Disampaikan Imam, para petani nantinya tidak perlu berkali-kali mencangkul lahannya hanya perlu sekali cangkul lalu dipercik cairan tersebut. Setelah dipercik tanaman diendapkan, kemudian ditanam, saat sudah mulai tumbuh pemercikan akan dilakukan terus selama 15 hari.
Imam menegaskan memang metodenya harus dengan dipercik seperti itu. Sebenarnya kalau pun disiram masih bisa, hanya saja saat ini belum ada tempat menyiram yang bisa digunakan.
Pasalnya tempat yang digunakan menyiram tanaman pun tidak boleh menggunakan alat besi dan semacamnya. Jadi memang harus benar-benar organik, kalaupun ada yang lain yakni tembaga namun harganya cukup merogoh kocek.
"Cairan yang dipercikkan tadi 100 persen organik karena dari bio organik. Itu kita sudah buat biangnya, dari biang itu sudah kita olah sedemikian rupa dengan komposisi dengan 16 bahan alami yang difermentasi hingga minimal 6 bulan, tapi makin lama semakin bagus," ungkapnya.
Baca Juga: Jadi Wilayah Rawan Bencana, Bantul Tetapkan Status Siaga Darurat
Imam menuturkan syarat lain agar pertanian alami ini berhasil adalah dengan tidak menambahkan pupuk sintetis lagi ke dalam lahan tersebut. Menurutnya hal ini yang membuat pengembangan pertanian alami di Guwosari berbeda dengan wilayah lain.
Menurutnya masih banyak di wilayah pertanian lain yang walaupun dengan embel-embel organik namun masih tetap diberikan pupuk sintetis semacam urea dan sebagainya. Hal itu yang tidak berlaku pada lahan pertanian alami seluas 1,5 hektare dengan total jangkauan wilayah mencapai 5,5 hektare tersebut.
"Berbeda dengan pertanian organik lainnya, saat diberikan pupuk organik tapi masih ditolerir 20-30 persen menggunakan urea atau semacamnya. Di sini tidak boleh sama sekali," tegasnya.
Imam menuturkan, nanti ketika dipanen, selain buah tidak ada tumbuhan atau tanaman yang boleh dibawa keluar dari area ladang tersebut. Jadi pohon atau sisa tanaman itu harus dikembalikan lagi di tempat itu.
Tidak harus ditanam lagi tapi minimal ditaruh di ladang itu saja agar dapat menjadi kompos. Sebab tanaman tersebut di dalamnya sudah mengandung mikro organisme yang baik untuk digunakan kembali lagi.
Baca Juga: Jadi Wilayah Hilir, BMKG Minta Masyarakat Bantul Waspadai Dampak La Nina
"Maka kita belajar dari alam betul, itu alasan kita tidak membongkar semua lahan seluas 5,5 hektare tadi secara langsung tapi bertahap. Supaya masyarakat juga tahu, ini hasil yang menggunakan sistem pertanian alami dan ada yang belum," tandasnya.
Berita Terkait
-
Kementan Tegaskan Komitmen Jokowi dan Prabowo serta Para Wapres Dukung Mentan Berantas Mafia Pangan
-
Sikat Mafia Beras, Menteri Pertanian Cerita Dulu Sempat Ditegur Wapres: Ada Pemimpin Besar di Sana
-
Mentan Langsung Sidak Bulog dan PIHC, Begitu Tiba dari Yordania
-
Bali Mau Jadi Seperti Israel? Gubernur Koster Usulkan Revolusi Pertanian Berbasis Teknologi!
-
Panen Raya Padi 2025 Sangat Tinggi, Pengamat Menyatakan Publik Layak Memberikan Apresiasi
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
Pilihan
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
-
8 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Memori 256 GB Terbaik April 2025
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaik April 2025
Terkini
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin
-
Soroti Maraknya Kasus Kekerasan Seksual Dokter Spesialis, RSA UGM Perkuat Etika dan Pengawasan
-
Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat