Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 17 Oktober 2020 | 17:15 WIB
Keseruan pengunjung yang datang ke Pasar Kebon Empring untuk berekreasi, Sabtu (17/10/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Kendati demikian, Titik mengaku tetap merasa senang geliat ekonomi untuk warga setempat perlahan mulai menunjukkan peningkatan kembali. Pasalnya, beberapa waktu lalu saat situasi pandemi sedang meningkat, Pasar Kebon Empring juga terpaksa harus mengalami penutupan.

Menurutnya, saat ini objek wisata Pasar Kebon Empring sudah bisa menjadi penopang perekonomian warga setempat, khususnya ibu-ibu. Itu berkat konsep pemberdayaan masyarakat yang cukup kuat bergerak di situ.

"Ibu-ibu yang merupakan warga sini, yang dulu mungkin kesibukannya hanya mengurus rumah tangga, sekarang sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Ya bisa dibilang ini sangat membantu ekonomi keluarga," ucapnya.

Keseruan pengunjung yang datang ke Pasar Kebon Empring untuk berekreasi, Sabtu (17/10/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Dijelaskan Titik, pengelola yang juga ikut membentuk objek wisata ini terdiri dari 14 orang, sedangkan untuk ibu-ibu pelapak yang menyediakan makanan ada 31 orang.

Baca Juga: Pascaaksi Anarkistis Saat Demo Sehari, Jumlah Wisatawan Jogja Turun Drastis

Terdapat berbagai menu yang disajikan di sini, mulai dari seruni, sego wader, sego lele, sego welut, sego wiwit, sego mentel, geblek, hingga dawet batok. Pengunjung juga tak perlu khawatir harus merogoh kocek yang dalam karena harga yang ditawarkan pun relatif terjangkau, mulai dari Rp.3.000-17.000 saja.

Sampah plastik dan mitigasi bencana

Objek wisata Pasar Kebon Empring tidak hanya memberdayakan warga sekitar saja. Namun lebih dari itu, kehadiran objek wisata bernuansa alam ini sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan.

"Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan sebelum ada objek wisata ini masih minim. Masyarakat masih banyak membuang sampah di sungai, terutama dengan sampah-sampah rumahan pasti dibuang ke sungai," tuturnya.

Namun setelah mengerti dan menyadari bahwa sungai ternyata dapat bermanfaat untuk dijadikan tempat wisata bahkan membantu perekonomian, warga perlahan mulai sadar. Sekarang, kata Titik, hanya sampah daun saja yang banyak karena memang tempatnya masih sangat rimbun oleh pohon bambu.

Baca Juga: Hari Pariwisata Sedunia, Bantul Gelar Sendratari di Alam Terbuka

Komitmen menjaga lingkungan juga terpancar dari jajanan kuliner yang tersedia di situ, yakni tidak menggunakan plastik sekali pakai. Pengelola dan masyarakat bertekad untuk terus menjaga kelestarian dan kebersihan alam sekitar mereka dengan meminimalisir sampah plastik.

Load More