Sumedi menceritakan bahwa ia dulu tidak mempunyai lahan saat awal pertama mulai menekuni jamur. Menyewa rumah kosong saat itu menjadi salah satu yang dilakukan sebagai gantinya.
Dulu setidaknya Sumedi hanya melakukan pembudidayaan jamur di ruang dengan ukuran 3x4 meter saja. Ruangan sempit itu baru terisi sekitar 1000 baglog jamur saja. Namun seiring berjalannya waktu, budi daya jamurnya kian berkembang hingga bisa menambah menjadi 3500 baglog.
Mulai makin berkembang sekitar tahun 2000an. Sumedi yang sebelumnya tergabung dalam Koperasi Jamur Lancar kemudian memutuskan untuk mendirikan Sanggar Tani Media Agro Merapi, sebagi pusat pengembangan dan pelatihan Agribisnis Jamur.
Hingga saat ini, dikatakan Sumedi, kumbung atau rumah jamur miliknya sudah tersebar di beberapa titik di sekitar wilayah rumahnya. Tercatat setidaknya ada 15 kumbung jamur dengan rata-rata berkapasitas 5000 baglog.
"Sekarang juga sedang rencana bikin 8 kumbung baru untuk pengembangan jenis jamurnya. Kita juga mempunyai mitra-mitra yang siap memasarkan dan mengolah hasil budi daya ini menjadi olahan yang diminati masyarakat," ungkapnya.
Saat ini Sumedi dibantu 13 orang karyawan untuk memproduksi jamur-jamur tersebut. Setidaknya dikatakan Sumedi, sekali panen bisa mencapai 1,5 ton dengan rata-rata 4 kali panenan. Dengan jamur yang berbeda masa pertumbuhan pun masa petik juga bisa dilakukan dalam sebulan sekali.
Ada beberapa jenis jamur yang saat ini dibudidayakan oleh Sumedi, di antaranya jamur tiram, kuping, lingzhie dan shiitake. Sementara untuk pengembangan lainnya ada jamur enoki, milky, portabello dan masih banyak lagi.
Menurut Sumedi, potensi pasar jamur di Indonesia itu luar biasa. Terlihat dari masih ada impor jamur dari luar negeri. Artinya itu memang ini sebuah potensi besar yang bisa dikembangkan oleh masyarakat bangsa ini.
"Bahan baku semua tersedia, di Papua ada ampas sagu, di daerah lain ada tongkol jagung dan masih banyak lainnya. Jamur itu cocok di segala musim dan divmana saja, mulai dari pesisir pantai hingga dataran tinggi pegunungan," sebutnya.
Baca Juga: Hidangan Istimewa, Mi Instan Carbonara Ayam Jamur
Tidak hanya itu, jamur juga bisa dibudidayakan di tengah kota sekalipun dengan lahan terbatas. Diungkapkan Sumedi, sudah banyak pelatihan jamur untuk ibu-ibu PKK di tengah kota yang hasilnya pun menggembirakan.
Menurutnya jika dalam budi daya jamur, menghasilkan jutaan rupiah selama sebulan hanya perlu lahan minim saja. Bahkan lahan kurang dari 100 meter persegi pun dapat menghasilkan keuntungan yang begitu menggiurkan.
Terkait pasar, Sumedi menyebut tidak perlu semata-mata mengandalkan ekspor saja sebagai tujuan bisnisnya. Pasalnya selama ini pasar lokal tidak kalah atau justru lebih menarik daripada pasar ekspor.
Dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Salah satunya di pasar lokal tidak mengenal grading artinya pasar dapat terbuka lebih luas. Daya saing harga di pasar lokal pun lebih menggiurkan ketimbang ekspor.
Setelah melihat beberapa pertimbangan tersebut di lapangan, Sumedi mengakui akan lebih memfokuskan persebaran produksi jamurnya ke pasar lokal saja. Kendati sempat juga mengekspor beberapa kali, namun ia lebih merasakan daya serap yang lebih baik di pasar-pasar tradisional.
Ketika ditanyai siapa atau apa yang menginspirasinya menekuni usaha jamur ini, Sumedi menjawab bahwa semuanya mengalir saja. Ia merasa dulu peluang jamur yang begitu besar namun masih sepi peminat. Dari situ, Sumedi berpikir bahwa eman-eman kalau potensi itu tidak dimaksimalkan.
Berita Terkait
-
Lihat Pemandangan Alam Bisa Jaga Kewarasan Selama Pandemi Covid-19
-
Umuh Sebut Pria Ini Bantu Finansial Persib Bandung selama Pandemi Covid-19
-
Jokowi Ajak Negara G20 Lakukan Transformasi Besar Pascapandemi
-
KTT G20, Jokowi: Dunia Perlu Transformasi Besar Pasca Pandemi
-
3 Platform Belanja Online Paling Hits Selama Pandemi
Terpopuler
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Pilihan
-
Waduh! Cedera Kevin Diks Mengkhawatirkan, Batal Debut di Bundesliga
-
Shayne Pattynama Hilang, Sandy Walsh Unjuk Gigi di Buriram United
-
Danantara Tunjuk Ajudan Prabowo jadi Komisaris Waskita Karya
-
Punya Delapan Komisaris, PT KAI Jadi Sorotan Danantara
-
5 Rekomendasi HP Tahan Air Murah Mulai Rp2 Jutaan Terbaik 2025
Terkini
-
PAD Mandek, Belanja Membengkak: Bantul Cari Jurus Jitu Atasi Defisit 2026
-
MJO Aktif, Yogyakarta Diprediksi Diguyur Hujan Lebat, Ini Penjelasan BMKG
-
Hindari Tragedi Keracunan Terulang! Sleman Wajibkan Guru Cicipi Menu MBG, Begini Alasannya
-
PTS Akhirnya Bernapas Lega! Pemerintah Batasi Kuota PTN, Yogyakarta Jadi Sorotan
-
Kisah Diva Aurel, Mahasiswi ISI Yogyakarta yang Goyang Istana Merdeka