Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 22 Oktober 2020 | 21:25 WIB
Para petani memercikkan cairan pupuk kepada tanaman yang ada di lahan pertanian alami yang berada di Jl. Banjaran Selarong, Waktu Gedug, Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul, Kamis (22/10/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Sementara itu, Tenaga Ahli Pertanian Alami, Yos Suprapto mengatakan akan ada banyak keuntungan yang bakal didapat oleh para petani ketika sudah mengembangkan pertanian alami ini. Salah satunya menjadikan tanaman lebih tahan musim, sehingga baik di musim kemarau yang minim air pun tanaman akan tetap menghasilkan kualitas baik.

"Kalau mikro organisme yang dipersiapkan sudah jadi dan masuk sedalam 30 cm dari permukaan tanah, musim kemarau atau minim air pun tetap akan dapat menumbuhkan tanaman yang hasilnya sama baiknya," kata Yos.

Untuk menjaga kondisi lahan tersebut, para petani tidak perlu mencangkul lagi tanah yang sudah ditanami. Jadi tanah yang subur itu cukup ditusuk-tusuk atau digarpu agar udara yang berisi partikel bisa masuk.

Yos menjelaskan hal tersebut ibaratkan memberikan napas kehidupan untuk kesuburan lahan itu. Selain udara, partikel lain seperti air juga akan sangat membantu perkembangan setiap tanaman yang ditanam.

Baca Juga: Jadi Wilayah Rawan Bencana, Bantul Tetapkan Status Siaga Darurat

Tidak lupa Yos, juga mengingatkan kepada para petani untuk selalu menanam dengan perasaan yang senang dan energi positif. Artinya bukan kemarahan atau kesedihan bahkan energi negatif lain yang diberikan saat bercocok tanam. Sebab, hal itu akan berdampak pada pertumbuhan tanaman yang tidak maksimal.

"Hal-hal semacam itu yang akan membuat kita dihidupi oleh alam itu sendiri. Kuncinya siklus, timbal balik, kita berikan baik untuk alam, maka alam akan memberikan yang baik pula bagi kita," ujarnya.

Menurut Yos, nantinya di lahan pertanian Guwosari tersebut akan dibangun semacam sekolah pertanian alami. Di sekolah tersebut, rencananya tidak hanya akan belajar masalah teknik saja tapi banyak pelajaran lain terkait harmonisasi antara manusia dan alam.

"Sekolah yang memanusiakan manusia, fokusnya akan menuju ke sana. Tapi sebelum menuju ke sana kita harus menjadi manusia yang utuh dulu. Mudah-mudahan dapat kita realisasikan secepatnya, karena memang perangkat desa di sini sudah sangat mendukung," terangnya.

Yos menyebut hal ini selaiknya cita-cita Pangeran Diponegoro yang menginginkan untuk terbebas dari penjajahan. Jika memang di beberapa waktu mendatang pertanian alami ini sudah terlihat hasilnya, maka para petani tidak perlu mengeluarkan modal sepeser lagi untuk bertani.

Baca Juga: Jadi Wilayah Hilir, BMKG Minta Masyarakat Bantul Waspadai Dampak La Nina

Namun hal yang paling penting untuk dilakukan terlebih dahulu adalah menyembuhkan ibu bumi ini. Pasalnya dengan segala kontaminasi pupuk-pupuk sintetis yang terlampau lama mengakibatkan kerusakan pada ibu bumi yang berdampak pada segala tanaman yang telah ditanam.

Load More