Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 04 November 2020 | 20:44 WIB
Dua perwakilan Kalurahan Minomartani, mengecek keadaan makam yang ambles di Sasana Laya Minomartani, Kapanewon Ngaglik, Rabu (4/11/2020). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Sebanyak 16 makam yang berada di Sasana Laya Minomartani, Kecamatan Ngaglik Sleman untuk ketiga kalinya ambles setelah sebelumnya juga mengalami hal serupa pada tahun 2015 dan 2020 bulan Oktober ini.

Penjaga makam atau juru kunci Sasana Laya Minomartani, Tugino menjelaskan bahwa bencana yang terjadi 2015 lalu, bukan hanya ambles, talut penahan makam longsor. Bahkan peti jenazah sampai jatuh ke sekitar kolam ikan di bawah makam.

"Kejadiannya 5 tahun lalu saat curah hujan tinggi. Karena lokasi ini tanah urukan dan tak bisa menahan volume air, akhirnya terjadi longsor. Salah satu peti jenazah ikut longsor," katanya ditemui SuaraJogja.id, Rabu (4/11/2020).

Ia tak menampik bahwa amblesnya tanah kerap terjadi saat musim hujan tiba. Saluran air di makam setempat belum sepenuhnya baik.

Baca Juga: Bus TransJogja Kecelakaan di Sleman, Mobil Partai yang Jadi Lawan Disoroti

"Memang persoalannya pada saluran air yang belum baik. Maka dari itu kami membuat sebuah parit sementara untuk dialirkan ke got dan dibuang ke sungai dekat makam," terang dia.

Sebanyak 16 makam yang ambles lantaran curah hujan yang tinggi. Tugino menjelaskan bahwa peristiwa terjadi pada Jumat (29/10/2020). Ketika dilakukan pengecekan pada Sabtu (30/10/2020) pagi, sudah banyak makam yang ambles.

"Ada 12 makam yang ambles, itu yang baru terlihat. Sisanya masih ada empat lagi tapi tanah urukan masih bisa menahan nisan-nisan itu," jelas dia.

Makam tersebut ambles ke dalam tanah sekitar 50-70 sentimeter. Terdapat 3 nisan yang terbelah dua karena amblesnya tanah.

Tugino mengatakan, untuk sementara pihaknya telah menghubungi ahli waris. Pengelola makam membantu menyediakan tanah dan pasir untuk penanganan pertama.

Baca Juga: Soal Kompetisi, PSS Sleman Desak PSSI dan PT LIB Segera Gelar Pertemuan

"Jadi penanganannya dilakukan oleh masing-masing ahli waris. Tetapi kami tetap menyediakan pasir dan tanah urukan untuk menimbun tanah yang ambles," kata dia.

Terpisah Ulu-ulu Kalurahan Minomartani Dedi Eko Bintoro membenarkan sebelumnya pernah terjadi longsor di makam Minomartani. Sehingga pihaknya sudah memperbarui talut yang ada di sisi timur makam.

"Nah setelah kejadian itu (longsor) akhirnya kami perkuat dengan membuat talut. Hingga saat ini kondisi talut cukup kuat menahan tanah akibat hujan. Tapi yang terjadi sekarang tanah malah ambles," kata dia.

Ia melanjutkan, perangkat Kalurahan akan menyiapkan Detail Engineering Design (DED) untuk perbaikan makam. Hal itu untuk memperkuat tanah dan menanggulangi kejadian serupa. 

"Akan kami buatkan DED-nya terlebih dahulu, namun anggarannya berapa kami belum bisa memastikan. Nanti dilihat kedepan bisa jadi direalisasikan 1 atau 2 tahun lagi. Sesuai prioritas, tetapi kejadian ini diprioritaskan, karena ada banyak (nisan) yang ambles," kata dia.

Kalurahan Minomartani Fokus Perbaikan Drainase

Pihak Kelurahan Minomartani, Kapanewon Ngaglik, Sleman lebih dahulu fokus pada perbaikan drainase yang ada di Makam Minomartani. Pasalnya sebanyak 16 makam di TPU setempat yang ambles terjadi karena saluran air yang kurang baik.

"Salah satu persoalannya ada pada drainase. Nanti kami rencanakan membuat saluran (pembuangan) airnya," ujar Ulu-ulu Kalurahan Minomartani, Dedi Eko Bintoro ditemui di ruang kerjanya.

Dedi menjelaskan curah hujan yang tinggi juga menjadi faktor terjadinya bencana tersebut. Ia mengaku Tanah Kas Desa (TKD) yang dimanfaatkan untuk TPU dulunya hanya gundukan tanah.

"Sejarahnya dulu itu, lokasi ini adalah tanah gundukan. Selanjutnya kami bersama warga kerja bakti memapras (mengurangi tanah) hingga rata. Jadi persoalan drainase belum sepenuhnya diperhatikan, ketika terjadi hujan deras berdampak pada tanah," ungkap dia.

Tak hanya soal drainase, beban nisan yang berat menjadi faktor lainnya hingga membuat belasan makam ambles.

"Sebenarnya sudah kami minta kepada warga agar tidak memasang batu nisan yang besar. Hal itu tak diindahkan bahkan ada warga yang memasang ukuran nisan yang 2 kali lebih besar dari makam kecil. Jadi ada kemungkinan beban nisan ini menyebabkan ambles," ujar dia.

Kendati demikian pihak Kalurahan akan mengajukan Detail Engineering Design (DED) untuk perbaikan makam.

"Akan kami buatkan DED-nya terlebih dahulu, namun anggarannya berapa kami belum bisa memastikan. Nanti dilihat kedepan bisa jadi direalisasikan 1 atau 2 tahun lagi. Sesuai prioritas, tetapi kejadian ini diprioritaskan, karena ada banyak (nisan) yang ambles," kata dia.

Load More