokasi, Butet mengaku ikut menjadi pengamat sejarah perkembangan rumah makan ini.

"Saya itu bisa dibilang, saksi dari sejarah panjangnya Cak Nur ini. Karena saya mengkonsumsi sopnya Cak Nur ini sejak tahun 80-an," ujar Butet dalam videonya.

Baca Juga: Masih Pandemi, Bantul Tetap Gelar Imunisasi untuk Puluhan Ribu Siswa SD

Ia menyampaikan, bahwa dirinya sudah menjadi penikmat hidangan berkuah asal Jawa Timur ini sudah sejak tahun 1980-an. Bahkan, ia sudah menjadi langganan tempat ini sejak lokasinya masih berada di bawah tenda biru di daerah Kranggan.

Pada tahun 1996 sendiri, pemilik sempat memindahkan tempat dagangnya ke kawasan jalan Magelang. Sampai akhirnya pada tahun 2003 hingga sekarang Sop dan Soto Cak Nur menetap di Jatimulyo. Terletak dalam sebuah rumah makan dengan puluhan meja dan kursi.

Butet juga menunjukkan sebuah meja panjang yang menjadi sejarah perkembangan warung makan tersebut. Sejak masih berjualan di daerah Kranggan, meja itu sudah ada disana. Sampai sekarang meja itu masih digunakan untuk melayani pembeli.

Tidak hanya meja yang masih ada sejak lama, Butet juga menyebutkan bahwa komposisi dan isian dari sop yang dijajakan juga masih selalu sama. Cak Nur sang penjual juga sudah hafal racikan makanan kesukaan sang seniman.

Dalam satu porsi sop komplit, Butet menunjukkan adanya isian daging, otak, sum-sum, babat, kentang, tomat, dan opak. Selain isinya yang beragam, kuahnya juga terlihat kental dengan adonan rempah yang dihaluskan dan bercampur jadi satu.

Baca Juga: Empat Anggota Positif Covid-19, Kantor DPRD DIY Ditutup Sementara

"Ini spesial untuk meningkatkan asam urat, emping mlinjo," ujar Butet sembari menunjukkan isian dalam mangkuknya.

Satu mangkuk sop bisa dikonsumsi dengan sepiring nasi yang disajikan terpisah. Di atas nasi yang disajikan sendiri terdapat bawang goreng yang menambah cita rasa masakan menjadi lebih gurih dan renyah.

Butet menceritakan, bahwa sensasi menyantap sop tersebut terletak pada tempe goreng yang disajikan terpisah. Di goreng menggunakan minyak yang banyak, Butet menyebutkan tempe tersebut menjadi selingan super kolesterol dalam menyantap sop berkolesterol.

Salah satu indikator yang menunjukkan tingginya peminat masakan Cak Nur adalah banyaknya kalender yang tertempel di rumah makan itu. Terlihat di sekeliling ruangan itu, ada banyak kalender dari berbagai macam tempat usaha yang menggantung berdampingan.

"Kedai atau warung yang laku di Jogja itu ditandai dengan banyak kalender yang tertempel di dindingnya," ujar Butet.

Seniman Butet Kartaredjasa menyantap sajina sop daging Cak Nur di Jatimulyo. - (YouTube/Butet Kartaredjasa)

Lihat aksi kuliner Butet DISINI

Ia menjelaskan, jika terdapat banyak kaleder di sebuah kedai, itu merupakan pemberian dari para pelanggan. Dimana para pelanggan ingin usahanya itu bisa terpromosikan di ruang makan kedai-kedai tersebut.

Ketika berpergian ke Jogja menjadi mudah untuk menentukan apakah tempat tersebut menyajikan makanan yang lezat dilihat dari kalender yang terpajang. Hal tersebut dibenarkan oleh pemilik warung makan soto dan sop Cak Nur.

Selanjutnya, untuk satu porsi sop komplit seperti yang disantap Butet, dibandrol harga Rp 23.000. Ditambah dengan nasi satu porsi Rp 5.000 dan tempe satu potongnya Rp 4.000. Selain itu masih ada sajian lainnya seperti soto khas Lamongan.

Menurut Butet, orang Lamongan adalah penduduk yang menguasai sebagian besar wilayah Indonesia. Sebab, dari berbagai wilayah di Indonesia, ia banyak menemukan orang Lamongan yang berjualan soto maupun makanan lainnya.

Sejak diunggah Rabu (16/9/2020), video berdurasi 4 menit 50 detik ini sudah ditayangkan lebih dari 250 kali. Ada puluhan tanda jempol yang ditinggalkan warganet dan beberapa memberikan respon di kolom komentar.

Load More