SuaraJogja.id - Ada berkah di balik musibah, mungkin itu kalimat yang cocok disematkan kepada objek wisata Pasar Kebon Empring di Pedukuhan Bintaran Wetan, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Bukan tanpa alasan, sebab, objek wisata bernuansa sungai ini lahir setelah bencana badai cempaka pada 2017 silam.
Nuansa alam dan desa masih sangat kental menyelimuti Pasar Kebon Empring. Suasana teduh oleh rindangnya pohon bambu yang saling bersentuhan tertiup angin begitu memanjakan pengunjung yang datang.
Belum lagi saat pengunjung turun ke sungai, menikmati segarnya air Sungai Gawe, nuansa yang sudah amat jarang ditemui di tengah kota. Tak sedikit anak-anak yang sudah bermain air berakhir tak mau pulang.
Pengelola Pasar Kebon Empring Titik Ailuh mengatakan, ide menciptakan objek wisata ini memang berawal pascamusibah badai cempaka itu. Warga setempat yang ikut terdampak bencana terus berjuang untuk lebih peduli dengan lingkungan bantaran sungai.
Baca Juga: Pascaaksi Anarkistis Saat Demo Sehari, Jumlah Wisatawan Jogja Turun Drastis
Hingga suatu saat, warga menyadari bahwa sungai yang mereka bersihkan selama itu ternyata dapat terlihat lebih indah. Dari situ mulai tercetuslah ide untuk menghadirkan objek wisata yang ramah bagi keluarga dan anak-anak.
"Akhirnya kami membentuk lapak-lapak di sungai itu bagi ibu-ibu agar bisa menyediakan dagangan berbagai jajanan tradisional. Selain itu juga kita tambah dengan mencoba buat meja dan kursi yang kita letakkan di aliran sungai," kata Titik kepada SuaraJogja.id, Sabtu (17/10/2020).
Segala macam dagangan dan tempat yang telah disediakan di sungai tadi akhirnya membentuk sebuah konsep unik di objek wisata Pasar Kebon Empring. Konsep bernama 'dahar keceh' menjadi pengalaman baru bagi pengunjung yang ingin menikmati jajanan tradisional sekaligus berdampingan dengan alam.
Titik mengatakan, konsep 'dahar receh' atau makan sembari bermain air sangat cocok bagi pengujung yang datang bersama keluarga. Sebab, itu membuat orang tua lebih nikmat menyantap kuliner tradisional, sedangkan anak-anak bisa berbaur dengan alam, khususnya di sungai, dengan lebih mengerti jenis-jenis batu dan ikan yang ada di situ.
Pasar Kebon Empring sebenarnya sudah mulai makin dikenal oleh masyarakat luas dalam satu tahun terakhir. Namun akibat pandemi Covid-19, terpaksa pengunjung kembali menyusut, tidak seramai sebelumnya.
Baca Juga: Hari Pariwisata Sedunia, Bantul Gelar Sendratari di Alam Terbuka
"Sebelum pandemi kalau akhir pekan, Sabtu-Minggu atau libur, kunjungan bisa mencapai 4.000 hingga 5.000 orang, tapi semenjak pandemi Covid-19 hanya 1.500 sampai 2.000 orang saja," ujarnya.
Kendati demikian, Titik mengaku tetap merasa senang geliat ekonomi untuk warga setempat perlahan mulai menunjukkan peningkatan kembali. Pasalnya, beberapa waktu lalu saat situasi pandemi sedang meningkat, Pasar Kebon Empring juga terpaksa harus mengalami penutupan.
Menurutnya, saat ini objek wisata Pasar Kebon Empring sudah bisa menjadi penopang perekonomian warga setempat, khususnya ibu-ibu. Itu berkat konsep pemberdayaan masyarakat yang cukup kuat bergerak di situ.
"Ibu-ibu yang merupakan warga sini, yang dulu mungkin kesibukannya hanya mengurus rumah tangga, sekarang sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Ya bisa dibilang ini sangat membantu ekonomi keluarga," ucapnya.
Dijelaskan Titik, pengelola yang juga ikut membentuk objek wisata ini terdiri dari 14 orang, sedangkan untuk ibu-ibu pelapak yang menyediakan makanan ada 31 orang.
Terdapat berbagai menu yang disajikan di sini, mulai dari seruni, sego wader, sego lele, sego welut, sego wiwit, sego mentel, geblek, hingga dawet batok. Pengunjung juga tak perlu khawatir harus merogoh kocek yang dalam karena harga yang ditawarkan pun relatif terjangkau, mulai dari Rp.3.000-17.000 saja.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Pascaaksi Anarkistis Saat Demo Sehari, Jumlah Wisatawan Jogja Turun Drastis
-
Hari Pariwisata Sedunia, Bantul Gelar Sendratari di Alam Terbuka
-
Perkaya Wawasan Sejarah, 5 Objek Wisata Jogja Ini Patut Dikunjungi
-
Dilengkapi Teknologi Kekinian, yuk Belajar Budaya Jawa di History of Java
-
2 Jembatan Rusak di Bantul Sudah Diresmikan, 3 Lainnya Selesai September
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 5 Rekomendasi Mobil Tangguh Mulai Rp16 Jutaan: Tampilan Gagah dan Mesin Badak
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Tipe SUV Juni 2025: Harga di Bawah 80 Juta, Segini Pajaknya
- 36 Kode Redeem FF Max Terbaru 5 Juni: Klaim Ribuan Diamond dan Skin Senjata Apik
- 6 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Tranexamic Acid: Atasi Flek Hitam & Jaga Skin Barrier!
Pilihan
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Apa Untungnya?
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
Daftar 5 Sepatu Olahraga Pilihan Dokter Tirta, Brand Lokal Kualitas Internasional
-
10 Mobil Bekas Punya Kabin Luas: Harga di Bawah Rp100 Juta, Muat Banyak Keluarga
-
Daftar 5 Pinjol Resmi OJK Bunga Rendah, Solusi Dana Cepat Tanpa Takut Ditipu!
Terkini
-
Beda dari Tahun Lalu, Ini Alasan Grebeg Besar 2025 Yogyakarta Lebih Tertib dan Berkah
-
KPK Dapat Kekuatan Super Baru? Bergabung OECD, Bisa Sikat Korupsi Lintas Negara
-
Pemkab Sleman Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban Terpenuhi, Ternak dari Luar Daerah jadi Opsi
-
8 Tersangka, 53 Miliar Raib: KPK Sikat Habis Mafia Pungli TKA di Kemenaker
-
Dapur Kurban Terbuka, Gotong Royong Warga Kauman Yogyakarta di Hari Idul Adha