Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Senin, 09 November 2020 | 06:20 WIB
Kondisi warga di pengungsian Balai Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Minggu (8/11/2020). - (SuaraJogja.id/Uli Febriarni)

Cerita para pengungsi selama sehari di barak

Barak pengungsian ini menerapkan konsep yang berbeda dibanding saat bencana di tahun-tahun sebelumnya. Barak dibuat bersekat-sekat menggunakan papan tripleks dan diberi penomoran.

Sejumlah cerita sudah tertutur dari para warga di pengungsian walaupun mereka baru tinggal di sana sejak Sabtu sore.

Misalnya saja, seorang pengungsi bernama Ngatmi. Kala disambangi wartawan, Ngatmi mengaku tiba di barak pengungsian pada Sabtu sekitar pukul 15.30 WIB. Di bilik miliknya itu, Ngatmi berbagi tempat tidur dengan anak dan cucunya karena kurangnya ketersediaan kasur.

Baca Juga: Antisipasi Erupsi Merapi, Sejumlah Titik Jalur Evakuasi Mulai Dicor

"Cucu saya tidur di kasur, saya tidur beralaskan selimut," kata perempuan 45 tahun itu, Minggu.

Adanya bilik penyekat juga membuat suasana gerah dan tidak nyaman meskipun ia menyadari, sekat itu difungsikan untuk meminimalisasi penularan COVID-19.

"Kalau dulu ngungsi, tidurnya ramai-ramai sama tetangga," kenang Ngatmi.

Warga Kalitengah Lor RT 01 RW 19 itu juga mengaku terganggu saat air di pengungsian tidak mengalir dengan lancar sejak malam hari.

"Sewaktu digunakan untuk buang air, tidak dibersihkan karena tidak ada air," ujarnya.

Baca Juga: Merapi Siaga, Warga Kalitengah Lor Minta Jalur Evakuasi Diperbaiki

Pengungsi lainnya, Novita Ramadanti, menyatakan, sebelumnya sudah ada pemberitahuan di kampungnya perihal permintaan untuk mengungsi, khususnya bagi kelompok rentan, mulai dari anak-anak, lansia, perempuan hamil, dan penyandang disabilitas.

"Anak saya usianya 1,5 tahun. Tidak tidur semalam, merangkak ke sana kemari. Rewel," kata ibu muda berusia 20 tahun tersebut.

Kegiatan di barak pengungsian

Relawan Tagana Suratinah mengungkapkan, untuk menjaga dan meningkatkan imunitas lansia saat berada di barak pengungsian, Tagana mengajak lansia untuk senam bersama pada pagi hari.

Senam itu sangat penting untuk menjaga imunitas lansia saat berada di pengungsian. Senam pada Minggu kemarin berfokus pada relaksasi kaki, sedangkan hari ini, lansia akan diberikan senam vitalitas otak.

Selain diajak senam, lansia juga akan diajak bermain agar tidak stres saat berada di barak pengungsian.

Load More