SuaraJogja.id - PT Jogja Tugu Trans (JTT), operator bus Trans Jogja, digugat ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) oleh sejumlah pekerja terkait sengketa hubungan industrial pada Jumat (16/10/2020). Pihak perusahaan kemudian mengklaim bahwa keputusannya merumahkan sejumlah karyawan sudah melalui pertimbangan yang matang.
Riyatna (51), warga Jogja, salah seorang pekerja PT JTT yang dirumahkan, mengatakan bahwa ia dan rekannya mengambil langkah hukumkarena tidak menemukan solusi atas upaya perusahaan yang merumahkan sejumlah karyawan dengan sepihak pada akhir Juli lalu.
"Kami terus terang akan mencari keadilan di PHI. Bukan karena sentimen dengan perusahaan, tapi ingin menegakkan aturan yang ada. Walaupun, memang ada beberapa hal yang disampaikan dan opsi yang diberikan perusahaan terkait dengan merumahkan karyawan," ujar Riyatna, saat dikonfirmasi pada Jumat oleh HarianJogja.com -- jaringan SuaraJogja.id.
Sebelumnya, lanjut Riyatna, perselisihan antara pekerja dan perusahaan terjadi pada akhir Juli lalu saat 72 pekerja yang terdiri dari sopir maupun pramugara dan pramugari PT JTT mendapat panggilan terkait upaya pengurangan karyawan imbas pandemi Covid-19.
"Perusahaan pada waktu itu memberikan sosialisasi. Perusahaan memberikan tiga pilihan kepada pekerja yang bakal dirumahkan. Di antaranya, menerima dan menandatangani keputusan manajemen untuk dirumahkan sampai Januari 2022 tanpa gaji, tidak menerima dan mengundurkan diri dengan kompensasi senilai 15 persen pesangon, atau tidak menerima dan menyelesaikan perselisihan tersebut ke upaya bipartit," terangnya.
Sebanyak 52 karyawan kemudian setuju dengan dua opsi pertama yang ditawarkan oleh perusahaan. Akan tetapi, 20 pekerja lainnya telah melakukan langkah-langkah penyelesaian berupa upaya bipartit.
Namun, upaya tersebut tidak menemui titik terang. Pekerja tetap menuntut agar perusahaan tetap membayarkan hak pekerja meskipun dirumahkan.
"Kami merasa tidak ada kesalahan dalam teman-teman pekerja, sehingga kami pilih opsi yang ketiga. Kami tidak jelas posisinya di situ dan merasa tidak pernah melakukan kesalahan. Tiba-tiba diundang soal pengurangan pekerja dan ini tentu saja tidak mengenakkan," kata dia.
Justru, lanjut Riyatna, perusahan menawarkan jumlah pesangon senilai 40 persen. Menurutnya, angka tersebut masih jauh dari ketentuan yang diatur UU Ketenagakerjaan.
Baca Juga: Cari Kerja Saat Pandemi? Ini Spesifikasi yang Ramai Dibutuhkan Perusahaan
Dalam sejumlah perundingan antar kedua belah pihak, semula para pekerja hanya meminta 50 persen jumlah pesangon dari PT JTT sesuai dengan masa kerja.
"Menurut kami hal ini diskriminatif, padahal belum lama ini perusahaan juga melakukan perekrutan karyawan baru. Sebagian besar pekerja yang dirumahkan rata-rata sudah bekerja selama 12 tahun. Ada juga beberapa yang masuk 2014 dan segelintir yang 2015," sambung Riyatna.
Di samping itu, perwakilan PBHI Jogja Arsiko Daniwidho menilai bahwa PT JTT tidak memberikan hak maupun akses untuk bekerja kepada pekerja yang dirumahkan.
Padahal, mereka telah menanyakan apa indikator perusahaan dalam mengambil keputusan itu. Langkah perusahaan itu juga dianggap sepihak dan diskriminatif.
"Karena pekerja memilih opsi yang ketiga, kami juga sudah usahakan berkoordinasinya dengan Disnaker setempat, tapi tetap tidak menemui titik temu. Jadi, tetap akan kami dampingi ke jalur PHI," pungkas Arsiko.
Dikonfirmasi HarianJogja.com, Direktur Utama (Dirut) PT JTT Agus Andrianto mengatakan bahwa perusahaan yang dikepalainya terus berupaya untuk mencari solusi agar tidak terjadi friksi antara kedua belah pihak, baik dari karyawan yang dirumahkan maupun dengan perusahaan.
Berita Terkait
-
Cari Kerja Saat Pandemi? Ini Spesifikasi yang Ramai Dibutuhkan Perusahaan
-
Alhamdulillah, Warga Bogor yang Kena PHK Dapat Bansos Rp2,5 Juta
-
Pengusaha Happy Pesangon PHK di UU Cipta Kerja Dikurangi Jadi 25 Kali Gaji
-
Data dari Perusahaan yang Lapor, Lebih 900 Karyawan di Pekanbaru Dirumahkan
-
Bakar Warung dan Mobil di Denpasar, Begini Akhir Nasib Ahmad
Terpopuler
- 1 Detik Pascal Struijk Resmi Jadi WNI, Cetak Sejarah di Timnas Indonesia
- Pemain Arsenal Pilih Bela Timnas Indonesia Berkat Koneksi Ayahnya dengan Patrick Kluivert?
- Pelatih Belanda Dukung Timnas Indonesia ke Piala Dunia: Kluivert Boleh Ambil Semua Pemain Saya
- Setajam Moge R-Series, Aerox Minggir Dulu: Inikah Wujud Motor Bebek Yamaha MX King 155 Terbaru?
- Cara Membedakan Sepatu Original dan KW, Ini 7 Tanda yang Harus Diperiksa
Pilihan
-
Data Pribadi RI Diobral ke AS, Anak Buah Menko Airlangga: Data Komersil Saja!
-
Rafael Struick Mandul, Striker Lokal Bersinar Saat Dewa United Gilas Klub Malaysia
-
5 Rekomendasi HP Murah Chipset Snapdragon Kuat untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Vietnam Ingin Jadi Tuan Rumah Piala Dunia, Tapi Warganya: Ekonomi Aja Sulit!
Terkini
-
Geger Beras Oplosan di Gunungkidul? Ini Fakta Sebenarnya
-
Magma Kaya Potasium: Ancaman Kaldera Tersembunyi? UGM Teliti Evolusi Gunung Api di Indonesia
-
Bantul Jadi Kampung Perikanan Nasional: Ini Strategi Jitu Dongkrak Ekonomi Desa Lewat Ikan
-
Di Balik Jeruji Besi, Asa di Hari Anak: Remisi & Momen Haru di LPKA Yogyakarta
-
Yogyakarta Gandeng Korporasi Lawan Stunting: Ratusan Balita Jadi Prioritas