SuaraJogja.id - Bagi sebagian kaum muda saat ini, sosok Tino Sidin barangkali terdengar masih awam. Namun generasi di belakangnya pasti sangat paham dengan pelukis tersohor yang satu ini.
Di era tahun 1070 hingga 1980-an, sosok yang khas dengan topi pet dan kumis serta kacamata ini wira-wiri di stasiun televisi milik pemerintah dalam program 'Gemar Menggambar'. Kehadirannya sebagai guru gambar selalu ditunggu penonton, terutama anak-anak yang ingin belajar menggambar dengan mudah sekaligus menyenangkan.
Karenanya di peringatan 95 tahun usia almarhum seniman lukis Asal Tebing Tinggi, Sumatera Utara ini sekaligus memperingati Hari Museum Nasional yang jatuh setiap 12 Oktober, Museum Taman Tino Sidin yang terletak di daerah Kadipiro, Ngestiharjo, Bantul tersebut kembali mengingatkan pada khalayak akan sosok guru gambar tersebut melalui pameran lukis. Lukisan yang dipajang merupakan karya anak-anak milenial yang menggambarkan sosok sekaligus sepak terjang pelukis tersebut.
"Kami mengadakan sarasehan seni dan lomba lukis on the spot tentang tino sidin dan hasilnya dipamerkan dalam museum ini. Sekitar 30 lukisan dipamerkan kali ini," ujar Kepala Museum Taman Tino Sidin, Panca Takariyati Sidin disela pameran, Senin (12/10/2020).
Baca Juga: Kasus Covid-19 di DIY Tambah 35 Pasien Baru, Sleman Masih Terbanyak
Kegiatan kali ini, menurut Titik-sapaan Panca diharapkan dapat mengenalkan kembali sosok Tino Sidin dan Museum Taman Tino Sidin kepada masyarakat umum, khususnya generasi milenial. Mereka diajak untuk melihat sejarah dan kiprah Tino Sidin dalam dunia senirupa, pendidikan, dan perjuangan bangsa.
Apalagi Tino Sidin tak hanya dikenal sebagai pelukis beraliran naturalis. Namun laki-laki kelahiran 25 November 1925 ini juga menjadi penulis buku-buku menggambar dan buku cerita menggambar seperti "Bawang Merah Bawah Putih" dan "Ibu Pertiwi" yang merupakan terbitan Balai Pustaka.
Sebagai guru gambar pun, Tino Sidin tak pernah menganggap karya siapapun jelek. Dia selalu mengapresiasi semua gambar yang dibuat meski dengan dengan alat seadanya sekalipun. Karena buat Tino, bakat tidaklah penting dalam menggambar, yang lebih penting dalam menggambar adalah kebebasan.
"Karena itulah kami ingin membangkitkan kembali semangat menggambar bagi generasi milenial yang saat ini disesaki dengan kesibukan belajar online selama pandemi [covid-19] tujuh bulan terakhir. Ini juga bisa menjadi penyaluran energi yang positif daripada ikut tawuran atau demo yang seringkali berujung ricuh," paparnya.
Titik menambahkan, selain beragam kegiatan seni, museum tersebut dibuka bagi para tamu meski secara terbatas di masa pandemi ini. Museum itu juga mempersilahkan siapapun untuk belajar melukis serta melakukan penelitian tentang ketokohan Tino Sidin, termasuk metode mengajar dalam menggambar yang fenomenal tersebut.
Baca Juga: Paguyuban Bregada Rakyat DIY Gelar Apel Siaga Jaga Yogyakarta Damai
Museum tersebut juga melakukan digitalisasi pada karya-karya lukisan dan sketsa Tino Sidin. Meski masih terbatas, digitalisasi itu sebagai upaya mengabadikan karya seniman tersebut.
"Namun digitalisasi masih kami lakukan di tingkat internal dan terbatas. Hanya satu dua yang kami tampilkan di publik untuk menghindari karya-karya almarhum bapak diperbanyak," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Novel sebagai Alternatif Kritik Sosial di Era Kebebasan Berekspresi yang Kian Mencekik Leher
-
Gelar Kunjungan Industri, Siswa MAN 2 Bantul Praktik Olah Bandeng Juwana
-
Mempelajari Pembentukan Pulau Jawa di History of Java Museum
-
MAN 2 Bantul Terima Wakaf dari Keluarga Almh Hj. Munifah binti Istamar
-
Penyerahan Sertifikat Wakaf kepada Keluarga Hj. Munifah di MAN 2 Bantul
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Red Sparks Bangkit Dramatis, Paksa Set Penentuan di Final Liga Voli Korea 2024/2025
-
RESMI Lawan Manchester United di Malaysia, ASEAN All-Stars Bakal Dilatih Shin Tae-yong?
-
IHSG Hari Ini Anjlok Parah, Prabowo Mengaku Tidak Takut Hingga Singgung Judi
-
Kopicek: Ketika Komunitas Mata Hati Mengubah Stigma Tunanetra Melalui Kopi
-
IHSG Bergejolak, Prabowo Sesumbar: Saya Tidak Takut dengan Pasar Modal
Terkini
-
Zona Merah Antraks di Gunungkidul, Daging Ilegal Beredar? Waspada
-
Miris, Pasar Godean Baru Diresmikan Jokowi, Bupati Sleman Temukan Banyak Atap Bocor
-
Kawasan Malioboro Dikeluhkan Bau Pesing, Begini Respon Pemkot Kota Yogyakarta
-
Arus Balik Melandai, Tol Tamanmartani Resmi Ditutup, Polda DIY Imbau Pemudik Lakukan Ini
-
Kembali ke Pasar Tradisional, Hadiri Record Store Day Yogyakarta 2025 dengan Rilisan Fisik