Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 24 November 2020 | 06:20 WIB
Sumedi Purbo menunjukkan tempat budi daya jamur miliknya di Grogol, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (23/11/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

"Awalnya memang belum sepenuhnya fokus ke pembuatan konten itu tapi dalam perjalannnya, muncul saran untuk terus dimasukkan lewat Youtube agar lebih banyak orang yang bisa melihat. Sekaligus juga sebagai sarana untuk iklan dan promosi," ucap pria lulusan S2 Magister Manajemen Agribisnis tersebut.

Diakuinya, meski agak kelabakan dengan perkembangan teknologi yang ada. Justru hal itu membuatnya lebih tertarik untuk semakin mempelajarihya. Pelajaran itu dianggap sebagai pacuan dirinya untuk bisa terus berkembang dan berubah menjadi lebih baik.

Sumedi Purbo menunjukkan tempat budi daya jamur miliknya di Grogol, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (23/11/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Hasilnya, dari berbagai konten yang diunggah tersebut respon yang datang dari masyarakat juga luar biasa. Banyak orang yang lantas menghubunginya untuk memesab benih jamur hingga mengundangnya sebagai pembicara di pelatihan-pelatihan.

Berangkat dari banyaknya pesanan yang mengalir deras membuat Sumedi lantas berpikir untuk mengubah pola dan strategi pemasarannya. Jadi meskipun di masa pandemi Covid-19 kayta Sumedi, justru jamur dibutuhkan terkait dengan ketahanan pangan. Selain itu terkait imunitas juga ternyata jamur menjadi salah satu solusinya.

Baca Juga: Hidangan Istimewa, Mi Instan Carbonara Ayam Jamur

"Sudah tiga bulan ini, belum upload lagi. Saking banyaknya yang minta pelatihan dan pesanan jadi justru kelabakan melayaninya. Saya memaknai bahwa dalam pandemi Covid-19 ini, kita dituntun untuk berbenah diri melalui perkemangan digital sebagai bentuk penyesuaian diri atau beradaptasi dengan kondisi," terangnya.

Sumedi menceritakan bahwa ia dulu tidak mempunyai lahan saat awal pertama mulai menekuni jamur. Menyewa rumah kosong saat itu menjadi salah satu yang dilakukan sebagai gantinya.

Dulu setidaknya Sumedi hanya melakukan pembudidayaan jamur di ruang dengan ukuran 3x4 meter saja. Ruangan sempit itu baru terisi sekitar 1000 baglog jamur saja. Namun seiring berjalannya waktu, budi daya jamurnya kian berkembang hingga bisa menambah menjadi 3500 baglog.

Mulai makin berkembang sekitar tahun 2000an. Sumedi yang sebelumnya tergabung dalam Koperasi Jamur Lancar kemudian memutuskan untuk mendirikan Sanggar Tani Media Agro Merapi, sebagi pusat pengembangan dan pelatihan Agribisnis Jamur.

Hingga saat ini, dikatakan Sumedi, kumbung atau rumah jamur miliknya sudah tersebar di beberapa titik di sekitar wilayah rumahnya. Tercatat setidaknya ada 15 kumbung jamur dengan rata-rata berkapasitas 5000 baglog.

Baca Juga: Lezatnya Bikin Ngiler, Intip Resep Dimsum Ayam Jamur Berikut Ini

"Sekarang juga sedang rencana bikin 8 kumbung baru untuk pengembangan jenis jamurnya. Kita juga mempunyai mitra-mitra yang siap memasarkan dan mengolah hasil budi daya ini menjadi olahan yang diminati masyarakat," ungkapnya.

Load More