Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 24 November 2020 | 06:20 WIB
Sumedi Purbo menunjukkan tempat budi daya jamur miliknya di Grogol, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (23/11/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Dampak pandemi Covid-19 tidak sepenuhnya dianggap atau dirasakan buruk oleh semua pihak. Justru bagi sejumlah kalangan, pandemi Covid-19 seolah membuka mata untuk mencari celah di saat kondisi tidak menentu.

Seperti yang dilakukan oleh Sumedi Purbo, ia masih terus bertahan dan justru makin sukses dengan budi daya jamurnya. Walaupun sempat ikut terdampak pandemi Covid-19 hingga mengakibatkan usaha jamurnya berhenti, tapi kini Sumedi kembali bangkit untuk menata serta memperbaiki usahanya menjadi lebih maju.

Sumedi bukan orang baru di dunia budi daya jamur. Pria berusia 48 tahun ini sudah sejak periode 1990-an bergelut dengan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil ini, tepatnya sekitar 1994-1995, saat ia menjajaki bangku perkuliahan S1 di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Menurut saya jamur itu berkah. Awalnya dikenalkan oleh peneliti dari Taiwan yang saat itu bekerja sama dengan Provinsi DIY melalui Dinas Pertanian, melihat potensi alam yang ada di Indonesia khususnya di Kaliurang tempat saya tinggal, makin menarik hati saya," kata Sumedi kepada SuaraJogja.id di rumahnya, Pedukuhan Grogol, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (23/11/2020).

Baca Juga: Hidangan Istimewa, Mi Instan Carbonara Ayam Jamur

Sumedi mengakui bahwa secara keseluruhan dampak pandemi Covid-19 sangat dirasakan oleh setiap pihak, tak terkecuali usaha jamurnya, terlebih saat pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah yang biasanya digunakan sebagai pasar jamurnya.

Tidak hanya dari segi aspek pasar saja yang dirasakan oleh bapak dua anak ini. Namun produksi pun juga sempat mandek karena beberapa pabrik yang berada di hulu menghentikan produksinya. Hal itu menyebabkan limbah industri penggergajian yang tidak ada memengaruhi produksi tersebut.

"Bagi saya saat itu memang serba repot walaupun memang tidak hanya kita sendiri yang terdampak. Namun saya mencoba mengambil hikmahnya, dari kita di rumah saja kemudian mengharuskan kita mengubah pola dan strategi pengembangan usaha itu. Mungkin selama ini, masih konvensional atau offline, kemudian akhirnya kita merambah pasar online juga," tuturnya.

Sumedi Purbo menunjukkan tempat budi daya jamur miliknya di Grogol, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (23/11/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Terjun ke dunia online yang memang cukup baru bagi Sumedi merupakan tantangan tersendiri. Sebab, memang banyak kendala yang ditemui, salah satunya kebingungan ketika selama ini terlalu mengikuti perkembangan teknologi.

Tidak semata-mata menjual produk jamurnya secara online, lebih dari itu, Sumedi mencoba inovasi lain dengan membuat konten berbekal pengetahuannya tentang jamur-jamur tersebut.

Baca Juga: Lezatnya Bikin Ngiler, Intip Resep Dimsum Ayam Jamur Berikut Ini

Semacam memberikan edukasi kepada masyarakat luas, baik terkait bisnis jamur itu sendiri hingga bahkan mengenal jenis-jenis jamur. Sumedi mulai menekuni bidang tersebut dengan semakin memperbanyak konten berupa foto dan video.

"Awalnya memang belum sepenuhnya fokus ke pembuatan konten itu tapi dalam perjalannnya, muncul saran untuk terus dimasukkan lewat Youtube agar lebih banyak orang yang bisa melihat. Sekaligus juga sebagai sarana untuk iklan dan promosi," ucap pria lulusan S2 Magister Manajemen Agribisnis tersebut.

Diakuinya, meski agak kelabakan dengan perkembangan teknologi yang ada. Justru hal itu membuatnya lebih tertarik untuk semakin mempelajarihya. Pelajaran itu dianggap sebagai pacuan dirinya untuk bisa terus berkembang dan berubah menjadi lebih baik.

Sumedi Purbo menunjukkan tempat budi daya jamur miliknya di Grogol, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (23/11/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Hasilnya, dari berbagai konten yang diunggah tersebut respon yang datang dari masyarakat juga luar biasa. Banyak orang yang lantas menghubunginya untuk memesab benih jamur hingga mengundangnya sebagai pembicara di pelatihan-pelatihan.

Berangkat dari banyaknya pesanan yang mengalir deras membuat Sumedi lantas berpikir untuk mengubah pola dan strategi pemasarannya. Jadi meskipun di masa pandemi Covid-19 kayta Sumedi, justru jamur dibutuhkan terkait dengan ketahanan pangan. Selain itu terkait imunitas juga ternyata jamur menjadi salah satu solusinya.

"Sudah tiga bulan ini, belum upload lagi. Saking banyaknya yang minta pelatihan dan pesanan jadi justru kelabakan melayaninya. Saya memaknai bahwa dalam pandemi Covid-19 ini, kita dituntun untuk berbenah diri melalui perkemangan digital sebagai bentuk penyesuaian diri atau beradaptasi dengan kondisi," terangnya.

Load More